Pernikahan yang Jillian dan Jeffran tidak pernah harapkan, akhirnya tetap harus terjadi. Hanya selang seminggu sejak meninggalnya Jordan, mereka langsung dinikahkan di kediaman sang mempelai wanita. Tidak ada pesta mewah seperti rencana pernikahan Jillian dan Jordan yang gagal. Melainkan hanya acara akad nikah dan resepsi yang dihadiri keluarga dekat saja.
Sebelum pernikahan, Jillian dan Jeffran tidak pernah bertemu sekalipun. Segala macam persiapan pernikahan seperti fitting baju pengantin pun dilakukan secara terpisah. Bahkan sampai hari pernikahan, Jillian dan Jeffran sama-sama tidak mengetahui seperti apa rupa calon pasangan mereka. Sesungguhnya mereka berdua sama-sama tidak peduli.
Saat akad nikah, Jeffran tidak duduk bersama Jillian di depan penghulu. Karena Jillian baru akan dihadirkan saat Jeffran selesai mengucap ijab qabulnya.
Begitu kata "Sah" menggema di ruang tamu rumah Jillian, barulah Jillian turun ditemani dua orang sepupunya yang bertugas sebagai bridesmaid. Dengan perlahan, Jillian duduk di depan penghulu tepat di sebelah Jeffran, dan menandatangani beberapa dokumen pernikahan bersamaan dengan Jeffran.
Jeffran dan Jillian masih sama-sama enggan untuk saling menatap. Hingga permintaan sang penghulu yang meminta Jillian untuk mencium tangan laki-laki yang sudah sah sebagai suaminya itu, terpaksa membuat keduanya harus saling memandang.
Deg ...
"Laki-laki ini? Kenapa aku harus menikah dengan laki-laki ini?" Jillian membatin tidak terima.
Bukannya mencium tangan Jeffran yang sudah terulur, Jillian justru mundur selangkah dengan memasang raut wajah benci sekaligus takut.
Sikap aneh Jillian ini mengundang tanya semua keluarga yang hadir. Jeffran pun mengerutkan keningnya karena tidak mengerti dengan alasan Jillian bersikap seperti itu terhadapnya. Tidak ingin menimbulkan berbagai macam prasangka, Jillian memilih maju perlahan dan mencium tangan Jeffran dengan tangan bergetar. Tubuh Jillian pun bergetar hebat, saat Jeffran melabuhkan sebuah kecupan singkat di keningnya.
Di sepanjang acara, tidak ada lagi kontak mata, apalagi obrolan diantara pasangan yang sudah resmi menjadi suami istri itu. Mereka hanya menyalami dan menerima ucapan selamat dari seluruh keluarga sambil memasang senyum terpaksa di wajah mereka. Hingga akhirnya acara pernikahan mereka selesai menjelang sore hari.
Di dalam kamar Jillian yang sudah disulap menjadi kamar pengantin, Jeffran tampak duduk di sofa seraya menatap dingin ke arah Jillian yang duduk dihadapannya.
"Aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Jangan berharap aku akan memperlakukanmu selayaknya istri. Aku hanya menuruti permintaan kedua orangtuaku untuk memberikan status pada anak Jordan. Ingat, pernikahan ini hanya sementara. Aku akan menceraikanmu, saat anak Jordan lahir dan resmi masuk dalam keluargaku." Senyum sinis tersungging di wajah Jillian, begitu semua rangkaian kalimat Jeffran selesai diucapkan.
"Jangan pernah berpikir untuk mengambil anak ini dariku. Aku pun sama sekali tidak mengharapkan pernikahan ini. Apalagi harus menikah dengan laki-laki sepertimu," balas Jillian menantang Jeffran yang kini terlihat menekan emosinya yang memuncak. Jeffran mencondongkan tubuhnya ke arah Jillian, disertai tatapan nyalang yang mengintimidasi.
"Laki-laki sepertiku? Kamu bahkan tidak mengenalku. Tapi aku tahu seperti apa perempuan yang hamil di luar nikah." Senyum Jeffran terlihat meremehkan Jillian. Hingga membuat Jillian tidak bisa menahan dirinya untuk mendaratkan sebuah tamparan di pipi kiri Jeffran.
Plaaakk ...
Jeffran menghunuskan tatapan tajamnya ke arah Jillian. Tapi Jillian sama sekali tidak terlihat takut. Meskipun matanya sudah terlihat memerah karena marah dan menahan air mata yang bersiap menetes.
"Cukup urusi hidupmu, aku akan menjalani peranku sampai kita bercerai." Jillian bergegas masuk ke dalam kamar mandi, setelah lebih dulu mengambil piyama tidur dari dalam lemari pakaiannya.
Jeffran tampak mengelus pelan pipinya yang panas karena ditampar Jillian. Rahangnya semakin mengeras dengan sebelah tangan mengepal kuat.
Aku akan membuat hidup perempuan itu seperti di neraka. Dia sudah membuat hidupku yang sempurna menjadi berantakan. Kalau bukan karena permintaan Papa dan Mama, aku tidak akan mau menikahi perempuan murahan itu.
Sementara di dalam kamar mandi, Jillian menangis sejadi-jadinya sambil berendam di dalam bathtube. Dia kembali meratapi hidupnya yang malang seperti beberapa hari ini. Namun kali ini Jillian merasa hidupnya akan semakin hancur setelah menikah dengan Jeffran.
Aku begitu membencinya dan berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengannya. Tapi kenapa aku justru ditakdirkan menikah dengannya dan harus menjalani hari-hariku dengan melihat wajahnya? Sepertinya dia sama sekali tidak ingat padaku, tapi aku ingat setiap perlakuan buruknya terhadapku. Rasanya aku ingin membunuh laki-laki itu dengan tanganku sendiri.
*************************
Tidak ada ritual malam pertama seperti pasangan pengantin pada umumnya. Malam yang mereka lewati hanya malam dengan aura dingin. Dimana Jillian tidur di atas tempat tidurnya, sedangkan Jeffran tidur di atas sofa.
Hari kedua setelah menikah pun, Jeffran langsung meminta izin pada kedua mertuanya untuk membawa Jillian tinggal di apartemennya. Tentu saja hal itu disambut baik oleh Papa Rendra dan Mama Jovita. Mereka menganggap Jeffran sudah tidak sabar untuk tinggal berdua saja bersama Jillian, tanpa adanya gangguan dari orang lain. Padahal tujuan Jeffran yang sebenarnya adalah agar dia tidak perlu berakting menjadi suami yang baik di depan kedua mertuanya lagi.
Lagipula jika mereka sudah tinggal di apartemen, Jeffran merasa bebas memperlakukan Jillian sesuai kemauannya. Seperti tujuannya yang akan membuat hidup Jillian bagaikan di neraka.
Jeffran dan Jillian tidur di kamar terpisah, mereka sepakat untuk bersikap layaknya orang asing setiap harinya. Tidak ada interaksi apapun diantara mereka. Bahkan Jeffran pun merasa tidak punya kewajiban untuk memberikan nafkah lahir apalagi nafkah batin pada Jillian.
Jillian pun tidak merasa keberatan sama sekali dengan peraturan tidak tertulis ini. Justru dirinya merasa lebih nyaman, dengan tidak terlalu banyak kesempatan melihat wajah Jeffran yang memuakan. Karena sesungguhnya hatinya selalu merasa teriris setiap kali melihat wajah Jeffran. Kejadian malam penuh petaka itu selalu kembali terlintas di kepalanya.
Pagi ini, Jeffran sudah bersiap berangkat ke perusahaan. Posisinya sebagai CEO dari perusahaan keluarganya yaitu Smith Group Company membuatnya memiliki tanggung jawab untuk bersikap profesional dalam pekerjaannya. Meskipun dia seorang pemimpin perusahaan, Jeffran tidak pernah bersikap semaunya. Apalagi memberikan contoh yang buruk dihadapan seluruh karyawannya.
Jeffran duduk di ruang santai yang menghadap ke arah pantry. Memandangi gadget-nya seraya menikmati secangkir kopi dan setangkup roti berisi selai cokelat yang disiapkannya sendiri. Tiba-tiba Jeffran menghentikan kunyahannya saat mendengar suara berisik dari arah wastafel di dekat pantry.
"Uweeekk ... Uweeekk ...." Jillian yang awalnya akan membuat sarapan untuk dirinya sendiri, mendadak mual dan memuntahkan isi perutnya.
Jeffran membanting setengah roti yang hampir masuk ke dalam mulutnya dengan sangat kesal.
"Perempuan siallan! Kamu membuat selera makanku hilang," teriak Jeffran.
Bukannya peduli dan bersimpati dengan morning sickness yang dirasakan Jillian setiap paginya, Jeffran justru merasa kesal dan terganggu.
Jillian berusaha tidak mempedulikan perkataan Jeffran. Setelah perutnya terasa lega, Jillian memilih melanjutkan niatnya untuk membuat sarapan. Nasi goreng adalah menu sarapan yang dipilih Jillian kali ini. Dengan sangat cekatan, Jillian menyiapkan bahan-bahan dan memasaknya hingga menjadi nasi goreng special yang menggugah selera.
Wangi nasi goreng special buatan Jillian berhasil menggoda indera penciuman Jeffran. Entah mengapa Jeffran begitu ingin mencicipi nasi goreng buatan Jillian itu. Tapi gengsinya jelas mengalahkan kemauannya.
Jeffran terus memperhatikan Jillian yang sedang menikmati nasi gorengnya dengan lahap. Air liur Jeffran seakan hendak menetes, setiap kali Jillian memasukan suapan demi suapan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Kenapa nasi goreng itu terlihat sangat menggoda? Dari wangi dan tampilannya, nasi goreng itu pasti sangatlah lezat. Kenapa aku sangat ingin memakannya? Tapi aku tidak mau memintanya pada Jillian," ujar Jeffran dalam hati.
Sebenarnya Jillian menyadari kalau saat ini dirinya sedang diperhatikan oleh Jeffran. Tapi Jillian sama sekali tidak tahu kalau suaminya itu tergoda oleh nasi goreng buatannya.
"Eheeem ...."
Jillian berusaha untuk tidak mempedulikan Jeffran yang sedang mencari perhatian. Dirinya memilih menyudahi sarapannya dan kembali ke dalam kamarnya.
Dengan mengendap-endap, Jeffran pergi ke pantry untuk mencari apa yang diinginkannya. Matanya langsung berbinar saat membuka tutup wajan yang tadi digunakan Jillian. Ternyata wajan itu masih berisi nasi goreng, meskipun hanya tinggal sedikit.
Jeffran langsung menaruh nasi goreng itu di sebuah piring, lalu membawanya ke meja makan. Dengan penuh semangat, Jeffran segera melahap nasi goreng itu dalam suapan besar.
"Enak sekali nasi goreng ini. Sayang sekali hanya tinggal sedikit." keluh Jeffran dalam hati.
Tanpa Jeffran sadari, kalau saat ini Jillian sedang berdiri menatapnya seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Bagaimana nasi goreng buatanku? Enak?" tanya Jillian sarkas.
Seketika Jeffran tersedak, dengan nasi goreng menyembur dari mulutnya. Untung saja tidak sampai mengenai Jillian.
"Aku ... aku hanya tidak suka orang yang suka membuang-buang makanan. Jadi aku memakannya agar tidak mubadzir," jawab Jeffran sekenanya.
"Aku kan tidak membuang-buang makanan, aku berniat menghabiskannya saat lapar nanti. Kenapa malah kamu makan?" protes Jillian tidak terima.
"Ya sudah nanti aku ganti, karena masalah sepele saja sampai semarah itu. Nanti malam aku belikan nasi goreng dari restaurant terbaik, untuk mengganti nasi goreng yang aku makan."
"Tidak usah, aku tidak sudi makan makanan darimu," ketus Jillian, sambil membalikkan tubuhnya untuk kembali ke kamarnya.
Sementara Jeffran merutuki kebodohannya yang malah terpergok Jillian, saat memakan nasi goreng buatan Jillian itu.
"Aduh memalukan sekali. Kenapa pakai acara ketahuan segala. Bodoh sekali kamu Jeffran." Jeffran merutuki dirinya dalam hati.
*************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Aprilia
Jodoh memang ga ada yg tau ya jilian😭
2024-09-23
1
Ucy (ig. ucynovel)
pasti akan ada hal yg membuat jefran menyukai jillian
2023-02-24
1
pensi
jadi niat menikah hanya untuk bercerai? tapi kalo diingat kilas balik kehidupan Jillian, tak sanggup 😭
2023-02-03
2