Jeffran sudah pulang ke apartemen, setelah 2 hari dirawat di Rumah Sakit. Ternyata proses penyembuhannya lebih cepat dari yang dokter perkirakan. Memang keberadaan Jillian benar-benar mempercepat pemulihan Jeffran.
Keadaan Jeffran yang pada saat masuk Rumah Sakit terlihat lemah, pucat dan tidak bertenaga ... berubah drastis setelah dirawat Jillian. Nafsu makan Jeffran kembali normal, bahkan Jeffran tidak lagi mengalami mual dan muntah. Hingga akhirnya dokter mengizinkannya pulang karena keadaan Jeffran tidak lagi mengkhawatirkan.
Jillian dengan telaten merawat dan menyiapkan segala kebutuhan Jeffran. Tentu saja Jeffran senang dengan perlakuan Jillian padanya. Dirinya merasa nyaman, bahkan seringkali terkesan manja pada Jillian.
Di ruang santai apartemen, Jillian terlihat berkutat dengan laptop dihadapannya. Akhir pekan yang cukup sibuk dengan mengerjakan tugas kuliah, setelah dua hari kemarin Jeffran menyita perhatian dan waktunya.
"Jill, aku mau makan puding strawberry, apa kamu bisa membuatnya? Aku juga mau disuapi olehmu." Jeffran berucap dengan nada manja yang cukup menggemaskan. Namun bagi Jillian, suara Jeffran itu terdengar sangat menyebalkan. Karena lagi-lagi Jeffran meminta makanan yang tidak ada untuk Jillian buatkan. Padahal Jillian masih sibuk mengerjakan tugas kuliah.
"Aku akan membuatkannya, setelah aku selesai mengerjakan tugas kuliah." Jawaban Jillian membuat Jeffran memberengut kesal. Tapi Jillian tidak peduli, karena dirinya harus segera menyelesaikan tugas kuliahnya yang harus dikumpulkan besok pagi.
"Ayolah Jill, membuat puding strawberry dan menyuapiku tidaklah lama. Apalagi saat ini masih siang. Kamu masih memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan tugas kuliahmu." Mendengar perkataan Jeffran yang ringan dan terkesan meremehkan, Jillian langsung menghunus tatapan setajam elang ke arah Jeffran. Tentu saja nyali Jeffran menciut, takut Jillian marah dan malah menolak membuatkannya puding strawberry.
"Hmm, bagaimana kalau aku membantumu mengerjakan tugas, dan kamu membuatkanku puding strawberry?" tawar Jeffran hati-hati, namun Jillian tidak menjawab.
"Jill, tolong! Aku janji akan mengabulkan satu permintaanmu, apapun itu. Jika kamu mau membuatkanku puding strawberry." Jeffran memegang sebelah tangan Jillian dengan kedua tangannya, membujuk Jillian dengan raut wajah memelas. Jillian yang mendengar tawaran Jeffran pun, cukup tergiur.
"Baiklah. Ingat janjimu untuk mengabulkan satu permintaanku." Jillian bergegas menuju pantry dengan langkah yang bersemangat. Sementara Jeffran tersenyum senang, menunggu dengan sabar sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang santai. Hingga akhirnya dia tidak sengaja tertidur, karena terlalu lama menunggu.
"Jeff ... Jeff ... bangun Jeff ...!" Jillian mengguncang-guncang lengan Jeffran, hingga Jeffran terpaksa membuka matanya.
"Ini puding strawberry-nya." Mata Jeffran yang masih setengah terbuka, mendadak terbuka lebar disertai binar senang, saat melihat puding buatan Jillian tersaji di atas meja.
"Ah pudingku. Terima kasih Jill." Jeffran begitu senang, hingga mengecup pipi Jillian dengan gemas. Bukannya senang, Jillian justru kesal dan menggosok-gosok pipinya yang sedikit basah karena ulah Jeffran.
"Menyebalkan."
Jeffran mengulas senyum jahil ke arah Jillian, lalu mengambil puding di atas meja dan mengulurkannya ke arah Jillian.
"Jill, tolong suapi aku."
Helaan nafas kasar terdengar dari mulut Jillian. Jeffran yang khawatir Jillian akan menolak permintaannya, segera memasang raut memelas andalannya.
"Tidak. Makan saja sendiri," ketus Jillian.
"Kamu boleh meminta satu permintaan lagi padaku. Aku akan mengabulkannya." Jeffran mencoba bernegosiasi dengan Jillian, demi memuluskan permintaan anehnya itu.
"Hmm, okay. Kamu janji mengabulkan dua permintaanku Jeff." Jillian mengulurkan jari kelingkingnya, yang disambut kaitan jari kelingking Jeffran.
"Iya, aku janji," tegas Jeffran tanpa keraguan.
Beberapa detik kemudian, Jeffran langsung melahap suapan demi suapan puding strawberry dari tangan Jillian.
"Makanan apapun terasa lebih enak dan nikmat kalau Jillian yang membuat dan menyuapiku," puji Jeffran dalam hati.
*************************
Sepulang kuliah, Jillian langsung bergegas menuju tempat kerja barunya sebagai crew Wedding Organizer. Malam ini ada acara resepsi pernikahan dari seorang anak pengusaha besar, dimana WO tempat Jillian bekerja dipercaya untuk menjadi WO-nya. Jillian pun sudah diberi tugas untuk mendampingi keluarga mempelai perempuan dalam acara resepsi nanti malam.
Drrtt ... drrtt ... drrtt ...
Sebuah pesan masuk dari Jeffran, segera dibuka Jillian tanpa membuang waktu.
Jeffran
Jill, aku pulang agak malam, ada acara yang harus aku hadiri. Tidak usah memasak makan malam ya.
"Siapa juga yang mau memasak makan malam, aku juga harus bekerja." rutuk Jillian dalam hati.
Jillian
Aku juga ada acara penting, aku minta izin untuk pulang agak malam. Aku tidak mungkin macam-macam.
"Aku tidak mungkin bisa menyembunyikan apapun dari Jeffran, ada banyak pengawal yang mengawasiku. Mereka pasti melaporkan semua yang aku lakukan pada Jeffran. Kalau Jeffran marah, itu urusan belakangan."
*************************
Di salah satu ballroom hotel berbintang lima di Ibu Kota, Jillian dan semua crew WO sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Jillian pun terlihat berkali-kali memberikan pengarahan kepada keluarga mempelai perempuan, agar acara bisa berjalan lancar.
"Jillian, apa semuanya aman?" Dhiva yang merupakan owner sekaligus penanggung jawab acara, mulai mengontrol kinerja anak buahnya. Dirinya yang biasanya hanya memantau dari kejauhan, kali ini turun langsung. Karena client kali ini adalah salah satu client yang sangat penting baginya.
"Semuanya aman Bu Dhiva," jawab Jillian yakin.
"Siiip. Semangat ya. Oh iya, jangan memanggilku Bu, panggil saja Kak. Aku belum tua juga kan, aku masih kepala dua," protes Dhiva.
"Baik Kak Dhiva," balas Jillian seraya mengulas senyum.
Tiba-tiba detak jantung Jillian berdetak kencang, bahkan raut wajahnya terlihat menegang, saat melihat sang suami yang masuk melalui pintu khusus tamu VVIP.
"Jeffran ...."
Seketika Jillian menoleh ke arah Dhiva, setelah nama suaminya disebut begitu semangat oleh boss-nya itu. Jillian semakin penasaran dengan hubungan keduanya, terlebih saat melihat Dhiva yang mengulas senyum sumringahnya seraya menatap Jeffran dengan mata berbinar.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
pensi
waduh mereka malah ketemu di tempat yang sama.
2023-03-06
1
pensi
dikiranya bakalan dimasakin lagi 😅
2023-03-06
1
pensi
seiring berjalannya waktu, mereka pasti damai juga.
2023-03-06
1