Ben masuk ke rumah joglo modifikasi semi modern, namun masih terkesan jawanya, berhalaman luas. Di halaman terdapat pohon mangga dan kelengkeng yang mulai berbuah kecil. Gwen terpukau melihat taman yang terletak di sudut rumah, ada beberapa jenis bunga anggrek kesukaannya. Di sana terdapat ayunan untuk bersantai sambil menikmati taman dan gemericik suara kolam ikan yang terletak di sudut taman.
Ben memarkir mobil di garasi, tepat di samping sebuah mobil Sedan Accord, milik ayahnya.
Gwen dan Ben turun dari mobil sambil membawa buah tangan untuk keluarga Ben. Ibu dan Agnes menyambut kedatangan mereka disusul oleh ayah Ben.
Gwen menyerahkan paper bag untuk Ibu, Ayah, dan Agnes. Ibu mengangkat paper bag dari brand Gucci, lalu membolak-balik tak percaya.
"Ini pasti produk original." tebaknya.
"Iyalah Bu, sudah jelas packing nya seperti itu! Coba dibuka!" seru Agnes.
Ibu Ben mengeluarkan kotak dalam paper bag dengan hati hati, meletakkan di meja, membuka perlahan-lahan, ada lembaran bertuliskan brand original. Ibu mengambil tas dari kotak, membuka tas pelapisnya, dan mengeluarkan tas pouch berwarna gold kombinasi hitam berlogo brand Gucci. Ibu menatap tasnya, membolak-balik tas dengan tatapan kagum dan bahagia.
"Pasti mahal sekali ini!" gumam Ibu.
"Lihat, aku mendapat jam tangan keren!" seru Ayah sambil memamerkan jam yang telah ia pasang di tangannya.
"Wahh....!" Ibu memandang kagum jam tangan rolex ayah pemberian Gwen.
Belum selesai rasa kagum akan pemberian Gwen, Agnes memamerkan outer batik pemberian Gwen, dan parfum beraroma lily yang wangi karena produk original.
"Kebetulan outer ini desain Mama untuk produk butik Omah Cantik milik Tante Sisil." Gwen menjelaskan sambil promosi produk buatan Mamanya.
"Loh, Mamamu desainer?" tanya Ibu.
"Sebenarnya hanya hobi saja, iseng iseng membuat produk sendiri. Lalu teman Mama, Tante Sisil yang tertarik memasarkan di butiknya. Tante Sisil istri Om Anton pemilik toko retail terkenal, tempat Mas Ben bekerja." Gwen menerangkan.
"Oya, ayo sini cobain masakan Ibu. Kalian pasti belum makan!" Ibu menggandeng Gwen mengajak ke ruang makan diikuti Ben.
Agnes memasukkan kopi literan pemberian Gwen ke dalam lemari es, lalu ikut duduk di kursi makan.
"Hmmm wanginya enak sekali!" Gwen mencium aroma masakan yang lezat.
"Ibu membuat mie ayam untuk sarapan. Ini ada bolu jadul. Mau minum teh atau kopi?" tanya Ibu.
"Air putih saja Bu. Ini pasti sangat lezat!"
Gwen tersenyum tak sabar menunggu Ibu meracik mie ayam untuk mereka santap.
Ibu dibantu Agnes saat meracik mie ayam.
Ayah, Ibu, Agnes, Ben, dan Gwen menyantap dengan lahap, Gwen sampai nambah sekali lagi mie ayamnya karena enak.
"Ibu suka sekali sama kamu di film Ibu Yang Tertukar. Rasanya suka gemes sama Seli, pingin rasanya ngacak ngacak mukanya, apalagi saat dia bully kamu." Cerita Ibu dengan semangat.
"Wah, akting Reni bagus dong berarti, sampai bikin Ibu sebal sama dia. Padahal aslinya baik banget loh, sering bawain makanan dan ngemong sama yang muda muda seperti saya." Gwen tersenyum geli.
"Ibu sampai nangis lihat kamu di bully gitu, rasanya pingin masuk ke tv dan bawa kamu pulang saja."
ucapan Ibu membuat Gwen dan Agnes yang mendengar tertawa terbahak-bahak.
"Itu mungkin sinetron terakhir saya Bu. Saya ingin mengambil film mini seri saja atau film layar lebar. Saya capek syuting kejar tayang."
"Kalo jadi artis bayarannya besar ya?" tanya Ibu penasaran.
"Tergantung peran dan pengalaman."
"Memang ada artis yang di bayar murah?"
"Banyak Bu. Awal main film saya dibayar murah, tapi karena senang ya dijalani saja."
Gwen menceritakan banyak tentang pengalaman di dunia hiburan, mulai dari model hingga mencicipi dunia peran, terutama sinetron.
Dimulai saat dia kelas 2 Sd, bermula dari menemani Mamanya promosi jualan pakaian. Gwen menjadi modelnya, lalu teman Mamanya menawari casting iklan susu, dan akhirnya Gwen jadi bintang iklan susu. Setelah itu beberapa Snack mengontrak dia untuk jadi bintang iklan. Mulai kelas 5 SD dia bermain sinetron.
Wajahnya mulai wara wiri di tv dengan beberapa judul sinetron.
Saat SMP mulai banyak tawaran, tapi tidak semua dia ambil, karena harus sekolah. Gwen mengakui jika sekedar hobi melakukan akting.
Saat SMA dia bercerita mulai bermain film layar lebar, ternyata respon penonton bagus. Film yang dibintangi tembus 1 juta penonton bioskop. Gwen bercerita sering hidupnya saat itu hanya di lokasi syuting, dan pulang ke rumah hanya untuk tidur saja.
Gwen berusaha untuk tidak bolos sekolah, dan pendidikan nomor satu.
Ben tersenyum mendengar cerita Gwen karena dia melihat sendiri perjuangan Gwen saat SMA, harus membagi waktu antara sekolah, syuting film dan iklan, belum syut foto untuk majalah.
"Kok kamu tidak kuliah?" tanya Agnes.
"Aku kuliah, ambil ekonomi, namun karena jadwal syuting yang luar biasa, jadi gak fokus. Sempat cuti, tapi lama kelamaan kok makin sibuk saja. Ya sudah, aku kuliah hanya empat semester saja." Gwen menghela napas sejenak saat bercerita.
"Ibu kok tidak pernah membaca atau melihat berita kamu menyumbang atau bakti sosial gitu secara pribadi, bukan bareng bareng sama teman?"
Gwen geli sendiri dengan pertanyaan Ibu Ben.
"Bu, masa orang nyumbang harus ngundang wartawan dulu. Gak tulus dong jadinya." Agnes tertawa sambil membantu menjawab pertanyaan pertanyaan Ibunya.
"Sebelum ke mari, kami mampir dulu ke panti asuhan untuk memberi sumbangan." Ben menambahkan.
Ibu tersentak menatap Gwen yang hanya senyum-senyum melihat Ibu.
"Duh... Ibu gak tau. Ibu hanya melihat di acara gosip itu loh." jawab ibu polos.
Semua tertawa mendengar jawaban Ibu.
Gwen sangat senang berada di tengah-tengah keluarga Ben yang hangat. Selama ini orang tuanya selalu sibuk, bahkan Papa Mamanya memutuskan untuk berpisah secara baik-baik. Mana ada perceraian yang baik baik, pasti akan ada yang tersakiti, yaitu anak. Sejak orang tuanya berpisah saat SMA, dia semakin gila kerja, jarang berada di rumah. Saat liburan dia akan menghabiskan waktu ke Bali atau liburan ke Jerman dan beberapa negara Eropa lain.
Hubungan antara Dia dan orang tuanya masih baik baik saja. Terkadang dia masih belum bisa menerima perpisahan antara Papa Mamanya. Maka saat Ben menyatakan cintanya, Gwen tidak langsung menerima. Banyak hal yang dia pertimbangan saat menerima seseorang untuk masuk dalam hidup. Belum lagi harus beradegan dengan lawan mainnya, Gwen malas jika pasangannya akan cemburu. Makanya dia tidak pernah mau terlibat cinta lokasi.
Ben terlalu gigih dan sabar menghadapi Gwen. Yang membuatnya luluh dan akhirnya menerima cinta Ben. Meski awalnya keluarga Ben tidak setuju karena selain Gwen adalah artis ya karena perbedaan usia mereka jauh, yang menurut ibunya, Gwen masih kekanakan karena menganggap seperti Agnes adik Ben.
Berjalan dengan waktu, dan beberapa kali bertemu, Ibu Ben kagum dengan Gwen. Kepribadian Gwen sangat baik, tidak hanya saat si depan kamera saja, namun saat tidak disorot kamera pun dia tetap sama baik dan ramah. Menghadapi penggemar juga ramah dan sabar meskipun Ibu tau pasti sangat melelahkan.
Saat ini Ibu Ben adalah salah satu penggemar berat Gwen. Setiap kali bertemu dengan teman di arisan pasti menceritakan Gwen pada teman temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments