Aldy sangat marah dengan Tania karena pria yang menjadi musuh kakaknya malah dijadikan kekasih oleh adiknya sendiri, bukankah Tania membenci pria itu karena pria itu selalu menjadi pengganggu hidup Tania.
Tapi apa yang terjadi? Apa yang Aldy tidak ketahui tentang adiknya itu? Kenapa adiknya itu bisa terbuai oleh pria brengs*k bernama Leo itu? Apa yang telah Leo lakukan pada Tania hingga Tania melanggar tekadnya sendiri yang tidak mau berpacaran seumur hidupnya!
Beberapa hari ini Aldy tidak menegur Tania di karenakan ia sangat muak mendengar ucapan Tania yang mengatakan 'Leo adalah orang yang baik,' padahal nyatanya tidak! Tania tidak mengenal siapa Leo yang sebenarnya, adiknya itu adalah orang baru di Jakarta, ia tidak tahu apa-apa tentang Leo.
Aldy sudah mengatakan bahwa Aldy lebih mengenal Leo di bandingkan dirinya yang baru kenal beberapa hari dengan Leo yang langsung menyatakan cinta sehingga mereka menjalin pendekatan selama satu bulan hingga pada akhirnya mereka menjalin kasih, semua itu hanya kebohongkan belakang! Leo tidak pernah serius menyatakan cintanya pada Tania!
Tapi apa yang terjadi? Tania tidak mempercayai kakaknya karena wanita itu sudah di pengaruhi oleh segala perhatian palsu Leo.
Tokk! Tokk! Setelah pulang sekolah, Tania menghampiri kamar kakaknya dan mengetuknya pelan.
"Tania boleh masuk." pinta Tania menempelkan keningnya di pintu kamar kakaknya namun di dalam sana Aldy tidak menjawab.
"Tania mau ngomong penting sama Kakak." teriak Tania tapi lagi-lagi tidak di jawab oleh sng kakak, Tania menghela napas berat.
"Mau sampai kapan lo diemin gue kayak gini? Enggak asik banget sih lo, lagian masalah lo sama Leo, kenapa gue yang kena juga?" tanya Tania memelas namun kakaknya itu masih bungkam.
Tokk! Tokk! Tania mengetuo lagi pintu kamar kakaknya itu, wanita sangat frustrasi karena selama beberapa hari ini kakaknya itu selalu acuh dengannya.
"Open the door please." pinta Tania lirih hingga akhirnya Aldy membuka pintu kamarnya, Tania masuk ke dalam kamar kakaknya namun keduanya tidak membuka suara.
"Tania kengen Kak Aldy yang dulu." ucap Tania memecahkan keheningan di antara mereka berdua tapi Aldy masih bergeming.
"Tania kayak orang bod*h yang enggak tau apa-apa loh kak," lirih Tania merasa dunianya tanpa sang kakak sangatlah sunyi seperti kuburan.
"Kak, Tania sayang kak Aldy dan Tania juga sayang sama Leo." ucap Tania tidak kenal lelah untuk menjelaskan perasaannya.
"Udah cukup gue ngomong sama lo waktu itu, sekarang terserah lo mau jadian sama siapa aja, toh dunia lo milik elo 'kan." ucap Aldy dingin menbuat wanita itu terdiam.
Tania hendak mendekat dan ingin memeluk sang kakak tapi Aldy langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi meninggalkan Tania yang tertunduk karena penolakan sang kakak.
Di kamar mandi Aldy memukul dan terus menendang dinding karena kesal dan marah dengan kelakuan adiknya yang begitu keras kepala.
.........
Ke esokkan harinya saat akan berangkat ke sekolah, Aldy langsung pergi begitu saja tanpa menyapa adiknya yang jelas-jelas ada di depan matanya.
"Lo berubah, Kak." desis Tania sedih karena kakaknya yang sekarang terlihat asing di matanya, kemudian wanita itu masuk ke dalam mobilnya dan berangkat ke sekolah.
Seperti kemarin-kemarin, Aldy menyuruh Abdi untuk duduk di bangkunya sedangkan Aldy duduk di tempat Abdi yang bersebelahan dengan Dito, ketiga sahabat Aldy hanya bisa diam melihat sikap Aldy yang menghindari Tania.
Mereka bertiga tahu permasalahan antara Aldy dan Tania dan mereka sudah berbicara baik-baik dengan Tania maupun Aldy namun keduanya sama-sama keras kepala, tidak ada yang mau mengalah di antara mereka.
Hingga jam pelajaran berakhir dan jam istirahat pun tiba, Aldy langsung keluar kelas begitu saja, Tania sampai mengepal tangannya kesal bercampur sedih melihat sikap acuh kakaknya itu.
"Maaf ya Tan, kita duluan." ucap Abdi merasa tidak enak karena mereka lebih memihak sahabat mereka di bandingkan Tania.
"Iya enggak apa-apa," sahut Tania kemudian ketiga sahabat Aldy menyusul Aldy keluar dari kelas.
Tania pun ikut keluar dari kelas namun dirinya sendirian, wanita itu berjalan menuju lapangan lalu ia duduk di salah satu kursi panjang di sana.
"Iiih Leo ganteng banget, sumpah!"
"So hot and so se*y,"
"Aghh! Pengen ngelap keringetnya deh!"
Tania mendengar beberapa jeritan para siswi-siswi yang memanggil kekasihnya yang sedang asik bermain basket di lapangan bersama taman-temannya, telinga wanita itu mendengar namun tatapan matanya begitu kosong, fikiran wanita itu di penuhi oleh perubahan sikap kakaknya dan tidak memperdulikan kekasihnya yang terus-terusan di teriaki oleh para siswi-siswi centil.
"Ergh Berisik!" umpat Tania merasa risih dengan teriakkan para siswi-siswi itu, kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan lapangan.
Saat ini Tania sedang membutuhkan ketenangan untuk menyendiri maka dari itu Tania berjalan menuju halaman belakang sekolah dan duduk di sana sendirian, ia melamun lama hingga tanpa ia sadari air matanya jatuh mengenai pipinya.
Sedangkan di tempat lain Leo sedang berlari menyusuri beberapa tempat di sekolahan itu, ia menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan kekasihnya yang tidak sengaja ia lihat sedang melamun di lapangan tadi namun pria itu kehilangan jejak kekasihnya karena para wanita-wanita sialan itu mengerumuni dirinya tadi.
"Halaman balakang!" gumamnya mengingat kekasihnya sering sekali menyendiri di sana, kemudian ia berlari menuju halaman belakang sekolah. Huft! Pria itu menghela napas lega karena dirinya menemukan keberadaan kekasihnya.
"Tania!" panggil Leo sembari berjalan mendekati kekasihnya itu, Tania tersentak dan refleks menoleh ke arah Leo, beberapa detik mata mereka berdua bertemu satu sama lain tapi Tania langsung memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya.
"Tania, kamu nangis?" tanya Leo sedikit berlari mendekati kekasihnya dan duduk di samping kekasihnya itu.
"Em, enggak kok." elak Tania masih memalingkan wajahnya hingga Leo membalikan tubuh Tania, pria itu bisa melihat mata biru kekasihnya terlihat memerah.
"Aku tahu kamu abis nangis? Bilang sama aku, siapa yang buat kamu nangis!" titah Leo dengan nada emosi karena pria itu paling tidak suka melihat kekasihnya menangis.
"Enggak ada kok." ucap Tania tersenyum kaku.
"Kenapa? Kita udah kenal sebulan lebih dan jadian juga udah seminggu tapi kenapa kamu enggak mau jujur sama aku?" tanya Leo, raut wajahnya tampak sedih.
"Aku beneran enggak apa-apa, sayang." ucap Tania lembut sembari membelai pipi Leo.
"Clara penyebabnya?" tanya Leo menatap tajam mata Tania membuat wanita itu menelan salivanya kasar. Glukk! Ia tahu kekasihnya itu sedang marah sekarang.
"Bukan Clara," ucap Tania cepat.
"Terus siapa?" tanya Leo.
"Enggak ada, aku cuma sedih karena keinget almarhum sahabat aku aja." ucap Tania berbohong agar Leo tidak mendesaknya untuk jujur.
"Beneran?" tanya Leo dan Tania menganggukkan kepalanya pelan.
"Yaudah kalo gitu! Aku cuma khawatir kamu lagi ada masalah karena tadi di lapangan aku enggak sengaja lihat kamu ngelamun." ucap Leo membuat Tania tersenyum akan perhatian kekasihnya.
"Terus kamu ninggalin pertandingan basket kamu?" tanya Tania dan Leo menghela napas kasar.
"Ngeliat pacar aku ngelamun kayak tadi, fikiran aku jadi kacau makanya aku keluar dari pertandingan dan langsung nyari kamu sampai ke sini." ucap Leo membuat hati Tania terenyuh.
"Main sama kelas berapa?" tanya Tania.
"Ips tiga," ucap Leo singkat.
"Enggak takut di ledekin keluar dari pertandingan secara tiba-tiba? Apalagi lawannya anak Ips," tanya Tania menyipitkan matanya.
"Pacar aku lebih penting dari mereka, bodo amat mereka mau ngeledekin aku, paling juga ujung-ujungnya baku hantam." ucap Leo santai membuat Tania mengerucutkan bibirnya.
"Aku enggak suka lihat kamu berantem cuma gara-gara masalah sepele, buang-buang waktu tahu enggak." ucap Tania mengingat tiga hari yang lalu wanita itu tidak sengaja melihat langsung kekasihnya itu baku hantam dengan anak-anak sekolahan lain, lebih tepatnya anak-anak sekolahan Sinara High School Internasional milik mamanya, Sofia.
Penyebab mereka bertengkar benar-benar membuat Tania geleng-geleng kepala, hanya karena ingin menunjukkan siapa yang hebat di anatar mereka, kekasihnya itu mau-mau saja di ajak baku hantam oleh anak-anak sekolahan mamanya.
"Aku enggak suka di atur," ucap Leo memelas seraya menatap Tania, dasar kekasihnya itu tampan tapi menyebalkan.
"Terserah! Aku juga enggak mau ngelarang kamu, toh hidup kamu milik kamu." ucap Tania membuat Leo terdiam.
"Ehem! Aku punya hadih buat kamu." ucap Leo mengalihkan pembicaraan mereka.
"Apa?" tanya Tania tanpa ekspresi membuat Leo menggaruk lehernya yang tidak gatal, pria itu merasa tidak enak karena telah berkata jujur bahwa dirinya tidak suka di atur sehingga suasana hati kekasihnya itu menjadi tidak baik.
"Tutup mata dulu dong." pinta Leo dan Tanua langsung menutup matanya tanpa bicara.
"Sekarang buka mata kamu." titah Leo kemudian Tania membuka matanya, dan tepat di depannya kini Leo sedang mememegang sebuah kotak kecil berwarna merah jambu.
"Apa ini?" tanya Tania menaikkan sebelah alinya sembari mengambil kotak kecil itu dari tangan Leo.
"Coba tebak." ucap Leo tersenyum lebar berniat untuk bermain tebak-tebakan dengan kekasihnya itu.
"Nyerah," ucap Tania langsung menyerah membuat Leo mendengus kemudian pria itu membuka kotak kecil itu yang isinya hanyalah sebuah kertas putih yang di lipat berbentuk hati.
"Kertas?" ucap Tania.
"Nanti waktu di rumah di buka ya kertasnya." ucap Leo kembali menutup kotaknya dan meletakkan kotak kecil itu di tangan Tania lagi.
"Buat apa?" tanya Tania.
"Nanti kamu tahu sendiri kok tinggal di buka aja di rumah, oke!" ucap Leo mengedipkan sebelah matanya.
"Hm!" sahut Tania datar.
"Udah dong ngambeknya, iya aku salah aku minta maaf ya." ucap Leo merasa tidak nyaman dengan sikap cuek Tania.
"Secara enggak langsung kamu udah ngelarang aku buat ikut campur urusan kamu, padahal aku pacar kamu, aku berhak ngatur hidup kamu tapi ya udahlah, lupain aja." ucap Tania membuat Leo menelan salivanya, kenapa sikap kekasihnya itu lebih menyeramkan dari pada dirinya?
"Aku cuma enggak mau kamu terlibat dalam masalah aku atau aku bakal ngerasa bersalah karena udah buat kamu di bebani sama permasalahan aku, contohnya kamu enggak suka aku berantem tapi kalo misalnya sahabat aku di pukulin sama orang lain gimana? Demi ngejaga perasaan kamu yang enggak suka lihat aku berantem, aku harus diem aja gitu lihat mereka di pukulin? Yang ada mereka benci sama aku tapi enggak apa-apa sih aku di benci sama mereka, gimana kalo mereka benci sama kamu juga karena semenjak aku jadian sama kamu, sikap aku udah berubah sama mereka." ucap Leo membuat Tania diam dan meresapi kata-kata kekasihnya itu.
"Aku tahu kamu ngelarang aku demi kebaikan aku, aku bakal berusaha buat berubah." ucap Leo namun Tania menggelengkan kepalanya pelan.
"Harusnya aku mikir dulu sebelum ngomong, kita hidup enggak sendirian di dunia ini, aku mau ngasih yang terbaik buat kamu tapi kamu juga pasti bakal ngasih yang terbaik buat yang lainnya. Aku paham sekarang, mengatur hidup orang lain sama aja kayak kita penjarain hidup orang itu, dia enggak bebas bahkan saat orang-orang terdekatnya membutuhkan pertolongan, dia enggak bisa karena dia berada di dalam penjara orang lain." ucap Tania membuat Leo tertegun.
Manusia bernapas dan bergerak tapi hidupnya banyak di atur dan di kekang seperti dipenjarakan, tidak di perbolehkan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri kecuali ditentukan oleh orang lain, apakah pantas manusia di perlakukan seperti itu? Tidak, boneka lah yang pantas di perlakukan seperti itu.
"Enggak seharusnya aku egois sama kamu, kamu berhak buat nentuin hidup kamu sendiri tapi aku mohon sama kamu, ambil sisi positif dari setiap nasehat atau saran orang lain karena enggak selamanya hidup kamu selalu bener," ucap Tania tersenyum lebar, jika saja wanita itu tidak sedang menyamar pasti senyumannya akan terlihat cantik.
Leo menatap Tania lama sebelum pria itu ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Ya udah kita ke kelas yuk." ajak Leo dan Tania menganggukkan kepalanya, kemudian meteka berdua berdiri namun tiba-tiba saja Leo menggenggam tangan Tania.
"Ehem!" tegur Tania membuat Leo menoleh ke arah kekasihnya itu.
"Kenapa?" tanya Leo.
"Tangan kamu, kita masih backstreet loh," ucap Tania menunjuk tangan mereka berdua yang saling menggenggam satu sama lain. Ralat, Leo yang menggenggam tangan Tania.
"Oh iya lupa." ucap Leo melepas genggaman tangannya lalu ia berjalan duluan dan di susul oleh Tania dari belakangnya.
...Pulang sekolah -> kediaman keluarga Sinaja...
Tania berlari mendahului Aldy sembari tersenyum Tania masuk kekamarnya tanpa mengunci pintu Tania menghempaskan tubuhkan di kasur lalu membuka kotak mini dari Leo.
Aldy mengernyitkan dahinya, ia bingung kenapa adiknya sangat bersemangat. Karena penasaran Aldy membuntuti sang adik sembari ingin melihat apa yang terjadi dengan sang adik di dalam kamar.
.......
.......
...#:Bersambung:#...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
R_armylove ❤❤❤❤
mampir lagi ka
2021-04-13
0
Noejan
mampirrr ❤
2021-02-13
0
Micelle
kertas pernyataan cinta nohh
2020-12-23
1