"Hei, tunggu! Aku hanya ingin meminta bantuan darimu!" teriak Maher yang terus mengejar.
Alinda terus berlari, ia sangat panik dan ketakutan. Sikap Maher membuatnya risih dan tidak nyaman. Ia bahkan mengira jika Maher hendak memperkosa dirinya.
"Ya Allah! Tolonglah hamba-Mu ini. Jauhkanlah hamba dari orang jahat seperti yang sedang mengejar hamba," ucap Alinda dalam hati.
Maher terus mengejar dengan sepedanya. Ia sedikit kasihan pada gadis pemilik mata indah yang ia senangi itu. "Astaga. Kenapa dia terus berlari. Memang wajahku begitu menyeramkan, ya?" Ia bergumam dalam hati.
Tentu saja Maher merasa heran karena Alinda terus berlari menjauhi dirinya. Padahal, ia hanya ingin kenal dekat dengan sosok gadis pemilik mata indah itu. Tapi, tanggapan si gadis mata indah itu malah terkesan sedang diancam atau hendak disakiti.
Hijab syar'i yang Alinda kenakan itu seakan ikut membawanya terbang sehingga bisa berlari dengan cepat menjauhi lelaki yang mengejarnya. Bahkan, arah ke gubug pun sudah ia lewati. Saking panik dan takutnya ia sehingga tidak fokus dengan arah tujuannya.
"Hei, tolong jangan lari. Aku tidak akan menyakitimu!" Kembali, Maher meneriaki gadis bermata indah itu.
Alinda tak peduli. Ia terus berlari. Orang jahat tak mungkin mengaku jika ia jahat. Begitu pikirnya. Hingga pada saat itu...
Brugh!
"Aaaaaaaa!" Alinda memekik saat kakinya tak sengaja menginjak sebuah lubang di pinggir jalan. Hal itu membuatnya tersungkur dengan kaki menerobos masuk ke dalam lubang.
"Astaga! Apa yang terjadi, ukhtiii?" pekik Maher dengan wajah paniknya.
Secara bersamaan, seorang wanita cantik dengan hijab dan pakaian muslimah datang dan berhenti di dekat Alinda yang sedang meringis kesakitan. Ia tampak kaget saat melihat Alinda tiba-tiba tersungkur di sana. Tadi, ia melihat dari jarak dekat saat Alinda berlari.
"Astaghfirullahaladzim. Ada apa ini? Ya Allah, Teteh tidak kenapa-kenapa?" Zahrani dengan cepat turun dari sepeda motornya lalu menghampiri Alinda yang masih tersungkur dengan kaki berada di dalam lubang.
"Tidak apa-apa, Teh. Aduh!" desis Alinda sambil berusaha menarik kakinya.
"Eh, ini kakinya nerobos masuk ke lubang, ya. Ya Allah! Tunggu sebentar, Teh. Biar saya bantu pelan-pelan," ucap Zahrani dengan ekspresi panik.
Alinda masih meringis. Kakinya memang terasa sakit karena mungkin sempat terkilir. Ia pun membiarkan Zahrani untuk membantunya mengeluarkan kakinya yang masuk ke lubang.
"Ya Allah, sakit sekali," ringis Alinda sambil bergeser dengan perlahan.
Maher yang terdiam di tempatnya tampak bengong dan panik. Ia sangat takut terjadi apa-apa pada gadis bermata indah itu. Sejak tadi ia hanya memperhatikan apa yang terjadi.
"Astaga, apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini? Duh, semoga tidak terjadi apa-apa pada wanita ini," gumam Maher dalam hati.
"Coba sini saya lihat dulu kakinya, Teh. Sepertinya ini terkilir dan harus diurut," ucap Zahrani sambil menatap cemas.
Alinda menggeleng kecil. "Tidak apa-apa, Teh. In Syaa Allah saya baik-baik saja." Ia menolak dengan halus.
"Tapi ini terkilir, Teh. Harus dilihat dulu apakah ada luka atau tidak. Ya Allah! Memang si Teteh ini mau ke mana kok tadi saya lihat berlari cepat seperti ketakutan?" ujar Zahrani banyak bicara dan ingin tahu.
Alinda mengusap dahinya. Keringat pun kini sudah mengucur deras di dahi dan seluruh tubuhnya. Sejenak ia menoleh pada Maher yang masih mematung di sepedanya.
"Ini gara-gara lelaki itu!" tuding Alinda seraya mengarahkan pandangannya pada Maher.
Zahrani menolehkan wajahnya dan mengerutkan keningnya. Ia jelas saja mengenal sosok pria tampan yang diam di sepeda. Walaupun mungkin sudah dua tahun lebih ia tak bertemu dengan pria putra juragan di kampungnya itu, tapi ia masih ingat dengan wajah dan juga nama pria itu.
"A Maher?" ucap Zahrani menatap heran pada Maher.
Maher tampak melipat bibirnya ke dalam dan membuang wajahnya ke udara. Ia sendiri masih ingat pada Zahrani sosok putri bungsu kiyai besar di desa itu. Bahkan, kedua orang tuanya bisa dikatakan tidak cocok dengan keluarga Abah Haji Muhajir.
"Dia yang mengejar saya, Teh. Saya tidak mengenalnya sama sekali," adu Alinda pada Zahrani.
"A Maher teh kunaon pan tiasa ngudag-ngudag si Teteh ieu?" tanya Zahrani dengan bahasa Sunda.
(A Maher itu kenapa kok bisa ngejar-ngejar si Teteh ini)
Maher terdiam dan sulit menjawab. Tentu saja ia tidak akan mengaku jika dirinya ingin berkenalan dengan gadis bermata indah itu. Namun kini, ia pun bingung harus menjawab apa. Sedangkan sosok gadis yang ia kejar tadi mengaku terjatuh gara-gara dirinya dan dikejar olehnya.
"A Maher? Kok diam saja? Ada urusan apa A Maher sama si Teteh ini?" desak Zahrani penuh selidik.
Maher mengusap wajahnya. "Tidak ada. Sebaiknya kamu jangan ikut campur, Zahrani!" Ia bicara dingin dan menatap tidak suka pada gadis cantik yang lebih muda darinya.
Zahrani tampak membulatkan kedua bola matanya penuh dan menatap kesal pada lelaki yang ketus padanya. "Tidak bisa! Karena si Teteh ini sudah bersaksi jika ia terjatuh karena A Maher mengejarnya. Padahal si Teteh ini tidak mengenal A Maher. Kalau tidak mau ngaku atau minta maaf dan bertanggung jawab, Zahra akan melaporkan kejahatan A Maher pada Pak RT lalu dilaporkan lagi pada Pak Lurah, dan merambat pada Pak Camat, Pak Bupati dan Pak Gubernur!" Ia mengancam tanpa rasa takut.
Maher tampak memelototkan matanya dan menatap kaget. Tentu saja ia tak ingin bila Zahrani sampai melaporkannya pada Pak RT lalu merambat ke mana-mana. Bisa-bisa ia membuat kehormatan keluarganya terancam punah.
"Eh eh eh, jangan asal lapor-laporin begitu, dong! Kalau tidak ada bukti dan tidak ada saksi, siapa yang akan malu? Kamu sendiri, 'kan?" ujar Maher sambil menatap sebal.
Zahrani memutar bola matanya malas. "Jelas-jelas si Teteh ini mengaku kalau dikejar dan sampai terjatuh gara-gara A Maher! Terus, Zahra juga bisa kok jadi saksinya. Toh, tadi itu Zahra melihat sendiri kok kalau A Maher mengejar si Teteh ini." Kini ia pun semakin memanas.
Alinda yang tidak mengenal Zahrani tampak kagum pada gadis cantik itu. Walaupun Zahrani tidak mengenalnya, tapi gadis itu begitu peduli dan berani membelanya. Bahkan kini ia berhadapan dengan seorang pria. Zahrani begitu tangguh, tegas dan pemberani. Hal itu membuat Alinda tak henti memuji dan menatap kagum.
"Maa Syaa Allah, wanita ini begitu tegas dan pemberani. Aku sangat kagum sekali padanya. Berbeda dengan diriku yang sering kali mudah panik dan ketakutan," ucap Alinda dalam hati.
Maher mengusap wajahnya lagi. Ancaman demi ancaman ia dengar dari mulut Zahrani. Hal itu benar-benar membuatnya kesal dan dilematis. Tidak mungkin juga ia melawan seorang gadis yang lebih muda darinya. Bisa-bisa ia dikatai tidak gentle.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nurhayatins Aqil
bgus thor crtx lnjt ya
2022-12-19
0