Seorang perempuan bertubuh plus size sedang berdiri di depan sebuah bank sambil merapikan blazer warna hitamnya.
Satpam bank membukakan pintu.
"Saya mau bertemu Pak Adam." ucapnya dengan tegas dengan wajah datar tanpa senyum.
Satpam tersebut mengerti, bahwa perempuan itu adalah nasabah prioritas.
"Mari Bu, silahkan langsung naik ke lantai 2!" ucap Satpam itu dengan sopan, mempersilakannya naik melalui tangga.
Perempuan itu naik ke lantai 2. Pak Adam segera menyambutnya dengan senyum khas pegawai bank.
"Selamat pagi Bu Laura, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan sopan.
"Saya mau mengirim cek untuk PT. Anugrah dan Gaya Mode." ucapnya datar.
"Baiklah saya akan bantu urus pengiriman nya." Pak Adam segera mengisi berkas pengiriman cek untuk seseorang bernama Laura tadi.
"Pak Adam, apakah saya boleh bertanya tentang surat pembelian rumah atas nama saya tempo hari? Maaf saya melenceng dari urusan pekerjaan." tanya Laura dengan sopan.
"Oh, Ibu kemarin pembelian rumah lewat Bu Reni, nanti saya coba tanyakan. Silahkan tanda tangan di sebelah sini Bu!"
Laura menandatangani lembaran kertas untuk pengiriman cek perusahaan.
Pak Adam menelpon rekannya yang bernama Reni menanyakan surat rumah yang di maksud Laura.
Laura seorang karyawan di Perusahaan yang memiliki toko retail besar yang ada hampir di seluruh kota besar di Indonesia, ada juga butik dan restoran. Laura adalah bagian keuangan yang dipercaya oleh Ibu Sisil, pemilik perusahaan untuk mengurus keuangan perusahaan miliknya.
Laura adalah perempuan yang pintar, jujur, dan pekerja keras. Ia berusia 32tahun dan telah mengabdi di perusahaan itu sejak ia magang saat masih kuliah, hingga saat ini sekitar hampir sepuluh tahun totalnya. Mulai saat dia magang di kantor cabang Yogyakarta saat masih kuliah. Lalu dipindah ke Surabaya selama dua tahun, awal ia diterima bekerja, bukan sebagai anak magang.
Bu Sisil adalah teman Ibunya semasa sekolah dulu di Yogyakarta. Keluarga Bu Sisil masih berdarah biru keluarga Keraton. Suaminya juga masih keturunan keraton juga.
Bukan karena ia anak teman Bu Sisil, namun karena kemampuan dan kerja keras dari Laura sendiri hingga dipercaya pemilik perusahaan untuk menjadi salah satu orang kepercayaannya.
"Bu Laura, surat surat rumah telah di notaris. Ibu tinggal mengambil saja ke kantor mereka, semua sudah beres." Pak Adam membuyarkan lamunan Laura.
"Oh, baik. Terima kasih." Jawab Laura dengan sopan. Ia mengecek kembali transaksi yang akan dia lakukan.
BRAKKK....
"Jangan ada yang bergerak..!! Diam di tempat..!!" Tiba tiba pintu ditendang keras, beberapa orang bertopeng masuk ke ruangan itu dengan menodongkan senjata.
"Mana brankas?" Bentaknya.
Semua yang ada di sana diam, lalu..
DOORR...
Seorang dari penjahat itu menembak ke udara menggertak.
"Jawab..! Di mana brankas dan siapa yang bertanggung jawab?!" Ulangnya lagi dengan membentak.
Seorang wanita mengacungkan tangannya memberi tanda dia yang bertanggung jawab.
Penjahat itu menghampirinya, lalu menarik paksa sambil menodongkan senjata di punggung wanita itu.
"Buka brankas!" Teriak penjahat itu diikuti seorang penjahat lagi dengan mambawa tas.
Laura masih menunduk, ia memberi isyarat pada Pak Adam untuk memencet alarm tanda bahaya yang terletak di mejanya.
"Jangan ada yang bergerak! Jika macam macam tak ada ampun untuk semuanya!" Teriak penjahat yang berdiri tepat di belakang Laura.
Pak Adam menurunkan tangannya perlahan-lahan untuk memencet tombol tanda bahaya di bawah mejanya.
Laura menghela napas panjang, lalu dengan penuh keberanian dia menggenggam tasnya, ia berbalik dan menghantamkan tas ke wajah penjahat yang ada di belakangnya.
Pak Adam dengan cepat memencet tombol alarm, lalu terdengar sirine tanda bahaya meraung-raung.
Salah satu penjahat di ruang brankas mengecek keributan di ruang sebelah.
Saat mengetahui salah satu temannya terperdaya oleh Laura, ia mengarahkan senjatanya ke wanita itu, lalu menembakkan senjata apinya tepat di dada Laura.
Laura memegang dadanya yang berlumur darah, perih sekali rasanya, sebelum dia hilang kesadaran ia menghantamkan tubuhnya dan menjatuhkan dirinya tepat di atas penjahat yang ada di dekatnya, lalu ia tak sadarkan diri.
Suara sirine polisi terdengar, lalu dengan sigap menangkap para penjahat tersebut. Beberapa kali polisi melepaskan tembakan karena perampok tersebut sempat melawan.
Tubuh Laura dibawa oleh petugas medis ke rumah sakit, untuk memberikan pertolongan. Darah mengucur dari dadanya tepat di tempat peluru yang ditembakkan tadi bersarang.
Dokter dan perawat mengoyak kulitnya untuk mengeluarkan peluru. Lalu dokter mengangkat penjepitnya dan mengambil peluru yang ada di dada Laura.
Untuk sesaat dokter itu menatap Laura sambil menghela napas lega. Lalu ia melanjutkan menjahit dan membersihkan area bekas tembakan itu.
Jarak kurang dari dua milimeter peluru mengenai tepat jantung Laura.
Setelah operasi selesai Laura dibawa ke kamar pasien untuk beristirahat menunggu sadarkan diri.
***
Di area rumah sakit sangat ramai karena kejadian kecelakaan mobil artis terkenal Gwen. Tak hanya awak media, namun penggemar langsung menuju rumah sakit untuk mendapatkan kebenaran dan berita tentang Gwen.
Mama Gwen terlihat menangis memeluk manager Gwen, Mas Andre. Tunangan Gwen, Ben masih di dalam ruangan menemani tubuh Gwen yang telah terbujur kaku. Lisa dan Anita saling berpelukan dan menangis.
Hujan deras mengguyur bumi saat itu, semesta pun bersedih kehilangan artis yang baik dan tanpa berita buruk itu.
***
Setelah tindakan iseng Gwen terhadap malaikat itu, tubuh Gwen seakan melayang terserap oleh satu kekuatan besar yang menariknya sangat kencang.
Gwen pasrah dalam pusaran itu. Dia memejamkan mata, lalu dia merasa terhempas di suatu tempat.
Lalu ia membuka matanya perlahan. Dia melihat tangannya terhubung dengan selang infus di samping ranjangnya. Ia melihat bayangan dirinya dari jendela kaca di sampingnya. Gwen menyadari itu bukan dirinya.. "TIIDAAAKK..!!" Ia berteriak sekuat tenaga, membuat pasien di sebelahnya terkejut dan perawat langsung berlari menuju ranjangnya.
"Tenang Bu..!" Ucap perawat menenangkan Gwen.
"Di mana aku?" tanya Gwen lirih.
"Di rumah sakit. Ibu tertembak perampok kemarin, dan baru sadar hari ini." Perawat menjelaskan.
Gwen menutup wajahnya dengan tangannya. Lalu memegang tubuhnya yang terasa lebih lebar dari tubuhnya dulu.
Apa ini...??
Gwen tak dapat berpikir lagi.
"Apa aku bisa pulang?" tanyanya.
"Tunggu, saya panggilkan dokter supaya memeriksa kondisi Ibu" Jawab perawat itu dengan sabar, lalu meninggalkan Gwen, untuk memanggil dokter.
Gwen melihat sekelilingnya, dengan susah payah dia turun dari ranjangnya, berjalan sambil memegang infus di tangannya yang sebelah.
Tampak sebuah tas tergeletak di bangku dekat ranjang. Gwen mengambil tas itu lalu membukanya.
Terdapat kartu tanda karyawan bertulis Laura, PT Aneka Anugerah. Gwen mengenal perusahaan itu, karena sering menjadi bintang iklan di sana.
Gwen menatap pantulan dirinya dari kaca jendela.
Siapa kamu Laura? Mengapa aku ada di sini, dalam tubuhmu?"
Suara langkah kaki terdengar menuju ke tempat Gwen, perawat menyingkap tirai ya, seorang dokter memeriksa kondisi tubuh Gwen.
"Bagus semua sudah normal kembali. Ibu bisa pulang hari ini." ucap dokter sambil tersenyum.
"Terima kasih dokter." ucap Laura.
Perawat melepas jarum infus dari lengan Gwen.
"Mbak, lalu pakaian saya bagaimana?" Tanya Gwen bingung karena masih mengenakan baju rumah sakit.
"Ini pakaian lama Ibu, namun banyak noda darahnya. Ibu bisa meminjam dahulu pakaian rumah sakit ini, besok saat kontrol dapat dikembalikan." terang perawat itu lagi
Gwen menganguk sambil menerima pakaian yang berlumur darah tersebut.
"Ibu beruntung sekali, kurang dari 2 milimeter, peluru mengenai jantung. Semoga segera pulih ya Bu." Perawat tadi memegang bahu Gwen penuh simpati, lalu meninggalkannya.
Gwen masih terpaku mendengar ucapan perawat.
Kurang dari 2mm peluru menembus tepat di jantung dan beruntung.
Lalu siapakah orang ini, mengapa aku di dalam tubuhnya.
Gwen menemukan ponsel di dalam tas, lalu pergi meninggalkan kamar pasien tempatnya bermalam. Tak tahu harus ke mana setelah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments