Jillian menatap nanar gundukan tanah yang masih basah dengan taburan bunga berwarna-warni diatasnya. Sudah tidak ada satupun orang sore ini. Sedangkan Jillian yang berkali-kali pingsan sejak prosesi pemakaman hendak dimulai, baru bisa menguasai dirinya untuk melepas kepergian Jordan.
Dipegangnya batu nisan bertuliskan nama kekasih hatinya. Sungguh hatinya remuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang begitu dicintainya kini telah meninggalkannya untuk selamanya. Tangis yang sempat berhenti, kini terdengar lagi dengan isakan yang menyayat hati.
Jordan, bagaimana bisa aku menjalani hidupku tanpamu? Tapi aku yakin Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya. Jika kamu tetap bersamaku, mungkin kamu tidak akan bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Aku sama sekali tidak menyalahkan Tuhan atas kepergianmu.. Karena aku yakin, disana kamu sudah jauh lebih bahagia. Terima kasih Jordan, karena sudah memberiku cinta yang begitu besar. Aku mencintaimu.
************************
Di kediaman keluarga Smith yang masih dalam suasana berkabung, kedua orangtua mendiang Jordan yaitu Daddy Jonathan dan Mommy Rachel sedang berbicara serius dengan Jeffran, anak pertama mereka.
"Jeffran, saat ini Jillian sedang mengandung anak adikmu. Tapi sekarang adikmu sudah meninggal. Tapi Daddy dan Mommy tetap menginginkan cucu yang saat ini ada dalam kandungan Jillian. Apalagi Jordan sudah meninggal. Keberadaan anak dalam kandungan Jillian akan menjadi pengobat rindu untuk kami saat merindukan Jordan nanti. Daddy dan Mommy ingin meminta sesuatu padamu." Daddy Jonathan terdengar saat berbicara.
"Minta apa Dad, Mom?" Jeffran begitu penasaran, karena dirinya masih belum mengerti arah pembicaraan kedua orangtuanya.
"Menikahlah dengan Jillian, dan jadilah ayah dari anak Jordan yang sedang dikandung Jillian." Ucapan Daddy Jonathan yang terdengar tenang itu, seketika memancing emosi Jeffran yang langsung berdiri dari duduknya.
"Daddy sama Mommy apa-apaan sih? Seenaknya saja meminta Jeffran menikahi perempuan itu. Ya tinggal urus saja perempuan itu sampai melahirkan. Nanti baru ambil bayinya setelah lahir. Pasti perempuan itu juga tidak mau mengurus anaknya. Tidak perlu sampai menyuruh Jeffran menikahi perempuan yang bahkan tidak Jeffran kenal."
Penolakan Jeffran memang bisa Daddy Jonathan dan Mommy Rachel maklumi. Tapi mereka juga memikirkan status cucu mereka kelak. Mereka tidak mau anak yang dikandung Jillian dilabeli anak haram. Bagaimanapun mereka masih berpikir kalau anak yang dikandung Jillian benarlah anak Jordan.
"Jeffran, Mommy tidak mau nanti cucu Mommy dibully dan disebut anak haram karena tidak memiliki ayah. Kasihan juga Jillian. Dia akan dianggap perempuan tidak baik, karena hamil tanpa suami. Tolong Jeffran, menikahlah dengan Jillian. Berikan status untuk cucu Mommy itu. Mommy mau dia menjadi bagian dari keluarga Smith." Tatapan sendu sang Mommy, sedikit membuat Jeffran tidak tega. Tapi Jeffran yakin, menikah dengan calon istri mendiang adiknya akan membuat hidupnya berantakan.
"Jangan memaksaku Mom, Dad. Kalian jelas tahu kalau aku tidak pernah mau menikah. Suruh saja perempuan itu menikah dengan orang lain," ujar Jeffran begitu entengnya.
"Jeff, tidak akan ada laki-laki yang mau menikahi perempuan yang sedang hamil anak laki-laki lain."
"Begitupun dengan aku Dad. Aku tidak mau menikahi perempuan itu!" tegas Jeffran.
"Tapi dia sedang mengandung anak Jordan, adikmu yang sudah meninggal. Tolong kali ini saja, penuhi permintaan kami Jeff." Mommy Rachel memohon seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada, semakin membuat Jeffran merasa dilema.
*************************
Sementara itu di kediaman Jillian, kedua orangtua Jillian yaitu Papa Rendra dan Mama Jovita juga sedang mengobrol serius dengan Jillian.
