Gwen menuju halaman belakang gedung kantor. Segala kesedihan ia tumpahkan, ia menangis sejadinya di sana. Hingga seorang menepuk pundaknya. Gwen menoleh melihat siapa yang menepuk pundaknya.
"Kau...?" Gwen sangat terkejut karena yang menepuk pundaknya adalah malaikat itu.
"Mengapa Kau di sini? Kau ingin menghiburku?" ucap Gwen sinis.
"Sepertinya Kau tak perlu dihibur. Mengapa sedih sekali. Itu hanya seonggok daging, semua orang akan mengalaminya. Nyatanya kamu masih di sini, masih bisa melakukan banyak hal." ucapnya dengan tenang.
"Kamu memang tidak berperasaan! Bagaimana dengan Ben dan Mamaku?" tanya Gwen dengan ketus.
"Mereka hanya bersedih sebentar, lihat saja mereka akan menjalani hidup dengan biasa lagi, dengan atau tanpamu."
Gwen menunduk merenungkan ucapan Malaikat itu.
"Aku..." Sosok Malaikat itu telah menghilang, Gwen menghela napasnya lalu masuk kembali ke ruangannya.
"Dari mana saja kamu La?" tanya Winda.
"Aku tiba tiba teringat mobilku, aku mencarinya." Itu jawaban yang ada di pikiran Gwen.
" Sudah ketemu?" Gwen menggeleng. Winda tersenyum, lalu memencet nomor ruangan sopir.
"Halo, Pak Ipul, kemarin mobil Laura di parkir di mana?" tanya Laura melalui sambungan langsung kantornya.
"Oh, Bu Laura sudah masuk ya?" tanya suara di seberang.
"Iya, dia bingung cari mobilnya ini!"
"Saya parkir di dekat pintu keluar kok, seperti biasanya parkir."
"Oke Pak, terima kasih."
"Sama sama Bu."
Winda meletakan gagang telepon, dan tersenyum pada Gwen, "Masalah selesai!"
"Terima kasih Winda!" Ucap Gwen dengan tulus.
"Tumben Lo pake outer itu? Gue pikir sudah terkubur di dalam lemari." ucap Winda sambil menunjuk outer batik yang dikenakan Gwen.
"Ya, ini memang sudah terkubur di dalam sekali. Gue pingin ganti penampilan saja." Jawab Gwen sambil tertawa kecil.
"Makasih sudah dipakai, gue senang akhirnya Lo sedikit bisa menghargai diri Lo sendiri."
"Maksudnya?" Gwen heran.
"Lo terlalu keras bekerja, harusnya Lo yang pantas jadi Manajer, tapi Lo kalah sama orang yang menjilat dan berpenampilan menarik, tapi otaknya kosong. Gue ga rela."
Gwen semakin tidak mengerti maksud Winda.
"Win, maaf, gue bukannya sengaja atau berlagak nego, tapi sejak kejadian kemarin ada beberapa hal yang ga bisa gue inget. Bisa bantu tolong jelaskan ucapannya barusan." Gwen berkata sambil menatap Winda dengan penuh harap.
"Katrin jadi manager keuangan sementara, padahal Lo tau, dia itu sales, bukan akunting atau finance. Baca laporan keuangan saja ga ngerti, kok mau jadi manager!" cerocos Winda.
"Manager keuangan sebelumnya?"
"Pak Bayu? Dia mutasi ke Medan, dan gosipnya, Katrin itu rekomendasi Pak Bayu. Yang lebih penting lagi dari desas desus yang ada, Pak Bayu pernah tidur dengan Katrin." Winda sedikit berbisik saat mengucapkan kata yang terakhir.
"Oya?" Gwen terkejut.
"Bukan cuma sekali, tapi sering. Ada OB yang pernah mergokin mereka kuda kudaan di ruangan Pak Bayu, selepas jam kantor." Winda memelankan suaranya. Gwen melotot sambil menutup mulutnya dengan tangan.
"Pak Bayu sudah menikah?" tanya Gwen dengan polos.
Winda menganguk cepat, "Dan bukan cuma dengan Pak Bayu, dia pernah juga sama Pak Broto manager pamasaran, bosnya. Alan pernah melihat mereka pangku pangkuan di ruangan Pak Broto. Gak mungkin kan cuma flitring, pasti ujung-ujungnya main kuda kudaan juga." Gwen semakin terkejut mendengarnya.
"Seru seru...!" Gwen tersenyum lepas, tak percaya kisah kisah yang biasa dia baca untuk skrip ftv, atau sinetron, ternyata ada juga di kenyataan.
"Seru gimana? Dasar ya Lo. Btw, biasanya Lo menangapi gosip selalu dengan tampang kalem, ini malah bilang seru. Apa efek tembakan itu membuat otak Lo agak geser?"
Gwen tertawa mendengar analisis Winda tentang dirinya.
Mereka lalu melanjutkan pekerjaan.
Menjelang jam pulang, Gwen telah menyelesaikan beberapa pekerjaan, dia berseluncur membaca berita yang sedang tranding.
Berita kematian dan pemakaman Gwen yang ada hampir di seluruh media online.
Gwen melihat foto Ben yang mengenakan kacamata hitam saat pemakaman. Ingin rasanya Gwen menghubungi lelaki itu, dan mengatakan " Gue masih hidup, Ben!"
Tapi, itu tidak mungkin.
Gwen membaca catatan Laura, mengambil surat rumah di kantor Ben.
Gwen berencana ke sana ingin menemui Ben.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments