Dua pasang netra jernih berwarna berbeda itu saling menatap dalam. Helaan nafas yang dihirup begitu panjang, jelas menyapa pendengaran Jillian yang masih setia menunggu untaian kata dari mulut Jeffran.
"Aku pernah melakukan kesalahan yang sangat besar. Dan kesalahan itu adalah kesalahan yang selalu aku sesali hingga saat ini." Sejenak Jeffran menundukkan kepalanya seraya menekan kuat dadanya yang mulai sesak. Sedangkan ekpresi Jillian masih tampak datar, meskipun pikirannya bertanya-tanya tentang apa yang akan diceritakan Jeffran padanya.
"Sekitar 3 bulan yang lalu, aku makan malam bersama Dessy, partner bisnisku untuk membahas proyek kerjasama perusahaan kami. Saat itu aku meminum beberapa gelas red wine, karena Dessy terus memaksaku minum, dengan dalih untuk merayakan kerjasama kami." Lagi Jeffran menghela nafas dalam, sebelum melanjutkan ceritanya.
"Aku sempat pergi ke toilet, namun saat aku kembali dan meminum segelas air putih, aku merasa ada yang berbeda dengan tubuhku. Aku tahu ada yang salah dengan air putih yang aku minum. Terlebih saat Dessy mulai menggodaku. Saat itu aku langsung marah pada Dessy, karena yakin kalau dia sudah memasukan obat perangsang ke dalam air putih yang aku minum. Tapi tentu saja Dessy tidak mengakuinya. Aku memutuskan untuk segera pergi sebelum aku kehilangan kendali atas diriku."
Raut wajah Jillian terlihat datar kala mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut Jeffran. Tapi sebenarnya hati Jillian bergejolak hebat, menyadari kalau kisah yang diceritakan Jeffran adalah awal mula dari cerita kelamnya di malam itu.
"Berkali-kali aku menghubungi Liam, tapi dia tidak mengangkat panggilan teleponku. Lalu aku memutuskan untuk menghubungi dan meminta bantuan Jordan. Saat itu, dia berkata sedang ada di toko kue dan akan menuju kampus. Jadi aku memutuskan untuk menuju kampus dan menunggu Jordan disana. Disanalah tragedi itu terjadi ...." Air mata yang ditahan Jeffran sejak tadi, akhirnya luruh juga. Sementara Jillian yang mengetahui kelanjutan cerita Jeffran, berusaha sekuat tenaga menahan perasaannya.
"Aku melihat seorang gadis berdiri tidak jauh dari gerbang kampus. Tapi karena saat itu aku dalam pengaruh alkohol dan obat perangsang, aku tidak bisa melihat gadis itu dengan jelas. Apalagi penerangannya kurang. Entah dorongan dari mana, aku tiba-tiba turun dari mobil dan menarik paksa gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Tidak peduli dia terus melawan dan meronta meminta dilepaskan. Aku gelap mata dan aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri." Terdengar isakan dari mulut Jeffran, tapi Jillian bergeming dengan ekspresi yang sama seperti sebelumnya.
"Aku merenggut paksa kehormatan gadis itu.. Aku memperkossanya dengan kejam, dan aku sangat menyesalinya, Jill." Tangis Jeffran pecah, bahkan tubuhnya bergetar menyesali kesalahan yang sudah dilakukannya.
"Ya Tuhan ... rasanya aku ingin menangis, berteriak, memaki, menjambak, menampar dan memukulinya sampai aku puas. Tapi aku tidak boleh melakukannya." Jillian mati-matian menahan dirinya untuk tidak meluapkan isi hatinya saat ini.
"Jill, tolong jujur, apa gadis itu kamu?" lirih Jeffran menatap dalam manik mata Jillian.
Selama beberapa saat, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut Jillian. Bahkan raut wajahnya masih terlihat datar, meskipun raut terkejut sempat terulas saat Jeffran mengutarakan rasa ingin tahunya.
"Aku sungguh terkejut mendengar kisahmu. Sebagai seorang wanita aku benar-benar kecewa akan apa yang kamu lakukan, meskipun penyebabnya bukan sepenuhnya kesalahanmu. Entah apa yang mendasari dugaanmu, tapi aku bukanlah gadis itu."
Perkataan Jillian yang terdengar tenang itu mengejutkan Jeffran. Karena sejujurnya, Jeffran sangat yakin, kalau Jillian adalah gadis pada malam itu. Meskipun Jeffran masih belum bisa mengingat wajah gadis itu.
"Tolong katakan yang sebenarnya Jill, apa benar kamu bukan gadis itu? Kamu selalu menolak masuk ke dalam mobil sport hitamku, kamu juga mengigau seolah minta dilepaskan, dan aku pun selalu merasakan kebencian dari mata dan sikapmu padaku, Jill."
"Ah semuanya hanya kebetulan Jeff. Aku memang lebih menyukai mobil sportmu yang berwarna navy dibanding yang hitam. Kalau soal igauan itu, mungkin saja aku bermimpi buruk. Dan soal aku yang selalu terlihat membencimu, tentu karena sikapmu yang selalu buruk memperlakukanku. Hmm, siapapun gadis itu, semoga dia baik-baik saja. Dan jika kamu menyesali perbuatanmu, berubahlah lebih baik. Jadikan kejadian itu sebagai pelajaran bagimu, Jeff." Jeffran bergeming mendengar penjelasan Jillian. Sungguh dirinya tidak menyangka kalau dugaannya tentang Jillian ternyata salah. Jeffran mencari kebohongan di wajah Jillian, tapi raut tenang Jillian tentu menjelaskan semuanya.
"Jika Jillian adalah gadis itu, tentu dia sudah menghajarku dan meluapkan kebenciannya padaku. Tidak mungkin dia bisa bersikap setenang itu saat mendengarku bercerita. Mungkin aku saja yang salah menyimpulkan." duga Jeffran dalam hati.
"Jeff, aku akan memakan sarapan yang kamu bawakan. Kepalaku lumayan berat, jadi aku akan memakannya di kamar ya. Kamu juga jangan lupa sarapan, Jeff." Jillian melangkah menuju kamar tanpa menunggu tanggapan Jeffran yang diam tanpa kata.
Setelah mengunci kamarnya, Jillian bukannya memakan menu sarapannya, dirinya justru masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam.
Dirinya mulai mengisi bathtub dengan air hangat, lalu masuk ke dalamnya tanpa melepas baju yang dikenakannya. Tangis yang ditahannya sejak tadi, seketika pecah. Bahkan teriakan histeris dan umpatan serta makian keluar dari mulutnya. Untung saja kamar mandi dan kamar tidur Jillian kedap suara, sehingga suara Jillian yang keras itu tidak sampai terdengar oleh Jeffran.
"Apapun sebabnya, perbuatanmu tetaplah kejam. Kamu benar-benar brengssek Jeff. Kamu merenggut kehormatanku, menghancurkan kehidupanku, merusak mimpi-mimpiku dan membuat diriku menderita. Banyak orang menganggapku hina, dan saat perutku semakin membesar, aku harus siap menerima hinaan yang lebih kejam. Jika bukan karena perbuatan laknatmu, aku dan Jordan pasti masih bersama, dia tidak mungkin meninggal, hiks ... hiks ... Gara-gara kesalahanmu, Jordan dipandang buruk, karena menghamiliku sebelum menikah." Jillian menekan kuat dadanya yang sakit, setiap mengingat Jordan yang sudah pergi untuk selamanya.
"Jika bukan karena kebejatanmu, orangtuaku tidak mungkin menanggung malu. Keluargaku menjadi bahan pergunjingan orang, karena aku yang tiba-tiba menikah sebelum lulus kuliah. Dan tentu saja mereka akan semakin menertawakan keluargaku, saat nanti aku melahirkan anak dalam kandunganku." Tangis Jillian semakin keras, meluapkan kesedihan dan kemarahannya.
"Jeffran, selamanya aku tidak akan pernah mengatakan kalau aku adalah gadis itu. Aku tentu masih ingat, kamu pernah bilang kalau kamu akan membawa anak dalam kandunganku setelah kita bercerai. Jika kamu tahu, kalau anak ini bukan anak Jordan melainkan anakmu, tentu kamu akan semakin mudah merebutnya dariku. Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sebelum kamu menemukan fakta kalau aku adalah gadis itu, aku akan pergi jauh dari hidupmu," tekad Jillian dalam hati.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
pensi
jadi itu prinsipnya Jillian kini.
2023-03-08
1
pensi
kasihan Jordan , seolah ia yang benar melakukannya.
2023-03-08
1
pensi
yah Jill belum mau jujur
2023-03-08
1