Cleo Rendra Agata - Si tampan.
Riolen Adijaya - Si paling introvert.
Diky Prandika Milan - Si paling jago gombal.
.......
..._...
.......
Cleo Rendra Agata — Leo adalah laki-laki yang berkepribadian cuek dan dingin, dia juga pemilih tapi sangat di gemari oleh para wanita karena bukan hanya tampan tapi Leo juga menjadi populer karena bakatnya di bidang olahraga, salah satunya ia menjadi kapten basket, tak lupa juga ia mendapatkan peringkat umum pertama dari dua semester kelas 10 kemarin padahal kelakuan pemuda itu sangat berandalan di sekolah.
Leo di kenal sebagai laki-laki playboy di sekolah walaupun begitu Leo tetap menjadi dambaan para wanita, tak jarang ada wanita bodoh yang mau menjadi dayang suruhan Leo demi bisa dekat dengan Leo.
Tapi kembali lagi, Leo adalah sosok yang pemilih, mau secantik apapun perempuan itu, mau seb*hay apapun perempuan itu, jika Leo tidak suka maka jangan harap mendapat kesempatan untuk dekat dengan Leo.
.......
Leo dan kedua sahabatnya keluar dari kantin dan ketika keluar mereka mendengar seorang wanita yang bergumam.
"Tapi masih mending menang mulu sih, dari pada kayak gue dulu lebih parah dan lebih males lagi karena di kagumi dan di puji mulu tapi ada juga sih yang benci sama gue, aih pokoknya gak enak deh." oceh Tania menyandarkan kepala di kursi sembari menutup mata.
Leo dan kedua sahabatnya langsung menghentikan langkahnya lalu kedua sahabat Leo saling memandang satu sama lain sedangkan Leo mengerutkan dahinya menatap wajah Tania, pria itu seperti mengenal wajah wanita yang ada di hadapannya itu.
"Dapat pujian dari siapa?" tanya Leo membuat kedua sahabatnya tersentak karena tidak pernah sekalipun mereka melihat Leo bertanya pada orang lain apalagi orang itu tidak mereka kenal.
Aneh — Fikir mereka berdua.
"Dari fans gu — e ....." mata Tania terbuka lebar, kalimat yang ia ucapkan pun perlahan mengecil ketika dirinya menyadari ada seseorang yang menyahuti ucapannya.
Pftt! Hahaha! Rio dan Diky tertawa terbahak-bahak saat mendengar perkataan Tania.
Riolen Adijaya — Rio adalah sahabat Leo yang paling tahu tentang Leo tapi tidak semuanya, Rio anak yang cuek dan irit bicara. Setiap wanita akan tertarik dengan wajah datar Rio tapi sayang Rio lebih memilih berbohong bahwa ia sudah mempunyai tunangan agar tidak di dekati oleh kaum wanita dan tentu usaha Rio berbohong itu sia-sia karena para wanita tetap mengaguminya malahan kadang ada yang terang-terangan menyatakan cinta pada Rio.
Diky Prandika Milan — Diky adalah laki-laki bar-bar dan tidak takut akan salah melangkah, sifat Diky lembut, suka menggombal dan juga suka tebar pesona pada kaum wanita membuat semua wanita menggemarinya tapi anehnya Diky tidak pernah memilih salah satu para wanita itu. Diky juga sering pilih-pilih teman hingga saat kelas satu SMP Diky berteman dengan Rio dan Leo dari sana Diky tidak beralih teman lagi.
"Fans lo cowok? Eh emang ada ya cowok yang mau muji lo? Cantik gitu?" tanya Rio dingin namun nada suara pria itu seperti sedang mengejek.
"Hahaha mimpi kali," timpal Diky membuat Tania memutar kedua bola matanya, lagi-lagi dirinya bertemu dengan para pencemar sekolahan papanya. Huh Sudah cukup Tania mendengar hinaan mereka, Tania hendak meninggalkan mereka bertiga.
Leo mengerutkan dahinya ketika melihat reaksi Tania yang menurutnya. Wow! Wanita itu berani memalingkan matanya dari mereka bertiga, seakan-akan wanita itu jengah melihat mereka bertiga.
"Lo berdua tunggu di mobil!" titah Leo pada kedua sahabatnya namun tangan pria itu mencekal tangan Tania hingga Tania menyipitkan matanya menatap tidak suka pada pria yang tidak ia kenali itu.
"Hah?!" sontak Rio dan Diky terkejut karena Leo mengusir mereka berdua, Leo menatap intens ke arah Diky dan Rio karena kedua sahabatnya itu tak kunjung pergi juga.
"Sana!" bentak Leo membuat Rio menarik dasi Diky karena pria itu tidak mau berlama-lama melihat muka sangar Leo.
"Bisa lepasin tangan gue," ucap Tania tanpa ekspresi hingga refleks Leo melepas cekalan tangannya, Tania hendak pergi dari sana namun Leo mencegahnya lagi.
"Eh tunggu dulu, gue boleh kenalan sama lo?" tanya Leo namun Tania hanya diam menatap polos wajah Leo membuat Leo berdehem.
"Ehem! Kenalin nama gue Leo, kalo nama lo siapa?" tanya Leo namun Tania tetap diam menatap polos wajah tampan Leo. Tidak, Tania tidak terpesona dengan wajah pria itu namun Tania merasa curiga dengan gelagat pria itu, adakah pria berparas tampan mengajak wanita jelek untuk berkenalan? Fikir Tania karena yang ia tahu di mana-mana itu, seorang wanita pas-pasan atau wanita jelek yang mengejar-ngejar pria tampan begitu pula sebaliknya.
"Ehem, segitunya banget sih lihatin gue!!" ucap Leo menegur Tania membuat Tania menghela napas kasar kemudian wanita itu duduk kembali di kantin bie'em itu.
"Nama gue Tania," sahut Tania sembari mengeluarkan buku lalu ia fokus membaca.
"Lo anak baru di ECHS?" tanya Leo tapi lagi-lagi Tania mendiamkan Leo karena wanita itu keasikan membaca bukunya dari pada harus mengobrol dengan orang baru itu.
"Hei," panggil Leo agak kesal karena di abaikan oleh Tania. Come on! Pria tampan ada di depan mata wanita itu tapi kenapa wanita itu lebih tertarik pada buku dari pada dirinya. Ck!
"Kenapa?" sahut Tania tanpa melihat ke arah Leo membuat bibir Leo mengeluarkan kata 'F*ck' namun tanpa suara.
"Lo anak baru apa bukan?" tanya Leo.
"Bukan!" sahut Tania.
"Udah berapa lama sekolah di sini?" tanya Leo mengerutkan dahinya menatap Tania dengan serius.
"Dua bulan," sahut Tania membuat Leo mengangguk-anggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.
"Kayaknya bener dia orangnya!" batin Leo mengingat beberapa kali dirinya bermain basket di lapangan, pria itu melihat Tania duduk di kursi lapangan sembari membaca buku namun sesekali wanita itu juga menatap para pemain basket di lapangan.
"Ohya! Lo tau sama kapten basket sekolahan ini 'kan?" tanya Leo tersenyum tipis, pria itu mengira selama ini Tania duduk di lapangan karena ingin melihat dirinya. Secara dirinya adalah idola sekolah!
"Enggak," sahut Tania kelewat santai membuat senyum tipis Leo pun pudar.
What? Enggak tau? Bukannya dia sering ke lapangan ya? Atau bukan dia orangnya? — batin Leo bertanya-tanya di dalam benaknya.
"Beneran lo gak tau?" tanya Leo.
"Emang penting gue harus tau?" tanya Tania.
Jlebb! Mungkinkah ini mimpi buruk bagi Leo? Murid baru dengan tampilan yang sangat tidak menarik ini berani menyebut kata 'Emang penting' harus mengetahui tentang kapten basket sekolahan.
"Jarang kelapangan ya?" tanya Leo masih ingin memastikan jika dugaannya tidak salah.
"Sering," jawab Tania singkat.
"Sering? Tapi kenapa enggak tau sama kapten basket sekolahan? Lo ngapain aja di lapangan?" tanya Leo beruntun.
Nanyain apaan sih ni cowok? Apa untungnya coba gue tau tentang kapten basket di sekolahan, — batin Tania heran karena pria itu seperti sedang mendesaknya untuk kenal dengan kapten basket sekolahan.
"Baca buku." Tania berucap sekenanya.
Gue Cleo Rendra Agata di cuekin sama cewek cupu, wah enggak bener nih, — batin Leo kesal.
"Kenapa masih betah di sini? Enggak mau pergi sekarang? Teman lo pasti nungguin," tanya Tania seakan-akan memberitahu Leo untuk pergi dari hadapannya.
"Lo ngusir gue?" Leo menikan sebelah alisnya tidak percaya ada wanita yang merasa tidak betah jika ia dekati dan dengan terang-terangan mengusir dirinya.
"Mana berani gue ngusir orang," sahut Tania santai.
Leo mengepal tangannya kuat-kuat lalu setelah itu pergi dari kantin bie'em meninggalkan Tania tapi ketika sudah mulai menjauh Leo kembali lagi menghampiri Tania, sayangnya Tania sudah tidak ada di sana sehingga Leo menendang pohon di depan kantin bie'em.
Sebenarnya Tania belum pergi dari kantin dan dia melihat tingkah Leo yang celingak-celinguk seperti mencari seseorang lalu Tania kembali di herankan oleh Leo yang menendang sembari mengumpat tak jelas.
"Stres," desis Tania menjalankan mobilnya namun bukan untuk pulang ke rumah, wanita itu pergi ke suatu tempat yang selalu menjadi tempat favoritnya selama dua bulan tinggal di Jakarta.
Hingga berjam-jam lamanya ketika Tania sudah merasa sangat puas menjadi pemenang dalam taruhan balapan mobil, dirinya langsung pulang ke rumah.
"Assalamu'alaikum." Tania mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam." sahut keluarga Tania serentak karena mereka tengah duduk di ruang keluarga semua.
"Kamu ...."
"Dari mana?" tanya Aldy mendahului sang papa yang ingin bertanya pada putrinya.
"Em Kak, gue mau ngomong sama lo." bukannya menjawab Tania malah mengajak Aldy untuk bicara sehingga mereka berdua pun pergi ke kamar Aldy.
Ketika baru masuk kamar, Aldy langsung di dorong oleh Tania sampai duduk di sofa dan Tania melepaskan gigi palsu dan kaca matanya yang masih ia kenakan sedari tadi.
"Gila lo ya main dorong-dorong aja," umpat Aldy kesal karena wajahnya hampir saja mencium kepala sofa kamarnya.
"Gue mau cerita." ucap Tania tidak perduli akan ocehan kakaknya itu.
"Langsung aja?" tanya Aldy malas.
"Tadi 'kan gue pergi balapan tapi waktu gue mau pulang, gue enggak sengaja nabrak orang." ucap Tania membuat Aldy terkejut karena baru juga tinggal dua bulan di Indonesia, adiknya itu sudah membuat masalah dengan menabrak orang yang entah itu siapa.
"What!!!" teriak Aldy.
"Suttt! Enggak usah teriak-teriak," bisik Tania menempelkan jari telunjuknya ke bibir aldy.
"Siapa yang lo tabrak? Anak kecil, remaja atau orang dewasa? Lukanya parah atau enggak? Dan lo tolongin dia apa enggak? Jangan bilang lo malah kabur, jahat banget lo jadi orang," sentak Aldy menarik telunjuk sang adik dengan kasar.
"Apaan sih mulut lo berisik banget kayak bebek, dengerin dulu gue ngomong," sentak Tania balik.
"Dia masih remaja seumuran kita terus tadi gue lihat dia pakai seragam sekolahan ECHS tapi gue enggak tahu siapa orangnya, kelihatannya sih kayak centil gitu," ucap Tania wajah ketus.
"Cewek?" tanya Aldy membuat Tania menatap malas kakaknya itu. Tidakkah kakaknya itu menyebalkan sekarang, sudah jelas tadi Tania menyebut kata-kata 'centil' masih aja di tanya kelaminnya perempuan atau laki-laki.
"Benc*ng," sahut Tania.
"Setahu gue di sekolahan kita enggak ada tuh benc*ng," ucap Aldy santai.
"Elo yang benc*ng! Erg yang gue tabrak itu cewek, be*o," kesal Tania benar-benar tidak habis fikir kenapa dirinya punya kakak yang super menyebalkan ini.
"Ooh! Lo keluar mobil enggak tadi, nolongin dia atau gimana gitu?" tanya Adly menaik turunkan alisnya.
"Tadi gue langsung kabur," sahut Tania benar adanya atas tuduhan Aldy tadi.
"Tuh 'kan lo kabur, gilak lo ya," pekik Aldy spontan.
"Sebentar! Gue itu sebenarnya enggak salah, karena apa? Itu karena dianya yang buta enggak lihat lampu merah udah berubah jadi lampu hijau makanya dia main nyosor aja dan gue yang enggak merhatiin dia jadinya serempet dia dong," jelas Tania dengan nada nyolot.
"Lampu merah itu ada banyak orang Tania ...."
"Bawel lo ya, dari tadi bukannya dengerin gue cerita aja tapi malah ikut-ikutan nyerocos tu mulut kayak mak-mak. Gue udah suruh ojol tadi buat anterin dia ke rumah sakit dan dianya mau," kesal Tania.
"Biayanya gimana Tania gila," pekik Aldy. Rasanya gendang telinga Tania hampir rusak gara-gara pekikkan kakaknya itu.
"Lo fikir gue gobl*k apa. Ya pasti gue bayar lah kak Aldy stres," sahut Tania memelotot kesal.
.......
.......
...```Bersambung```...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Ig : @wulaaannn._07
Hallo kak aku selalu mampir di karyamu , jangan bosan ya🙃
2021-01-15
0
R_armylove ❤❤❤❤
mampir ka
2021-01-14
1
Noejan
😍 Hadir ~
2021-01-09
0