Gwen berdiri di depan meja kerja Laura dengan penuh kebingungan karena selama ini tidak pernah bekerja kantoran. Tumpukan map dan kertas menantinya di meja, membuat kepalanya sedikit berdenyut. Namun, Gwen adalah artis yang aktingnya bagus, ia berusaha mengatur mimik wajahnya terlihat biasa saja dan senormal mungkin. Kecuali seseorang di depannya yang mengawasi gerak-geriknya karena terlihat berbeda.
Winda melihat keanehan dari Laura, mulai dari gaya berpakaian, makeup, hingga kebiasaan menulis jadwal harian yang selalu dilakukan oleh Laura, tapi hari ini tidak dilakukannya.
Namun, Winda berpikir jika itu efek dari tragedi mengerikan yang dialami oleh Laura, sehingga agak merubah kebiasaan.
Gwen duduk perlahan di kursi kerjanya, menghidupkan komputer,lalu mulai membaca satu persatu tumpukan kertas yang ada di mejanya. Entah mengapa dia melakukan seolah telah terbiasa. Ya, otak Laura masih menempel di kepalanya, ingatan akan pekerjaan masih terekam jelas di otaknya. Gwen tersenyum senang, satu masalah telah teratasi.
"Hai Ladies...!" Sapa seorang pria kemayu pada Laura dan Winda.
Gwen melirik name tag milik pria itu, namanya Alan.
"Wow... Laura is back.. penampilan dan dandanan yang sangat cantik sekali kali ini! Bagaimana kabarmu Nona?" Pria itu telah berada di depan meja Laura, Gwen yang masih duduk memeriksa berkas, mendongak menatapnya.
"Kabarmu baik." Jawab Gwen singkat.
"Lan, ada apa pagi pagi bikin heboh saja? Ruangan kerja Lo kan di sana bukan di sini?" cecar Winda.
"Gue ga betah lama lama di sana, gerah gue sama kelakuan Mak lampir" Alan mengibaskan tangannya seperti kipas.
Winda terkekeh mendengar jawaban Alan, Gwen mengamati ruang kerja Alan, penasaran siapa yang di panggil Mak lampir oleh Alan.
"La, serius Katrin bener bener ga menemui Lo selama di rumah sakit atau mengabari ponsel Lo?" tanya Winda. Gwen bingung, Katrin siapa lagi yang dimaksud oleh Winda. Gwen menggeleng lemah.
"Habislah dia!" Winda tersenyum sinis.
"Hah, Katrin gak pernah nemuin Lo?" Alan bertanya setengah terkejut.
"Enggak. Gue bayar sendiri biaya rumah sakit, lalu bisa pulang. Ini gue masuk juga sekalian mau ambil mobil gue, repot kemana mana harus pake ojol." Gwen menjelaskan. Winda dan Alan mangut mangut mendengarkan.
Terlihat Bu Sisil keluar dari ruangannya, melihat Laura, lalu ia bergegas menuju ruangan divisi keuangan.
"Habislah Katrin!" gumam Alan terdengar jelas di telinga Gwen.
"Laura? Kamu sudah masuk kerja?" tanya Bu Sisil di depan pintu divisi keuangan.
Seorang perempuan keluar dari ruangan Alan bergegas ke ruangan keuangan.
"Maaf Bu, kemarin saya ada meeting dengan klien, sehingga belum sempat menemui Laura." ucap perempuan itu, yang tak lain adalah Katrin.
Laura menatap Katrin menyelidik, ia merasa bahwa perempuan itu tidak sebaik penampilannya.
"Nanti aku suruh bagian asuransi urus semua biayanya. Kamu boleh istirahat dulu jika masih merasa tidak enak badan. Gajimu tetap dibayar full." Bu Sisil menatap Laura dengan penuh perhatian.
Baru kali ini dia melihat Bu Sisil lembut pada karyawan, sebelumnya selama Gwen menjadi model di sana, Bu Sisil terlihat galak, lebih tepatnya tegas pada karyawannya.
"Baiklah, Saya minta doa untuk Gwen, semoga dia tenang di alam sana." Bu Sisil berlalu meninggalkan mereka semua. Tampaknya ia akan pergi ke pemakaman tubuh Gwen.
Katrin mendengus kesal pada Laura, lalu kembali ke ruangannya, sementara Alan masih duduk di kursi depan Winda sambil melihat ponselnya.
Prosesi pemakaman Gwen, ia menonton live di youtube.
Terbersit rasa sedih dalam hati Gwen.
"Duh, gue jadi sedih nih!" Alan menitikkan air mata. Gwen terkejut melihatnya.
"Kenapa Lo?" tanya Gwen pada Alan.
"Dia penggemar berat Gwen." Winda yang menjawab.
Ingin rasanya Gwen memeluk Alan penuh simpati. Namun, diurungkannya karena kelakukan itu akan membuat orang bersikap aneh, tidak seperti Laura.
Mereka menyaksikan prosesi pemakaman Gwen bersama.
Terlihat Mama dan Papa, Lisa, Anita, Mas Andre, Ben, Tante Sisil, dan banyak saudara lain yang menghadirinya.
Gwen merasa sangat sedih melihat tubuhnya dimasukkan ke dalam liang tanah. Ingin rasanya ia berteriak Jangan... Gwen berlalu dari ruangan itu untuk mencari udara segar dan menenangkan hatinya yang sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments