Gwen duduk di bangku rumah sakit sambil memandangi ponsel milik Laura. Gwen memeriksa tas milik Laura, mengambil dompetnya dan membuka perlahan. Ada KTP, kartu ATM beberapa bank, kartu member toko retail dan minimarket, dan kartu kredit. Beberapa lembar uang terselip di dompet.
Gwen membuka buku memo yang terdapat tas, ia membaca beberapa jadwal kerja milik Laura.
Ternyata Laura termasuk orang yang suka menjadwal pekerjaan.
Gwen merasa sangat terbantu.
Tidak terdapat foto lelaki bahkan foto keluarga di dompetnya. Gwen membaca ulang jadwal milik Laura.
Tertulis pindah rumah, hari sabtu kemarin, alamat lengkap tertulis di catatannya.
Lalu ia membaca kartu nama milik Ben terselip di catatan itu, di sebalik tertulis : ambil surat surat rumah di notaris, temui Ben.
Gwen menemukan kunci mobil di dalam tas, ada STNK juga di gantungan kuncinya, tertera nama lengkap Laura sebagai pemilik mobil itu.
Duh, mobilnya di mana ini?
Gwen membaca ulang alamat rumah Laura, yang ternyata letaknya agak di pinggir kota.
Ekor mata Gwen menangkap sosok Lisa sedang berlari menghindari kejaran pekerja infotainment.
Gwen mengamati dari kejauhan. Lisa terlihat bersembunyi di dekat laboratorium rumah sakit di ujung tempat Gwen duduk.
Ia mengambil ponsel Laura, memencet angka angka nomor milik Lisa yang dihapal luar kepala, selain miliknya pribadi dan Ben.
Lama ponsel tak diangkat. Gwen mencobanya terus sambil mengamati Lisa dari kejauhan.
Akhirnya setelah sekitar sepuluh menitan, Lisa menyadari ponselnya bergetar, ia mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal.
"Ya. Siapa ini?" tanya Lisa berbisik.
"Ni gue, Gwen."
"Hah...!! Bohong Lo ! Gue liat sendiri Gwen barusan di kamar jenazah. Jangan sok ngaku ngaku Lo! Dari suara saja sudah beda!" Lisa terdengar sinis menanggapi.
"Jangan tutup! Coba Lo menoleh ke sebelah kanan, gue bisa liat Lo."
Lisa menoleh ke kanan, menatap Gwen, namun ia terlihat ragu karena yang dilihat Lisa adalah seorang perempuan bertubuh gemuk memakai pakaian pasien rumah sakit yang sedang duduk sambil memegang ponsel.
"Gila Lo! Lo mau bohongin gue ya!"
"Lisa, ini beneran gue Gwen!"
"Dasar orang ga waras!"
Gwen terkejut mendengar ucapan Lisa, membuatnya sedikit emosi.
"Gue bisa buktikan kalo gue beneran Gwen!"
"Apa, coba buktikan!"
"Saat gue kecelakaan Lo lagi syuting sinetron Istri yang tertukar."
"Heh, orang orang juga tau gue maen di film itu." Lisa mengelak.
"Sehabis mengusir Rico, Lo tinggal di apartemen gue."
"Beberapa teman syuting gue tau itu, fans fanatik Gwen juga tau gue tinggal sama Gwen selama ini."
"Kalo lagi senang Lo selalu cium pipi gue sampe basah!"
Lisa tertawa geli mendengar perempuan itu terus menjawab kebiasaannya, namun ia heran bagaimana dia bisa tau kebiasaannya. Namun fans fanatik biasa akan sangat tahu kebiasaan idolanya.
"Gak! gue tetep gak percaya!" Lisa menggeleng.
"Hmmm...!" Gwen hampir putus asa, lalu dia tersenyum menatap ke arah Lisa.
"Kali ini, kamu ga bisa mengelak! Fantasi seksual Lo adalah Wisnu!" Gwen tersenyum jahil penuh kemenangan menatap Lisa, yang matanya melotot menatap sosok perempuan di seberang, lalu berjalan mendekati.
"Siapa sebenarnya Lo?" tanya Lisa penasaran.
"Kan sudah gue bilang. Gue Gwen!"
"Tapi.. Lo..." Lisa menunjuk tubuh Gwen.
Gwen menceritakan saat dia bangun dia sudah menempati tubuh ini, yang kata dokter dan perawat, korban tembak perampok bank kemarin. Lisa menutup mulutnya dengan tangan terkejut dan membuka berita trending di ponselnya. Selain berita kematian Gwen, berita perampokan bank dan drama tembak menembak antara perampok dan polisi, serta nasabah yang tertembak sempat melawan.
"Astaga itu Lo!!" Lisa menunjukkan video berdurasi 20 detik, dimana saat Laura ditembak oleh perampok, lalu sempat memukul penjahat yang ada di dekatnya, dan menimpanya. Video itu dari cctv bank.
Gwen hanya termenung menatap video detik detik Laura yang tertembak.
Gwen berpikir saat ini di mana jiwa Laura, mengapa ia yang mengisi tubuhnya. Kepalanya sedikit pusing memikirkan semua itu.
Lisa melihat Gwen yang terlihat pucat.
"Kami sudah makan? Lalu kamu akan kemana?" tanya Lisa.
"Tidak tau akan ke mana, mungkin ini alamatnya." Gwen menunjuk dirinya sendiri.
Suara perut Gwen berbunyi, tanda ia lapar.
"Kamu lapar?" tanya Lisa.
Gwen menganguk.
Lisa mengajak Gwen mencari makan.
Di kejauhan Gwen melihat Ben berjalan mengiringi peti jenazah tubuhnya sambil memakai kacamata hitam. Ia sangat ingin berlari menghampirinya, dan mengatakan bahwa dirinya masih hidup, namun dia tidak ingin dianggap orang gila.
Lagian dia adalah korban penembakan, dan agak terganggu emosi dan pikirannya.
Lisa mengajak Gwen ke restoran siap saji di dekat rumah sakit, setelah memesan beberapa menu ia menghampiri Gwen.
"Ini makanannya. Makanlah!"
Tanpa banyak tanya, Gwen dengan lahap memakan nasi dan ayam di hadapannya.
Lisa terkadang melirik sosok di hadapannya. Ia masih ragu, antara percaya dan tidak percaya bahwa perempuan itu adalah Gwen sahabatnya.
Gwen meminum cola, lalu terdengar ia bersendawa. Lisa tertawa mendengar itu, sudah lama Ia dan Gwen tidak melakukan itu. Dulu mereka sering melakukan adu bersendawa sehabis meminum minuman bersoda. Lisa dan Gwen tertawa bersama saat saling adu sendawa.
Gwen menyadari kelakuan mereka menjadi perhatian orang lain. Ia mengajak Lisa mencari tempat tinggal Lisa. Gwen menyerahkan selembar kertas sebuah alamat.
Lisa membuka aplikasi ojek online miliknya untuk mengecek alamat yang diberikan Gwen.
"Alamatnya ada, lumayan jauh jaraknya." Lisa menunjukkan ponselnya pada Gwen.
"Ya sudahlah, kita datangi saja. Toh aku ada kunci rumah itu."
Lisa memesan ojek online berupa mobil untuk menuju ke rumah Laura.
Tak berapa lama sebuah mobil Avanza datang menjemput mereka. Gwen dan Lisa menuju alamat yang menurut feeling Gwen adalah rumah Laura.
Saat itu siang menjelang sore, dan kondisi jalan masih belum padat, Gwen memperhatikan sepanjang perjalanan, menghapal rute menuju rumah Laura.
Setelah perjalanan sekitar satu jam lima belas menit, mereka tiba di sebuah rumah minimalis bertipe 36 bercat putih, ada halaman mungil di depannya.
Lisa dan Gwen turun dari mobil itu. Gwen membaca lagi alamatnya, ya benar itu alamat yang ditulis oleh Laura.
Ia mengambil kunci dari dalam tasnya, lalu memasukkan ke lubang kunci, memutar anak kunci tersebut, dan suara klik terdengar, tanda kunci tersebut cocok dengan pintu rumah. Gwen membuka pintu rumah.
Aroma cat tercium saat pintu terbuka. Gwen dan Lisa masuk ke rumah. Terlihat banyak kardus masih menumpuk di ruang tengah.
Gwen membuka pintu ruangan yang ada di rumah itu. Rumah ada dua kamar, satu kamar mandi.
"Gwen kemarilah!" seru Lisa dari dapur.
Gwen bergegas ke dapur, ia mengamati dapur baru itu. Meskipun kecil, namun lengkap. Kitchen set sudah terisi, kulkas juga sudah berisi minuman, telor, terdapat makanan beku di freezer. Ada sayuran terdapat di kulkas.
Meja makan mungil sesuai dengan dapurnya.
"Sepertinya, Laura senang memasak." ucap Lisa.
"Semoga!" Gwen masih mengamati dapur mungil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments