Sebuah semangat baru, mengawali hari Jillian di pagi ini. Dirinya sudah bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri, tanpa menggantungkan dirinya pada Jeffran. Jillian enggan menggunakan uang ataupun fasilitas yang diberikan Jeffran padanya, karena tidak ingin kelak Jeffran mengungkit pemberiannya pada Jillian.
Jillian baru saja keluar dari kamar, saat mendengar suara Jeffran dari arah wastafel di dekat pantry.
"Uweeekk ... uweeekk ...." Jeffran kembali mengalami mual dan muntah parah, setelah Jillian menolak membuatkan menu makan malam dan juga sarapan untuk Jeffran.
Sebenarnya Jillian merasa tidak tega. Tapi saat mengingat perkataan Jeffran tadi malam yang sangat menyakiti hatinya, Jillian kembali emosi dan memilih mengabaikan Jeffran.
Dengan langkah santai, Jillian berjalan keluar dari apartemen. Mengabaikan panggilan dan tatapan Jeffran, disela-sela kegiatannya memuntahkan isi perutnya.
"Jill ... uweekk ... Jillian ... uweekk ...."
*************************
Sebuah Wedding Organizer terkenal di pusat kota, adalah tujuan Jillian saat ini. Senyumnya mengembang saat melihat bangunan megah dihadapannya. Beberapa hari yang lalu, dirinya mendapat tawaran untuk bekerja sebagai salah satu crew di WO milik kakak sepupu dari teman kampusnya, yang bernama Adel.
Awalnya Jillian menolak, mengingat permintaan Jeffran agar dirinya tidak bekerja lagi. Tapi kali ini, Jillian memilih tidak peduli meskipun Jeffran melarangnya. Karena Jillian ingin mendapatkan penghasilan sendiri, dan tidak ingin menerima uang sepeser pun dari suaminya itu.
Sebelum masuk ke dalam bangunan WO dan menemui pemilik yang akan menginterview-nya, Jillian menghela nafas panjang mendapati para pengawal yang ditugaskan Jeffran sudah mengawasinya dari kejauhan. Tapi Jillian menganggap mereka tidak ada. Meskipun dirinya tahu pasti, kalau sebentar lagi para pengawal itu akan melaporkan keberadaannya saat ini kepada Jeffran.
Sudah hampir 1 jam Jillian menunggu di lobby untuk diinterview. Namun pemilik WO yang akan menginterview dirinya ternyata masih belum datang. Berusaha menghilangkan kejenuhan, Jillian memilih sibuk dengan gadgetnya untuk membunuh waktu. Biar bagaimana pun juga, dirinya sangat memerlukan pekerjaan ini. Hingga sebuah sapaan lembut, mengalihkan pandangan Jillian dari gadgetnya.
"Hallo, Jillian ya? Maaf membuat kamu menunggu lama. Saya Dhiva, yang akan menginterview kamu hari ini," ucap seorang perempuan bermake-up bold dan berpakaian seksi dihadapan Jillian.
*************************
Hari ini ada 1 mata kuliah yang harus Jillian ikuti. Sehingga selesai interview, Jillian langsung bergegas menuju kampus. Tidak lupa setelah mata kuliahnya selesai, Jillian menemui Adel di kelas sebelah untuk berterima kasih. Karena sudah merekomendasikan dirinya untuk bekerja di WO milik kakak sepupu Adel.
"Adel, terima kasih ya, kamu sudah merekomendasikan aku pada Bu Dhiva. Aku sudah diterima bekerja, dan bisa mulai bekerja minggu depan," ucap Jillian tulus seraya memegang tangan Adel.
"Sama-sama Jill. Tapi untuk karyawan baru biasanya ditempatkan sebagai karyawan part time dulu ya? Hanya untuk event-event tertentu. Tidak apa-apa kan Jill?" Adel bertanya dengan ragu.
"Tentu saja tidak apa-apa, Bu Dhiva juga sudah menjelaskannya padaku. Yang penting aku bisa bekerja dan mendapat penghasilan Del." Jawaban Jillian membuat Adel bernafas lega.
Drrtt ... drrtt ... drrtt ...
Jillian mengerutkan kening saat dilihatnya nomor tidak dikenal muncul di layar ponselnya. Namun tetap diangkatnya, karena tidak ingin membuat siapapun yang menelponnya menunggu lama.
"Ya hallo ...."
"Jillian, aku Liam sepupu Jeffran. Datanglah ke Rumah Sakit Knight. Tadi aku menemukan Jeffran pingsan di apartemen." Perkataan Liam membuat Jillian membeku sesaat. Ada perasaan sedih juga rasa bersalah di hatinya. Pagi tadi, dirinya jelas melihat kalau Jeffran memang tidak baik-baik saja. Tapi rasa marahnya membuat Jillian tega mengabaikan laki-laki itu begitu saja.
"Baiklah, aku akan segera ke Rumah Sakit sekarang juga," jawab Jillian, sebelum akhirnya menutup panggilan telepon dari Liam.
"Adel, maaf aku harus segera pergi. Aku harus menengok keluarga yang sakit," ucap Jillian pada Adel.
"Baiklah, hati-hati dijalan ya Jill," jawab Adel.
*************************
Selang 15 menit, Jillian sudah sampai di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Knight, tempat Jeffran dirawat. Raut bersalah di wajah Jillian semakin jelas terlihat, saat memandang Jeffran yang terbaring lemah di atas ranjang Rumah Sakit. Apalagi dengan tangan dipasangi infus, juga disertai wajah kuyu dan pucat pasi.
"Jill ...." lirih Jeffran seraya memandang Jillian dengan tatapan sayu.
"Iya." Jillian menjawab dengan suara yang nyaris tidak terdengar.
Liam yang sedari tadi duduk di atas sofa, mendekat ke arah Jillian yang duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur Jeffran.
"Dokter mengatakan kalau keadaan Jeffran sangat lemah, dia juga mengalami dehidrasi. Jadi untuk beberapa hari ini, Jeffran harus dirawat di Rumah Sakit."
Jillian tidak menanggapi perkataan Liam. Yang ada di pikiran dan hatinya adalah rasa bersalah dan penyesalan, karena sudah mengabaikan Jeffran dan sengaja tidak membuatkannya makanan. Padahal Jillian tahu, kalau Jeffran tidak bisa memakan makanan apapun selain makanan yang dibuat Jillian.
"Jillian, aku titip Jeffran ya. Aku harus mewakili Jeffran dalam beberapa meeting penting," ucap Liam yang diangguki Jillian.
"Okay, aku pergi ya." Liam langsung melesat pergi, meninggalkan Jillian dan Jeffran yang saling memandang tanpa suara.
"Jill ... maaf ...." Jillian membeku mendengar ungkapan maaf dari Jeffran. Terlebih sorot mata Jeffran terlihat tulus dan sendu.
"Aku sudah menyakiti hati kamu dengan perkataanku." Lidah Jillian kelu tidak mampu berkata sepatah katapun.
"Aku rasa, Tuhan sedang menghukumku karena bersikap buruk padamu." Jillian masih diam, namun Jeffran seolah mengerti akan kebingungan yang dirasakan Jillian.
"Aku minta maaf, Jill." Jeffran meraih tangan Jillian yang bertumpu di atas tempat tidur.
Jillian memandang tangannya yang saat ini digenggam Jeffran. Hatinya berdesir, ada perasaan nyaman yang tiba-tiba muncul.
"Bisakah kamu mendekat sedikit lagi." Ucapan Jeffran membuat Jillian mengerutkan keningnya.
"Untuk apa?" ucap Jillian penuh tanya.
"Tolong jangan bertanya, cukup mendekatlah sedikit lagi." Jawaban Jeffran tidak memuaskan rasa ingin tahu Jillian. Tapi Jillian tetap menuruti permintaan Jeffran dengan mendekat dan sedikit mencondongkan dirinya ke arah Jeffran.
Tiba-tiba Jeffran menarik tangan Jillian, hingga tubuh Jillian jatuh di atas tubuh Jeffran. Tanpa jeda, Jeffran langsung memeluk tubuh Jillian yang menempel diatas tubuhnya. Jillian yang sempat terkejut, berusaha melepas pelukan Jeffran. Tapi Jeffran justru semakin mengeratkan pelukannya.
"Sebentar saja. Aroma tubuhmu membuatku begitu nyaman. Bahkan rasa mualku pun selalu hilang setiap kali berada di dekatmu." Mendengar perkataan Jeffran, Jillian menghentikan pergerakannya dan terlihat pasrah membiarkan Jeffran memeluk dirinya. Hingga pendengarannya dibuat tidak percaya dengan perkataan Jeffran selanjutnya.
"Sepertinya aku memang tidak bisa jauh dari kamu, Jill."
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
pensi
ciee obat penyembuh nya adalah cinta 😍
2023-02-28
1
pensi
apa Jeff pingsan karena mual-mual itu ya? 🤔
2023-02-28
1
Amelia Syharlla
rasakno kapok mu kapan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-02-12
1