Sudah 3 hari ini, Jeffran mengalami mual dan muntah parah di setiap jam makan. Perutnya sama sekali tidak bisa memakan makanan lain selain makanan buatan Jillian. Tentu saja hal ini membuat Jeffran merasa heran dan bertanya-tanya.
"Apa benar ya ini karma karena aku seringkali mengomeli Jillian, setiap kali dia mengalami mual dan muntah?"
Tentu saja Jeffran tidak mungkin berpikiran kalau dia mengalami couvade syndrome atau kehamilan simpatik. Karena dia sama sekali tidak tahu kalau anak yang dikandung Jillian adalah anaknya. Berbeda dengan Jillian yang menduga ke arah sana, setiap kali Jeffran mengalami mual dan muntah.
Dengan menekan gengsinya yang selangit, Jeffran meminta Jillian untuk membuatkannya makanan dan minuman untuk dia makan. Jillian tentu saja keberatan pada awalnya. Tapi melihat betapa payahnya Jeffran setiap kali mual dan muntah, membuat Jillian tidak tega. Akhirnya dengan berat hati, Jillian selalu membuatkan makanan dan minuman untuk sarapan, makan siang dan makan malam Jeffran.
"Terima kasih Jillian, maafkan aku karena merepotkanmu," ucap Jeffran sambil menerima paper bag berisi menu makan siang yang akan dibawanya ke perusahaan.
"Iya." Jillian menjawab singkat. Tentu hal ini membuat Jeffran tidak enak hati. Dirinya pun sungguh tidak mengerti kenapa selama lebih dari 3 hari ini, dia merasakan mual dan muntah di setiap jam makan dan tidak bisa memakan makanan lain selain buatan Jillian.
"Jillian, apa hari ini kamu akan pergi kuliah?" tanya Jeffran ingin tahu.
"Iya." Lagi-lagi Jillian menjawab singkat.
"Jadwal kamu sampai jam 3 sore kan? Nanti aku jemput dan antar pulang ya?" Jillian mengerutkan keningnya, tidak menyangka kalau Jeffran mengetahui jadwal kuliahnya.
"Tidak perlu, aku ada perlu sepulang kuliah," tolak Jillian tegas.
"Jangan bilang kalau kamu bekerja lagi Jill." Tuduhan Jeffran membuat Jillian jengah.
"Tidak. Memangnya aku tidak boleh melakukan kegiatan diluar? Aku juga butuh hiburan Jeff." Raut wajah Jillian terlihat kesal, membuat Jeffran menyesal.
"Maaf, bukan begitu maksudku. Kamu tentu boleh melakukannya. Kamu juga bebas menggunakan black card yang aku berikan. Tapi aku harap kamu sudah ada di rumah sebelum aku pulang ya." Jeffran berusaha memilah kata-kata dengan baik, karena tidak ingin Jillian kembali kesal.
"Aku tidak boleh membuatnya marah, bisa- bisa dia menolak membuat makanan untukku. Dan aku sungguh tidak mau itu." ucap Jeffran dalam hati.
"Aku akan pulang ke apartemen sebelum petang." Mendengar jawaban Jillian, Jeffran mengulas senyumnya.
"Baiklah. Aku berangkat sekarang ya." Jeffran meninggalkan apartemennya dengan hati yang lega. Sementara Jillian memutuskan untuk menonton film kartun sebelum berangkat kuliah beberapa jam lagi.
*************************
Selepas mengikuti kuliah di jam pertama, Jillian memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, sementara menunggu jadwal kuliah di jam kedua yang berjeda setengah jam.
Matanya tiba-tiba merasa panas, ketika teringat akan kenangan-kenangan indahnya bersama Jordan selama 2 tahun terakhir ini. 2 tahun yang begitu indah dan sangat berharga bagi Jillian. Seorang Jordan yang lembut, perhatian dan baik hati, selalu membuat Jillian merasa bagaikan putri yang sangat dipuja dan dicintai.
"Aku tahu Tuhan sangat menyayangimu, sehingga membawamu pergi begitu cepat. Tentu Tuhan tidak ingin kamu memikul apa yang tidak kamu perbuat. Tapi aku tetap merasa sakit, karena tidak bisa bersamamu yang begitu mencintaiku. Tuhan justru mentakdirkanku menikah dengan Kakakmu yang sangat jauh berbeda denganmu. Bukan hanya wajah kalian yang tidak ada kemiripan sama sekali, sifat kalian pun bertolak belakang. Aku hanya berharap, Tuhan memberiku banyak kesabaran. Sampai akhirnya aku bisa bercerai dengan Kakakmu. Tentunya dengan membawa anakku bersamaku. Aku tidak akan membiarkannya merebut anakku, meskipun anak ini juga anaknya."
Jillian masih sibuk dengan pikirannya, saat tiba-tiba suara seorang laki-laki mengembalikan kesadarannya.
"Jillian ...."
"Eh Kak Ethan, ada apa Kak?" Laki-laki bernama Ethan yang merupakan sahabat Jordan itu tersenyum. Lalu menyodorkan sebuah paper bag ke arah Jillian.
"Ini makanan untukmu, aku lihat kamu tidak makan siang di foodcourt kampus." Ethan sedikit berbisik. Tidak ingin diomeli petugas perpustakaan karena membawa makanan berat ke dalam perpustakaan. Jillian melihat paper bag dihadapannya dengan ragu.
"Tapi aku masih kenyang Kak, sebelum kuliah aku sudah makan dulu. Jadinya aku tidak makan lagi di foodcourt kampus. Sebaiknya makanan ini untuk Kakak saja. Maaf bukannya aku menolak kebaikan Kakak, tapi aku benar-benar masih kenyang Kak." Jillian yang juga sedikit berbisik, menyodorkan paper bag berisi makanan itu ke arah Ethan yang terlihat sedikit kecewa.
"Kamu bisa membawanya pulang Jillian. Aku sengaja memesankan makanan favoritmu. Bisakah kamu menerimanya Jill?" Ethan kembali menyodorkan paper bag makanan tadi ke arah Jillian.
"Hmm, baiklah Kak. Terima kasih untuk makanannya." Dengan berat hati Jillian menerima makanan pemberian Ethan. Tentu saja laki-laki itu begitu senang karena akhirnya Jillian mau menerima niat baiknya.
"Hmm, Jillian. Kamu tahu kan kalau aku bersahabat baik dengan Jordan sejak kami SD. Tidak ada rahasia diantara kami berdua. Saat tahu Jordan tiba-tiba mengatakan akan menikah denganmu, aku mendesaknya untuk bercerita. Dan dia menceritakan kalau kamu hamil anak Jordan, sehingga Jordan harus secepatnya menikahimu."
Wajah Jillian mendadak pucat mendengar perkataan Ethan. Tidak disangkanya sama sekali, kalau Jordan akan bercerita tentang dirinya yang sedang hamil pada Ethan. Tapi Jillian tentu tidak bisa menyalahkan Jordan. Mungkin karena begitu dekatnya Jordan dengan Ethan. Sehingga Jordan begitu percaya untuk menceritakan hal yang bersifat rahasia itu kepada Ethan.
"Tolong jangan pernah menyalahkan Jordan. Kami berdua tidak mempunyai rahasia sama sekali dalam persahabatan kami. Kami sudah seperti saudara. Bahkan boleh dibilang, Jordan lebih dekat denganku dibanding Kakaknya sendiri."
Jillian terlihat memaksakan senyumnya mendengar penjelasan Ethan. Dirinya masih belum paham dengan arah pembicaraan Ethan, yang pasti ada rasa tidak nyaman saat orang lain mengetahui kehamilannya saat ini. Meskipun pada akhirnya, akan ada banyak orang yang melihat sendiri fakta kehamilan dirinya, saat perutnya semakin membesar.
"Maaf Kak Ethan, sebenarnya apa maksud Kakak membahas masalah ini?" Akhirnya Jillian memberanikan diri menanyakan apa yang ingin diketahuinya.
"Jillian, apa aku boleh menggantikan posisi Jordan untuk menjadi suami kamu sekaligus Ayah dari bayi yang sedang kamu kandung?" Ucapan Ethan yang terdengar begitu yakin itu, seketika membuat Jillian membeku. Sungguh tidak disangkanya sama sekali, kalau kalimat itu akan keluar dari mulut seorang Ethan.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Eril Athallah
aigoooo ...coba tu d gue ,,🤣🤣🤣🤣yg ada apes Mulu gada lucky NY ne idup 😭😭😭😭 Ethan AQ padamu'
2023-03-29
2
pensi
tapi sayangnya Jillian sudah memiliki pendamping hidup, tentu sebelum Ethan berterus terang.
2023-02-25
1
pensi
teringat lagi kenangan bersama almarhum Jordan 🥺
2023-02-25
1