"Papa dan Mama sudah membicarakan hal ini dengan kedua orangtua Jordan. Bahkan mereka yang mengusulkan ide ini. Kami ingin agar kamu menikah dengan kakaknya Jordan yang bernama Jeffran."
"Apa?" Jillian begitu terkejut dengan apa yang didengarnya.
"Sayang, hal ini demi kebaikanmu juga. Kedua orangtua Jordan tetap ingin bertanggung jawab. Bagaimanapun juga kamu sedang mengandung cucu mereka. Kehamilanmu semakin lama akan semakin membesar. Kami tidak mau orang-orang menghinamu juga anak dalam kandunganmu. Tolong Sayang, menikahlah demi kebaikanmu dan anak dalam kandunganmu." Mama Jovita berusaha meyakinkan putrinya.
"Tidak, aku tidak mau menikah. Biar aku membesarkan anak ini seorang diri. Kalau perlu, aku akan pergi keluar negeri agar Papa dan Mama tidak malu," tegas Jillian, lalu pergi menuju kamarnya.
Setelah mengunci pintu kamarnya, Jillian merebahkan tubuhnya yang lemah di atas tempat tidur dengan posisi menyamping. Pandangan matanya tertuju pada sebuah photo yang terpajang di atas nakas. Photonya bersama Jordan yang terlihat sangat bahagia di moment anniversary pertama mereka.
Air mata Jillian kembali jatuh, saat mengingat begitu banyak kenangan indah selama 2 tahun bersama Jordan. Kekasihnya itu begitu lembut, baik dan sangat menyayanginya. Bahkan saat tahu kalau Jillian mengandung anak pria lain pun, Jordan masih mau menikahinya.
"Jordan, aku mencintaimu ... sangat mencintaimu. Aku tidak yakin akan ada laki-laki baik sepertimu, yang bisa mencintaiku setulus kamu. Mungkin aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi," ucap Jillian dalam tangisnya.
Jillian terus saja meratapi nasibnya yang malang sambil terus menatap photo dirinya dan Jordan tanpa jemu. Hingga akhirnya matanya tertutup dengan jiwa yang terbawa ke alam mimpi.
Di sebuah padang rumput yang begitu luas, Jillian duduk sendiri di atas bangku taman. Gadis itu menatap ke kanan dan ke kiri, mencari tahu dimana dirinya berada. Tiba-tiba muncul seseorang dari belakang dan duduk tepat disebelahnya.
"Jordan?"
Kekasih hati yang begitu Jillian rindukan itu terlihat begitu tampan dengan pakaian serba putihnya.
"Iya ini aku Sayang." Jordan berkata begitu lembut dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
"Syukurlah, ternyata kamu masih hidup." Jillian memeluk tubuh Jordan begitu erat. Tapi tubuh Jordan yang terasa sangat dingin membuat Jillian segera melepas pelukannya.
"Tubuhmu dingin sekali." Jordan hanya tersenyum mendengar perkataan Jillian.
"Jee ... Sayang. Menikahlah dengan Kak Jeffran. Jangan pernah menolak pernikahan itu, dengan mengatakan kalau anak yang kamu kandung bukanlah anakku. Biarkan semua keluarga kita tahu, kalau itu anakku. Hingga nanti kamu bertemu dengan ayah kandung dari anak itu. Suatu saat dia akan mengetahui dan mengakui anak di dalam kandunganmu, Jee. Tolong kabulkan permintaanku ya Jee!" Sorot mata sendu Jordan, sungguh sangat Jillian rindukan. Hati Jillian pun sungguh berat mendengar permohonan Jordan padanya. Hingga beberapa saat kemudian, Jordan berdiri dari duduknya seraya mengulas senyum tipis.
"Please ... jangan pergi Jordan!" Jillian hendak berdiri, namun kakinya tidak bisa digerakkan, tubuhnya pun terasa kaku.
"Aku pergi ya Sayang. Ingat pesanku, Jee ...!" Jordan berjalan menjauh, sampai tubuhnya menghilang dibalik kabut putih yang menghalangi pandangan Jillian.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sifa
kk author plisss jngan ngiris bawang perih bnget dimata😭😭😭
2023-03-15
1
Ucy (ig. ucynovel)
bener blm tentu dia bs menemukan pria sebaik jordan
suka ceritamu thor 👍
2023-02-24
1
Amelia Syharlla
jangan jangan memang jeffran yg memperkosanya😚😚😚
2023-02-11
1