Kedua lutut Nadira berdarah karena menginjak pecahan gelas yang berserakan. Nadira sendiri tidak merasakan sakit di kakinya melainkan hatinya perih melihat luka di tangan Sagar. Dia sangat menghawatirkan kondisi Sagar, padahal luka di tangan Sagar tidak separah luka di lutut kakinya. Tanpa menunggu persetujuan Nadira, Sagar menggendong Nadira menuju mobilnya.
" Kita mau ke mana? " Tanya Nadira.
" Ke rumah sakit. " jawab Sagar singkat
" Aku tidak apa apa. "
" Diam lah. " Sagar sudah tau kalu Nadira pasti menolaknya.
Nadira keluar dari kamar rawat. Kakinya sudah di jahit dan di balut perban. Sagar menghampiri Nadira dan akan menggendongnya.
" Tidak perlu kak. Aku bisa jalan sendiri kok. tangan kakak?" Nadira melihat tangan Sagar.
" Tanganku sudah di obati, mari kita pulang. "
Sagar memapah tangan Nadira, ia ingin memastikan Nadira tidak akan terjatuh dan kenapa napa.
" Hati - hati. " Kata Sagar saat Nadira memasuki mobil, tanganya menutupi kepala Nadira.
" Iya. "
Sagar menutup pintu mobil, dan mengambil kemudi.
" Kamu ini benar benar keterlaluan! "
Nadira kaget mendengar Sagar yang tadinya lembut menjadi marah.
" Kamu bodoh ya. Bisa bisanya kamu tidak memperhatikan lukamu sendiri. Mulai hari ini awas saja kalau kamu menanyakan kesehatanku. Lebih baik kamu urus diri sendiri dari pada menghawatirkan orang lain. " Sagar sangat kesal dengan kecerobohan Nadira.
Nadira hanya diam saja, dan menatap keluar mobil.
' aku tidak apa apa. Aku tidak merasakan sakit sama sekali. Hatiku lebih sakit jika melihat kalau kakak yang kenapa napa. Lebih baik aku yang terluka dari pada kakak. Itu jauh lebih baik. ' batin Nadira sedih.
Sagar menyalakan mobilnya dan memacunya memecah gelapnya malam.
" Nadira! Aku paling benci orang sepertimu. "
' kenapa sih dia masih marah marah terus. ' batin Nadira.
" Aku benci pada sifatmu. Sifat yang hanya bersabar dan tidak peduli pada dirinya sendiri. "
Nadira menatap Sagar penuh haru.
" Berfikir kalau dia hanya diam, masalah di dunia ini akan baik baik saja, dan selesai dengan sendirinya. "
" Kakak sendiri seperti itu kan? Kakak menikahi ku karena sifatku yang seperti itu kan. Kakak menggunakan nya kan karena aku ini sabar dan tidak banyak bicara. "
Ciiiiiiiiiitttt........
Sagar mengerem mobil secara mendadak.
" Kakak menikah denganku karena aku mudah di bereskan dan di atur kan. " kata Nadira sedih.
" Kamu ini sedang bicara apa? " Sagar bingung mengapa Nadira bisa berfikiran seperti itu.
Nadira membuka pintu mobil.
" Aku bisa urus diriku sendiri. Kakak jaga diri dan kesehatan sendiri. "
Brakkk!
Nadira menutup pintu mobil dengan perasaan sedih. Dia memilih untuk pulang sendiri menggunakan taxi. Sagar yang masih kesal membiarkan Nadira pergi tanpa mengejarnya.
" Taxi.. " Nadira melambai saat mobil Taxi lewat di depan nya.
meskipun tengah marah dan tidak menahan Nadira, Sagar tetap membuntuti taxi yang membawa Nadira dari belakang sampai rumah.
********
Sejak pertengkaran mereka semalam Sagar tidak melihat kehadiran Nadira sama sekali. Nadira tidak keluar dari kamarnya sejak semalam.
Pagi ini Sagar berniat mendatangi Nadira, karena ia merasa hawatir. Ia berdiri di depan pintu kamar Nadira.
" Apa dia belum bangun ya. " Sagar berbicara sendiri dan berencana mengetok pintu kamar Nadira, Tapi ia urungkan.
' aku menikah bukan untuk saling membangunkan kan. ' pikir Sagar, lalu pergi meninggalkan pintu kamar dengan egonya yang masih tinggi.
Nadira sendiri menyadari kehadiran Sagar yang berdiri di luar kamarnya, tapi ia lebih memilih diam dan berdiri menguping di balik pintu kamar tanpa Sagar sadari.
' huffft... Sudah pergi ya. Aku mencoba menahan diri untuk tidak menanyakan kesehatannya hari ini. Atau dia akan marah lagi kepadaku. Nadiraaaa.. Kenapa sikap peduli mu tidak juga berubah. Masa dia masih marah juga sih sama orang yang sendang terluka. ' pikir Nadira. Ia kembali duduk di tepi ranjang nya.
" Apa aku salah berbuat seperti kemarin? " Nadira mengambil bantal dengan kesal.
" Memangnya aku mau terluka seperti ini. Aku kan mau menyelamatkan nyawa nya. Dasar menyebalkan! Kalau kamu marah marah terus seperti itu, aku tidak akan menyelamatkanmu. " Nadira memarahi guling di sebelahnya yang ia anggap itu adalah Sagar.
" Jangan... Jangan bersedih. Maaf aku telah berpikiran buruk kepadamu. " Nadira mengambil guling di sebelahnya dan memeluk guling itu.
" Ya Tuhan maafkan aku telah berkata seperti tadi. Selamatkan dia. Jangan biarkan hal buruk terjadi kepadanya. Maafkan aku aku telah berfikiran buruk. " Kata Nadira sedih.
****
Sagar duduk termenung di kursi kerjanya. Harusnya hari ini dia mengambil libur satu hari, tapi ia urungkan karena pertengkaran semalam.
" Dulu dia selalu diam kalau aku sedang bicara. Dia hanya akan mendengarkan ku tanpa berkata apa pun. Tapi sekarang dia selalu menjawab setiap perkataanku bahkan dia berani membentak dan meneriakki aku. "
Sagar mengingat setiap perbuatan Nadira.
" Tapi walaupun dia berubah seperti itu, dia tetap menghawatirkan kondisi ku, bahkan dia tidak peduli dengan keadaanya yang terluka. "
Sagar memejamkan matanya. Dan mengingat kembali kejadian semalam saat Nadira melindunginya mati matia.
" Ah... Kenapa dia bisa seperti itu. Dia melindungiku sampai terluka bahkan dia tidak melihat kondisinya. Aku tidak tau apa yang ada di pikiranmu Nadira. Setelah marah kemarin dia pun tidak memeriksa kesehatanku seperti biasanya. "
Sagar membuka matanya dan buru buru mencari ponselnya. Dia melihat kotak pesan masuk tapi di sana tidak ada pesan masuk seperti yang ia harapkan.
" Dia tidak mengirimi pesan juga. Apa hubungan kita akan kembali seperti dulu. Perlahan akan kembali ke seharian kita masing masing. Ah mengapa jadi seperti ini.." Sagar menaruh kepalanya di meja, dia sangat takut jika hubunganya dengan Nadiea akan semakin renggang.
" Ini sangat menyebalkan. " Sagar memukul meja pelan.
Kliiink....!
Suara pesan masuk dari ponsel Sagar. Ia buru buru membukanya berharap itu pesan dari Nadira.
~Ayah~
Untuk apa ayah mengirimiku pesan. Sagar membuka pesan dari ayahnya.
Sagar sangat terkejut begitu melihat apa yang di kirim oleh ayahnya.
****
Nadira turun dari taxi dan berdiri di depan pintu gerbang yang menjualng tinggi. Dia menatap nya dengan perasaan ragu dan percaya diri, sebenar nya Nadira sendiri sangat takut dan ingin mengurung kan niat nya. tapi apa boleh buat,dia sudah sampai di depan rumah itu.
" Aku harus mencobanya. Jika aku mau dekat dengan seseorang, aku harus mendekati orang di sekelilingnya." kata Nadira menyemangati dirinya sendiri.
Ting tong...!
Seorang pria bertubuh kekar dan ber seragam hitam keluar dari dalam membuka kan pintu gerbang.
" Nyonya muda. " Sapa satpam dan membungkuk kan badan nya untuk memberi hormat kepada Nadira.
" Ibu ada? " tanya Nadira.
" Ada di dalam nyonya. Mari saya antar masuk ke dalam. " Ajak satpam itu.
" Tidak perlu pak. Saya bisa masuk sendiri. "
" Baik, silahkan nyonya. "
Nadira berjalan masuk memasuki halaman rumah yang sangat luas itu.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments