Jeffran berdiri menatap ke luar jendela ruang kerjanya, di salah satu lantai gedung pencakar langit Smith Group Company. Namun dia bukan sedang memandangi langit senja yang berubah jingga kemerahan, kumpulan gedung bertingkat atau deretan kendaraan dibawah sana. Tapi Jeffran hanya menatap kosong dengan pikiran yang menerawang pada masalah yang memenuhi otaknya selama beberapa hari ini.
"Entah kenapa aku merasa sangat kecewa, mengetahui kalau Jillian bukanlah gadis di malam itu. Jika gadis itu adalah Jillian, dan anak yang dikandung Jillian adalah anakku, maka aku tidak akan pernah menceraikannya. Aku akan memperbaiki kesalahanku terhadapnya di sepanjang umurku. Meskipun aku tidak mencintainya, tapi aku sudah terbiasa hidup dengannya. Aku yakin bisa menjalani pernikahan ini bersamanya. Tapi jika gadis itu orang lain, entah dimana aku bisa menemukannya. Aku pun bingung, bagaimana caranya aku memperbaiki kesalahanku terhadapnya? Apakah aku harus menikahinya saat bercerai dengan Jillian nanti? Hmm, tapi kenapa saat aku memikirkan kata cerai, hatiku terasa sangat tidak nyaman? Aku tidak bisa dekat dengan perempuan manapun sejak dikhianati Dhiva. Tapi sekarang, justru aku sudah terbiasa hidup bersama Jillian. Akan terasa aneh, jika nanti aku dan dia berpisah."
Larut dalam pikirannya, membuat Jeffran tidak menyadari kehadiran Liam yang masuk ke ruang kerjanya. Laki-laki itu memutuskan masuk setelah ketukan pintunya tidak dijawab Jeffran. Bahkan setelah beberapa menit berlalu, Jeffran masih belum mengetahui keberadaan Liam yang kini tengah menatapnya dengan melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Ehemm .. sampai berapa lama aku harus menunggumu selesai melamun Jeff?" Suara Liam menarik Jeffran dari pikirannya.
"Ketuk pintu sebelum masuk Liam." Jeffran hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap ke arah yang sama.
"Aku sudah mengetuk pintu berkali-kali Jeff, tapi tidak ada jawaban apapun darimu. Jadi aku memutuskan masuk dan memeriksa sendiri keadaanmu. Rupanya masih sama seperti beberapa hari ini, kamu terus saja melamun dan kurang fokus dengan pekerjaan. Jeff ingat, perusahaan sedang berkembang pesat, perusahaan cabang yang ada di negara-negara Asia dan Eropa membutuhkan perhatianmu. Kamu sudah berhasil mewujudkan mimpi dan tujuanmu, jangan sampai ada masalah yang mengalihkan fokusmu dari apa yang sudah kamu perjuangkan. Sebenarnya masalah apa yang kamu pikirkan Jeff?"
Jeffran mengabaikan omelan Liam yang panjang dan lebar, dirinya berjalan menuju kursi kebesarannya dan mendudukkan dirinya disana. Sementara Liam duduk di kursi yang berada tepat di seberang kursi Jeffran.
"Jeff katakan ada apa? Mungkin aku bisa membantumu. Apa ini ada kaitannya dengan Jillian?" Sejenak Jeffran terdiam menanggapi pertanyaan Liam, namun dirinya memutuskan bercerita tentang beban di hatinya. Karena merasa memerlukan saran dan bantuan, setelah gagal menyelesaikan permasalahannya sendiri.
"Liam, tolong bantu aku!" pinta Jeffran membuat Liam mengerutkan keningnya.
"Bantu apa?"
"Bantu aku mencari seseorang." Jawaban Jeffran semakin membuat kening Liam berkerut.
"Siapa yang harus aku cari dan kenapa?"
Perlahan dan sedetail-detailnya, akhirnya Jeffran menceritakan tentang kisah kelamnya yang sudah merenggut kehormatan seorang gadis yang tidak bisa diingatnya sampai saat ini. Sekaligus tentang keanehan yang membuatnya menduga kalau Jillian adalah gadis di malam itu.
Liam merasa shock dengan rentetan kalimat yang didengarnya. Berkali-kali dia membelalakan mata dengan mulut terbuka tanpa berniat menyela. Sampai akhirnya dia meluapkan isi hatinya begitu Jeffran selesai bercerita.
"Gila! Ini sungguh gila Jeff. Pantas saja kamu begitu bersikeras memutus kerjasama dengan perusahaan ayah si Deasy itu. Tapi aku tidak akan menyalahkanmu Jeff. Aku pun merasa bersalah karena tidak bisa mengangkat teleponmu saat malam itu. Mulai sekarang, aku akan membantumu mencari gadis itu sampai ketemu," tekad Liam sungguh-sungguh.
"Kamera dashboard mobilku tidak bisa menangkap jelas wajah gadis itu. Aku juga meretas kamera CCTV kampus dan semua CCTV terdekat dari lokasi. Tapi ternyata beberapa diantaranya rusak dan yang lainnya tidak menangkap keberadaan gadis itu." Jeffran memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut.
"Jeff, kita kan memiliki sepupu ketua mafia, kenapa kita tidak meminta bantuannya saja untuk mencari tahu keberadaan gadis itu?" Perkataan Liam merujuk pada Shawn, sepupu mereka yang merupakan Ketua Klan Mafia Toddestern yang berada di Inggris.
"Aku belum siap dihajar sampai hampir kehilangan nyawa." Jawaban Jeffran seketika membungkam mulut Liam rapat-rapat. Jika Shawn mengetahui perbuatan bejat Jeffran, sudah pasti Jeffran akan dihajarnya sampai masuk Rumah Sakit. Karena Shawn selalu memberi mereka nasihat untuk selalu menghormati perempuan layaknya mereka menghormati ibu mereka sendiri.
(Buat yang penasaran sama kisah Shawn si Ketua Mafia dingin ini, juga tentang perasaannya pada adik yang ternyata bukan adik kandungnya, bisa mampir ke Forbidden Love of The Mafia King ya)
"Baiklah, aku akan mencari tahu sendiri tanpa melibatkan siapapun. Aku minta semua rekaman CCTV yang sudah kamu dapatkan, Jeff. Mungkin saja aku bisa menemukan sesuatu yang kamu lewatkan," ujar Liam yang langsung diangguki Jeffran.
Tiba-tiba pintu ruang kerja Jeffran terbuka, mengalihkan atensi Jeffran dan Liam bersamaan.
"Hai Jeff ... Hai Liam ...."
Kedua pasang netra Jeffran dan Liam membelalak sempurna, melihat seseorang yang tidak mereka harapkan tiba-tiba muncul tanpa diduga.
"Dhiva?" Ucap Liam. Sementara Jeffran tidak mengucapkan sepatah katapun. Justru dia menyambar telepon di atas meja, dan menghubungi sekretarisnya yang berada di luar ruangannya dengan mode loudspeaker.
"Sindy, bagaimana kamu bisa mengizinkan seseorang masuk tanpa ada janji denganku?"
"Maaf Pak Jeffran, Ibu Dhiva bilang kalau beliau sudah ada janji dengan anda secara pribadi. Maafkan saya Pak." Suara Sindy terdengar ketakutan.
"Suruh Security untuk mengantar tamu ini keluar. Jika datang lagi, jangan pernah izinkan masuk."
"Iya baik Pak." Sindy segera mengiyakan instruksi boss-nya yang tegas, sebelum Jeffran menutup telepon lebih dulu.
"Jeff, tolong jangan mengusirku. Aku benar-benar minta maaf. Aku janji tidak akan mengecewakanmu lagi, aku ingin kita kembali seperti dulu." Raut memelas di wajah Dhiva sama sekali tidak membuat Jeffran berubah pikiran.
"Aku janji, aku akan membuatmu bahagia Jeff." Dhiva memegang tangan Jeffran yang langsung menghempasnya kasar.
"Cih, bagaimana bisa aku bahagia, kalau melihatmu saja membuatku muak," balas Jeffran kasar.
Jeffran langsung menyuruh Security yang baru datang untuk langsung membawa Dhiva keluar. Tidak peduli Dhiva terus berteriak memohon pada Jeffran, agar memaafkan dan memberinya kesempatan.
"Sepertinya Dhiva akan menambah masalahmu Jeff." Asumsi Liam diangguki Jeffran.
"Memang. Aku sempat bertemu dengannya di acara resepsi anak Mr. Luda. Dia adalah owner WO tempat dimana Jill sempat bekerja. Untung saja Jillian mau berhenti bekerja disana, saat aku minta."
"Baguslah. Hmm, apa Jillian tahu kalau Dhiva adalah mantan kekasihmu?"
"Jillian tidak perlu tahu soal Dhiva. Lagipula aku dan Jillian sama-sama sepakat untuk tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing." Liam mendengus mendengar penjelasan Jeffran. Karena Liam tahu, kalau Jeffran justru selalu mencampuri urusan pribadi Jillian. Liam tahu pasti, kalau Jeffran menempatkan banyak pengawal untuk mengawasi Jillian. Liam juga tahu, kalau Jeffran melarang Jillian untuk dekat dengan Ethan.
"Terserah apa katamu Jeff, jangan sampai kamu terlambat menyadari perasaanmu. Aku tidak ingin kamu menyesalinya Jeff." Jeffran mengerutkan kening, mendengar ucapan Liam. Tapi saat dirinya hendak bertanya lebih jauh, Liam sudah melangkah keluar dari ruang kerja Jeffran.
"Apa maksud perkataan Liam tadi? Menyadari perasaan apa? Kalau yang dia maksud perasaanku terhadap Jillian, aku sama sekali tidak memiliki perasaan cinta terhadap Jillian. Aku hanya nyaman bersamanya. Lalu apa yang akan aku sesali? Ah sudahlah.. Bocah itu memang suka membuatku pusing." rutuk Jeffran dalam hati, sebelum membuka laptopnya, untuk kembali fokus pada pekerjaannya.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
pensi
namun sayangnya Jeff tipe orang yang udah dikhianati, ngga mudah membalikkan telapak tangan perasaannya dengan mudah.
2023-03-08
1
pensi
ini sekuel cerita lainnya kah?
2023-03-08
1
pensi
jangan sampai nunggu kalimat menyesal dalam hidupnya.
2023-03-08
1