Gwen membuka matanya, suara burung berkicau di luar membuatnya mengerjapkan mata. Dia membuka tirai jendelanya, matahari sudah mulai terbit, ia melihat jam, masih menunjukan pukul 5.30 pagi.
Ia bertekad akan masuk kerja hari ini dan mengambil mobilnya yang masih berada di kantor. Saat kejadian Laura sengaja memakai mobil kantor dan sopir karena urusan pekerjaan.
Hari ini hari pemakaman dirinya. Gwen menatap dirinya melalui cermin.
Gwen berjalan menuju dapur, secara refleks dia menyalakan mesin kopi di dapur, mengambil roti dan telur yang di simpan di kulkas.
Gwen mengambil panci di gantungan, menyalakan kompor, menuangkan sedikit minyak, dan dengan lincah memasak roti isi keju, berbalut telur. Menuang kopi ke cangkir, menambah sedikit susu, lalu meletakkan semuanya di meja makan.
Gwen mengambil handuk dan segera menuju kamar mandi.
Selesai mandi, ia membuka lemari pakaian, sejenak terdiam memandang isi lemari.
Gwen mencari beberapa potong pakaian untuk dipakainya ke kantor.
Astaga Laura, ini baju baju apa sih? mengapa hitam hitam hitam lagi... Apa kamu ingin kematian??
Gwen merutuki Laura, karena kebanyakan pakaiannya berwarna hitam. Ia berpikir untuk membeli beberapa potong pakaian untuk dipadu padankan.
Untuk sementara, pagi ini Gwen memakai blouse berwarna salem, celana navy, dipadukan dengan outer batik berkerah. Gwen mematut wajahnya di cermin. Sekali lagi dia tertegun dengan kosmetik milik Laura.
Nude.. hanya itu lipstik yang dimiliki Laura. Gwen menepuk keningnya.
Ia teringat tas milik Lisa yang ditinggalkan di sofa ruang tengah. Tanpa ba-bi-bu Gwen langsung mengaduk aduk isi tas, dan akhirnya menemukan pouch berisi make up milik Lisa, lalu membawanya ke meja rias di kamar.
Gwen mengoleskan cream dahulu, lalu dengan lincah ia memoles wajah Laura yang terlihat kusam itu menjadi lebih cantik.
Gwen sengaja menggerai rambut Laura yang sebahu, menyisir perlahan sambil tersenyum menatap cermin.
Kamu harus belajar make up Laura...
Selesai berdandan, masalah muncul lagi.
Sepatu..!
Ya, Laura hanya memiliki dua sepatu dan itu flat. Betapa terkejutnya Gwen saat mengetahui itu. Hanya ada sepatu kerja berwarna hitam dan coklat.
Rasanya Gwen ingin menangis menatap kedua sepatu itu.
Akhirnya Gwen memilih memakai sepatu berwarna coklat.
Gwen segera menghabiskan sarapannya, saat itu waktu menunjukkan pukul tujuh.
Laura menulis diarynya, mulai bekerja pukul sembilan pagi. Masih ada waktu dua jam perjalanan ke kantor. Semoga tidak terjebak kemacetan Jakarta.
Hari ini Gwen sengaja memakai ojek online untuk mengantarnya ke kantor.
Semalam Gwen telah mempelajari rute ke kantor dari rumah Laura. Dia juga mencari informasi alternatif angkutan publik yang dapat membawanya ke kantor. Maka dia menemukan MRT. Dahulu dia ingin sekali naik berbagai macam alat transportasi umum yang ada di Jakarta, namun selalu susah. Pernah sekali dia naik angkot, tapi itu untuk syuting filmnya yang ceritanya dia harus naik angkot. Gwen tersenyum saat mencari informasi itu, dia membayangkan senangnya naik alat transportasi umum. Dia juga akan bebas ke mall tanpa ada yang mengejar, atau menciumnya sembarangan. Dia tersenyum lebar dapat mondar-mandir di pusat perbelanjaan tanpa harus dikawal asisten.
Ia memakai ojek online sampai ke stasiun MRT terdekatnya, lalu bergegas menuju stasiun.
Laura ternyata memiliki kartu pass untuk naik transportasi publik, Gwen mencobanya, dan pintunya terbuka. Ia tersenyum lebar, melenggang menuju area tunggu kereta.
Saat kereta tiba, Gwen dengan sabar menunggu gilirannya masuk.
Gwen menatap sekelilingnya, terlihat orang orang berbaju kantoran, namun ada juga yang berpakaian santai. Inilah Jakarta dengan berbagai macam profesi.
Tiba di stasiun tujuannya, Gwen segera mencari tangga keluar. Ia berlari kecil menuju kantor tempat Laura bekerja. Beruntung dulu Gwen sering ke tempat itu sejak masih bersekolah untuk bekerja sebagai model, atau bintang iklan, bahkan menjadi brand ambassador salah satu pusat perbelanjaan grup perusahaan milik Tante Sisil itu.
Gwen tiba di sebuah gedung yang tidak terlalu tinggi, namun terlihat sangat asri. Gwen berhenti sejenak mengatur napasnya di depan pintu masuk.
Tiba tiba.. "Laura..!" seseorang memanggilnya, Gwen menoleh ke arah suara itu. Seorang perempuan seusia Laura berlari menghampirinya.
"Kamu sudah masuk kerja?" Tanya perempuan itu. Gwen melirik name tag milik perempuan itu, namanya Winda.
"Iya, aku masuk kerja." Jawab Gwen sambil tersenyum.
Ia mengikuti perempuan itu, dari absensi hingga naik ke ruangan kerjanya.
"La, kamu lupa meja kerjamu?" Winda terkejut saat melihat Laura masih mengekor di belakangnya.
"Iya." Gwen sambil menyengir menepuk kepalanya.
"Tuh..!" Winda menunjuk meja di seberangnya.
Gwen mendatangi meja kerja milik Laura, menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments