Jillian membalikkan badannya menghadap Jeffran yang tengah memandangnya dengan tatapan tajam.
"Pulanglah lebih dulu. Izinkan aku menyelesaikan pekerjaanku sampai acaranya selesai. Kalau kamu marah, kamu bisa mengomeliku di apartemen nanti. Tapi tolong jangan memaksaku pulang sekarang atau membuat keributan." Jillian berkata sepelan mungkin.
"Aku minta kamu pulang bersamaku, sekarang juga." Rupanya Jeffran tidak mau dibantah, apapun alasannya.
"Kamu janji mengabulkan dua permintaanku. Aku akan ambil salah satunya. Tolong jangan paksa aku pulang sekarang, izinkan aku melakukan tugasku secara profesional sampai acara selesai." Perkataan Jillian membuat Jeffran tidak bisa lagi memaksakan kehendaknya. Dirinya sudah berjanji untuk mengabulkan dua permintaan Jillian, apapun itu. Akhirnya Jeffran memilih meninggalkan ballroom dengan perasaan kesal yang bertubi-tubi.
Jillian menghela nafas lega, sebelum kembali melakukan tugasnya. Tanpa dia sadari, kalau Dhiva tengah mengawasinya dengan pikiran penuh tanya.
"Jill, apa kamu mengenal Jeffran?" tanya Dhiva di sela-sela acara.
Meskipun sempat terkejut, Jillian berusaha terlihat biasa didepan Dhiva. Dirinya tidak ingin mengatakan statusnya sebagai istri Jeffran, karena tidak yakin dengan reaksi Dhiva setelah mendengarnya.
"Kalau benar Kak Dhiva adalah kekasih Jeffran, aku akan merusak hubungan mereka, jika aku katakan kalau aku adalah istri Jeffran. Apalagi tadi aku lihat mereka seperti sedang bertengkar." Jillian rupanya salah paham terhadap hubungan Jeffran dan Dhiva.
"Jeffran siapa Kak?" Jillian berpura-pura tidak mengenal Jeffran.
"Itu laki-laki yang tadi berbicara denganmu." Dhiva terlihat semakin penasaran.
"Oh Tuan yang tadi hanya menanyakan letak toilet Kak." Jawaban Jillian membuat Dhiva mengerutkan keningnya.
"Apa benar Jeffran menanyakan itu?" Dhiva masih belum percaya dengan jawaban Jillian.
"Iya benar Kak Dhiva." Jillian berusaha meyakinkan Dhiva yang kemudian tersenyum dan bernafas lega.
"Aku kira kamu mengenal laki-laki tadi. Aku begitu cemburu saat melihatnya berbicara denganmu, hehe ...."
"Untung saja aku bilang tidak mengenal Jeffran. Jika aku bilang, kalau aku istrinya Jeffran, entah apa yang akan dilakukan Kak Dhiva." Jillian berbicara dalam hati.
Acara resepsi pernikahan itu selesai menjelang tengah malam. Jillian memilih memesan taksi, dibanding ikut bersama crew WO yang lain menggunakan mobil WO. Karena lokasi WO dan apartemen tidak searah.
Namun saat sedang menunggu kedatangan taksi yang dipesannya, tiba-tiba sebuah mobil sport hitam berhenti di depan Jillian. Beberapa saat kemudian, Jeffran terlihat keluar dari mobil sport itu.
"Ayo pulang Jill ...!"
Menyadari mobil yang digunakan Jeffran adalah mobil yang membuatnya, Jillian tanpa sadar mundur beberapa langkah. Lagi-lagi Jeffran dibuat heran dengan tingkah Jillian.
"Apa lagi Jill? Kamu tidak mau lagi menggunakan mobil ini?" Jeffran terlihat kesal, karena tidak mengerti kenapa Jillian selalu tidak mau menggunakan mobil sport hitam miliknya. Padahal mobil Jeffran yang lainnya, Jillian tidak pernah menolak.
"Aku pakai taksi saja Jeff." Jillian berusaha mengalihkan pandangannya dari mobil sport Jeffran yang selalu membangkitkan traumanya itu.
"Ah kamu benar-benar menyebalkan Jill. Ini sudah tengah malam, jangan banyak alasan." Dengan tidak sabar, Jeffran menarik tangan Jillian agar masuk ke dalam mobilnya.
Jillian seketika merasakan deja vu, trauma itu muncul membuat Jillian memberontak sekuat tenaga.
"Tidak, tolong jangan lakukan itu. Tolong lepaskan aku, aku mohon!" Teriakan dan tangisan Jillian membuat Jeffran melepas cekalan tangannya seketika. Bisa dikatakan kalau Jeffran cukup shock melihat reaksi Jillian. Apalagi saat ini Jillian terduduk di atas tanah dengan raut wajah ketakutan seraya memeluk lututnya yang bergetar dengan kedua tangan.
"Ada apa ini? Kenapa reaksi Jillian bisa seperti itu? Dia begitu ketakutan dan histeris. Apa mungkin Jillian ... ah tidak mungkin gadis itu Jillian. Tapi kenapa aku seperti deja vu?"
Taksi yang dipesan Jillian sudah datang, Jeffran memutuskan pulang bersama Jillian dengan menggunakan taksi. Karena tidak mungkin menggunakan mobil sport hitamnya. Jeffran tidak ingin sesuatu yang lebih buruk menimpa Jillian.
"Jill ayo kita pulang," lirih Jeffran.
Jillian masih larut dalam rasa takutnya, tubuhnya lemas, bahkan perkataan Jeffran tidak didengarnya. Hingga akhirnya Jeffran menggendong tubuh Jillian untuk masuk ke dalam taksi, lalu dirinya menyusul masuk dan duduk tepat disebelah Jillian.
*************************
Tatapan nanar diarahkan Jeffran pada Jillian yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Dipandanginya lekat-lekat wajah Jillian yang pucat pasi.
"Tuhan, apa benar Jillian adalah gadis yang aku renggut kehormatannya? Hingga dia membenciku dan mengalami trauma parah karenaku. Tuhan, tolong buat aku mengingat wajah gadis itu," pinta Jeffran dalam hati.
"Tolong, jangan lakukan itu! Aku mohon, lepaskan aku!" Mendengar igauan Jillian yang menyayat hati, air mata Jeffran akhirnya luruh tanpa bisa ditahan lagi.
Tubuh Jillian bergetar hebat, Jeffran yang panik langsung memeriksa keadaan Jillian dengan memegang dahi dan leher Jillian.
"Kamu demam Jill." Jeffran semakin panik, karena tubuh Jillian begitu panas. Namun Jillian menggigil kedinginan.
"Tolong jangan lakukan itu, aku mohon! Tolong lepaskan aku!" Lagi-lagi igauan Jillian membuat hati Jeffran bagai teriris. Dipeluknya tubuh Jillian untuk menghangatkan tubuh yang menggigil kedinginan itu.
"Jill, jika benar kamu adalah gadis itu. Aku rela dihukum apapun olehmu, tapi tolong maafkan aku." Air mata Jeffran mengalir semakin deras, seiring pelukan yang kian erat di tubuh Jillian.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
pensi
kesel lama-lama lihat tingkahnya Jeff.
2023-03-06
1
pensi
iya bener Jeff.
2023-03-06
1
pensi
waduh gimana tuh, tanggung jawab Jeff
2023-03-06
1