Jillian tampak larut dalam lamunannya di balkon ruang tamu apartemen. Sehingga tidak menyadari kehadiran Jeffran yang baru saja pulang dari perusahaan. Jeffran berjalan menghampiri Jillian, setelah menyimpan tas dan jas kerjanya di atas sofa ruang tamu.
"Jillian, masuklah! Angin malam tidak baik untukmu dan kehamilanmu."
Sempat terkejut dengan suara Jeffran, Jillian hanya mengangguk lalu melangkah masuk ke ruang tamu. Tidak ingin berdebat, meskipun dirinya masih ingin berlama-lama disana.
"Jill, apa kamu sudah memasak makanan untuk makan malam?" Jeffran bertanya tanpa basa-basi, karena perutnya memang sudah sangat kelaparan.
"Aku hanya memasak chicken katsu dan salad," jawab Jillian tanpa ekspresi. Namun berbeda dengan Jeffran, yang terlihat berbinar mendengar menu makan malamnya.
"Wah, aku langsung makan ya. Terima kasih ya Jill." Jeffran langsung menuju meja makan, dan air liurnya seolah akan menetes melihat menu makan malamnya yang terlihat menggoda.
Setelah memakan masakan Jillian di jam makan siang, Jeffran tidak bisa memakan apapun lagi. Karena setiap makanan ringan dan minuman yang masuk ke dalam mulutnya, langsung dimuntahkan lagi tanpa sisa. Sehingga Jeffran memilih menyerah dan menunggu waktu makan malam, agar bisa memakan makanan buatan Jillian.
Tanpa membuang waktu, Jeffran langsung menyuapkan sepotong chicken katsu ke dalam mulutnya. Senyum lebar mengiringi setiap kunyahan Jeffran, membuat Jillian yang memandang Jeffran dari ruang keluarga, tersenyum tanpa disadarinya.
"Beberapa hari ini aku sudah tidak merasakan mual dan muntah, tapi malah laki-laki itu yang merasakannya. Tapi aku jadi harus repot-repot membuatkannya makanan. Ternyata aku tidak cukup tega untuk membuatnya kelaparan." ujar Jillian dalam hati.
"Ah kenyang ...." ucap Jeffran setelah menghabiskan chicken katsu, salad dan meneguk habis segelas air putihnya.
"Thanks ya Jill." Jeffran menatap tulus ke arah Jillian yang juga sedang memandangnya.
"You are welcome," jawab Jillian datar dan tanpa ekspresi.
"Hmm, kenapa ya aku selalu merasakan kebencian di setiap kata-kata dan raut wajahnya? Aku pun pada awalnya sangat membencinya, tapi perasaan itu sudah berubah. Aku berusaha hidup dengannya meskipun tanpa cinta. Aku mencoba menjalani pernikahan ini, hingga nanti waktunya tepat untuk aku dan dia bercerai. Tapi sikapnya padaku tidak berubah, padahal aku sudah berusaha baik terhadapnya. Seharusnya dia berterima kasih padaku, karena aku sudah rela kehilangan masa depanku demi menggantikan adikku untuk menikahinya." keluh Jeffran dalam hati. Tanpa mengetahui kalau justru dirinya-lah yang sudah menghancurkan masa depan dan impian-impian Jillian.
Terdengar sebuah panggilan masuk ke ponsel Jillian yang disimpannya di atas meja ruang keluarga. Jeffran yang berjalan menghampiri Jillian pun sedikit penasaran, sehingga mempercepat langkahnya untuk duduk di seberang Jillian.
"Hallo Kak Ethan ...."
"Ethan? Sahabatnya Jordan?" Jeffran bertanya-tanya dalam hati. Jeffran jelas mengenal Ethan, karena laki-laki itu adalah sahabat terdekat Jordan sejak masih di Sekolah Dasar. Ethan juga sangat sering menginap di rumah Jordan, sehingga semua anggota keluarga Jordan sudah sangat mengenalnya dengan baik, termasuk Jeffran.
Jillian beranjak menuju kamarnya, karena merasa kurang nyaman berbicara di telepon dengan Ethan di depan Jeffran. Apalagi Jillian sadari, kalau ekspresi Jeffran terlihat penuh tanya saat ini.
"Kenapa Jill harus pergi ke kamarnya untuk berbicara dengan Ethan? Apa Jill dekat dengan Ethan? Sepertinya aku harus mencari tahu hubungan diantara mereka." Entah kenapa Jeffran merasakan hatinya sangat tidak nyaman mendapati Jillian yang dihubungi oleh Ethan. Ada perasaan tidak terdefinisikan yang membuatnya ingin mengetahui hubungan diantara Jillian dengan laki-laki itu.
Selang 5 menit kemudian, Jeffran hendak beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Namun kemunculan Jillian yang keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapih, lengkap dengan mantel yang ditenteng, membuat Jeffran tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.
"Jill, kamu mau kemana?" tanya Jeffran tegas.
"Aku ada keperluan penting. Nanti aku menginap di rumah orangtuaku ya Jeff." Jillian menjawab dengan nada suara yang terdengar terburu-buru.
"No ... no ... no ... kamu mau kemana? Aku antar, dan kamu harus pulang kesini. Kamu tidak boleh menginap dimanapun, selain di apartemen kita." Mendengar perkataan Jeffran, Jillian mengerutkan kening diikuti helaan nafas panjangnya.
"Baiklah, aku akan keluar sebentar, nanti aku pulang kesini." Jillian masih mencoba bernegosiasi, tidak ingin kalau sampai Jeffran memaksa untuk mengantarnya.
"Tidak, aku akan tetap mengantarmu. Jika kamu tidak mau, maka aku tidak akan mengizinkanmu pergi keluar." Nada suara Jeffran yang terdengar naik, membuat Jillian lagi-lagi menghela nafas kasar.
"Jeff, aku hanya sebentar, dan aku sedang terburu-buru." Jillian berusaha menahan emosinya, meskipun perkataannya sudah terdengar penuh penekanan.
"Sebenarnya siapa yang ingin kamu temui? Ethan? Ada hubungan apa kamu dengan Ethan? Sedekat apa kamu dengan laki-laki itu?" Pertanyaan Jeffran sukses membuat Jillian terkejut. Sungguh dirinya tidak menyangka, kalau Jeffran akan menuduhnya seperti itu.
"Apa pedulimu Jeff? Kita sudah sepakat untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Aku punya hubungan dengan siapapun, tidak ada urusannya denganmu. Akupun tidak peduli kamu mempunyai hubungan dengan siapapun." Emosi Jillian sudah sampai ke ubun-ubun. Dirinya sungguh tidak terima dituduh memiliki hubungan dengan laki-laki lain, namun dirinya enggan membela diri.
"Aku suamimu. Aku berhak melarangmu pergi menemui laki-laki lain. Aku juga berhak melarangmu memiliki hubungan dengan laki-laki manapun, selama kamu masih sah sebagai istriku, Jill," tegas Jeffran. Seraya mencengkeram lengan Jillian, hingga sang istri meringis kesakitan.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ai Rosita 😊🌿
wuaahhh mulai posesif nih
2024-08-15
1
pensi
akhirnya Jeff sadar juga
2023-02-25
1
pensi
semoga cepat sadar Jeff
2023-02-25
1