Gwen tertidur di kamarnya yang masih hanya ada tempat tidur dan lemari saja.
Tubuhnya terasa amat letih, apalagi terkadang dadanya terasa sedikit nyeri di bagian luka tembak.
Gwen terbangun, dia melihat sekelilingnya, ia berada di sebuah ruangan kosong. Gwen berdiri memanggil Lisa.. Namun tak ada jawaban. Dia berjalan terus, seolah tak ada ujungnya, terlihat sosok berdiri di depan sana menatapnya. Gwen berlari mendekati sosok itu. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui sosok itu.
"K- kamu malaikat itu?" ucapnya
"Ya .."
"Di mana aku?"
"Kamu masih ada di duniamu."
"Bagaimana bisa aku di dalam tubuh Laura?"
"Itu akibat kamu menyentuh tombol itu. Saat itu tubuh yang kosong menarik jiwa yang belum siap."
"Lalu tubuhku?"
"Tubuhmu telah mati Gwen. Kamu mendapat kesempatan hidup kembali, gunakan kesempatan ini dengan baik. Jangan pernah sekali kali melawan takdir orang lain, atau memaksakan kehendakmu karena kamu kini adalah Laura."
"Bagaimana dengan Gwen?" tanya Gwen sedikit emosi.
"Yang orang tau, Gwen telah meninggal. Kini kamu adalah Laura, karena ulahmu sendiri. Kemampuan dan kecerdasan Laura masih tertanam di tubuhnya, namun jiwanya adalah dirimu Gwen." ucap malaikat itu.
Gwen tertunduk.
"Bagaimana....?" Malaikat itu telah menghilang, Gwen terkejut.
"Woi... Malaikat...!!" teriak Gwen memanggil malaikat itu, tapi tak ada jawaban. Malaikat itu meninggalkannya sendiri.
Lalu Gwen melihat bayangan di depannya sedang duduk menatapnya.
"Laura.?"
Laura hanya memandang Gwen tanpa ekspresi.
"Tolong jaga ibu dan adikku ya! Aku tahu kamu orang baik. Aku sudah bahagia bertemu Bapak saat ini." ucap Laura.
"Tapi, mengapa harus aku?"
"Takdir yang mengubah jalan hidup kita. Aku yakin kamu bisa membuat hidupku ke depannya lebih berharga."
"Mengapa kamu menyerah, di saat tubuhmu ingin berjuang." tanya Gwen. Laura hanya tersenyum tak menjawab.
Udara dingin tiba tiba menyeruak menusuk hingga tulang Gwen, ia mendekap tubuhnya sendiri dan memejamkan matanya, lalu ia membuka matanya.
Ternyata ia hanya bermimpi...
Gwen bangun dan menuju dapur hendak minum, ia melihat jam dinding di ruang tengah, menunjuk pukul 8 malam.
Gwen mengambil gelas, dan mengisinya dengan air, langsung meneguknya hingga habis.
Ia menatap pintu kulkas, ada pesan dari Lisa.
Gwen, gue ada syuting. Nanti malam gue tidur di rumah mama Lo, bantu persiapan pemakaman Lo besok.
Gwen bergeming membaca pesan itu. Tiba tiba air mata menetes dari pelupuk matanya.
Gwen duduk memikirkan mimpi yang baru dialaminya, dan pesan dari Lisa.
Dia menatap langit dari jendela dapur, dalam hatinya berdoa memasrahkan semuanya. Gwen memejamkan matanya, ia ikhlas dengan apa yang telah terjadi menimpanya.
Ia menghela napas panjang, membuka matanya perlahan.
Gwen berjalan menuju ruang tengah, membuka kardus satu persatu, lalu menyusunnya, menata sesuai dengan keinginannya.
Akhirnya tinggal satu kardus kecil tersisa. Rumah sudah terlihat rapi dan ada isinya. Gwen membuka kardus terakhir, yang ternyata berisi pernak pernik koleksi Laura. Ada beberapa piala lomba akademis, lomba menyanyi, dan beberapa penghargaan lain. Gwen mengambil sebuah buku, lumayan tebal, membukanya, ternyata diary milik Laura. Gwen mulai membaca dari awal, mencoba mengenal sosok Laura.
****
"Lis, jadinya Lo akan tinggal di mana besok?" tanya Anita.
"Gue belum tahu." Lisa menaikkan bahunya pasrah.
"Madam nyuruh gue tinggal di rumahnya, besok selesai pemakaman barang barang Gwen dikembalikan ke kamarnya yang lama, lalu katanya apartemen itu mau disewakan." Lisa mangut mangut mendengarkan penjelasan Anita.
"Ya udah gue besok beresin barang barang gue yang ada di sana."
"Itulah, besok bantuin gue ya."
"Oke."
Selesai acara mendoakan arwah Gwen y
hari ke-3 Madam, Mama Gwen, mengumpulkan semua asistennya, termasuk Anita dan Lisa. Terlihat Papa Gwen hadir di sana menemani Madam. Papa terlihat beberapa kali menepuk pundak Madam menenangkannya.
Malam itu Mama dan Papa Gwen sangat berterima kasih kepada semua yang telah membantu mereka dan Gwen. Meminta maaf jika Gwen ada salah.
Anita diminta untuk menemani menjadi asisten pribadi Mama dan tinggal di rumah itu.
Lisa jika mau boleh tinggal di sana, namun Lisa menolak dengan alasan tidak mau merepotkan, dan berjanji akan sering mengunjungi Madam di rumah itu.
Mas Andre juga kini ikut membantu usaha Mama, selain tetap menjadi manager Lisa.
Malam itu Lisa tidur bersama Anita di kamar yang dulu pernah ditempati oleh Anita saat pertama kali bekerja di rumah itu.
"Lis, gue menyesal banget! Seandainya gue ngotot mundurin jadwal Gwen. Terus gue suruh Mas Andre jemput Gwen. Pasti semua ga terjadi." Anita mencurahkan isi hatinya sambil menatap langit langit kamar.
"Sudahlah, kita harus ikhlas, menerima semuanya. Supaya Gwen tenang di sana"
"Kenapa Lo terlihat tidak sesedih kemarin?" tanya Anita menyelidiki.
"Gue sahabatnya, gue sedih, tapi kita harus tetap meneruskan hidup kita. Tetap berdoa untuk Gwen."
Anita menatap Lisa tak percaya semudah itu ia ikhlas menerima kematian sahabatnya itu.
"Ben terlihat sangat terpukul. Dia tadi datang, setelah selesai acara ia langsung pergi." Ucap Anita.
"Oh, tadi dia datang? Aku tak melihatnya."
"Ia, dia tadi duduk di pojokan."
Pikiran mereka mengembara ke mana mana memikirkan Gwen, Ben, dan diri mereka masing masing.
Lisa ingin menceritakan tentang Gwen pada Anita, namun lidahnya terasa Kelu saat hendak bercerita.
Lisa mengurungkan niatnya tersebut dan mulai memejamkan matanya. Anita melihat Lisa yang telah tertidur, akhirnya ikut memejamkan mata dan langsung terbuai mimpi.
Di kamar Mama, tampak Papa menenangkannya. Menguatkan Mama setelah kehilangan Gwen putri mereka satu satunya.
Mama menatap Papa, ada rasa rindu di matanya. Malam itu Papa juga merasa ada percikan hasrat merindukan wanita yang pernah mengisi hatinya itu.
Mata Mama dan Papa saling beradu, mereka saling mendekat, mendambakan satu sama salin. Saling merindu, hasrat manusiawi mereka muncul. Papa mencium bibir Mama dengan lembut, dibalas juga oleh Mama. Lalu mereka saling meluapkan hasrat mereka perlahan-lahan. Perpisahan Mama dan Papa Gwen sebenarnya adalah keegoisan mereka sendiri. Papa ingin membesarkan usahanya di Jerman, sedang mamanya ingin tetap di Indonesia. Jarak terkadang membuat Mama cemburu, lalu memutuskan untuk berpisah saja daripada bertengkar setiap hari dan penuh curiga.
Saat Mama ke Eropa untuk bekerja, beberapa kali Papa menemuinya di hotel hanya untuk sekedar melepas rindu.
Hubungan mereka mulai membaik, dan ingin memulai lagi. Mereka akan memberi kejutan itu untuk Gwen pada ulang tahunnya beberapa bulan lagi. Namun sebelum semua terlaksana, Gwen telah pergi meninggalkan semuanya.
Mama terlihat hancur melihat Gwen tak bangun lagi. Mama meminta Anita membereskan barang Gwen di apartemen dan dibawa ke rumah saja. Apartemen Gwen akan disewakan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments