Bab 16

Maher masih duduk di saung pinggir jalan itu. Ia masih bingung harus ke mana lagi mencari sosok wanita berniqab yang tadi pagi berpapasan dengannya. Ingin menyerah dan pulang saja, tapi tidak bisa ia lakukan. Pria tampan itu seakan semakin tertarik pada mata indah milik gadis yang ternyata ada di kampung itu.

"Ke mana harus kucari gadis itu? Sungguh misterius," gumam Maher sambil berdiri dari duduknya lalu naik lagi ke kuda besinya.

Memilih untuk kembali mencari seperti hal yang tepat bagi Maher. Ia pun mulai menyalakan mesin sepeda motornya lalu mengemudikannya dengan pelan dan santai.

"Pokoknya aku harus cari gadis itu sampai ketemu. Dua mata itu sangat indah dan membuatku tak bisa melupakannya," gumam Maher dalam hati.

Ia terus menjalankan motornya, kedua matanya pun kini berkeliaran ke mana-mana. Hingga saat ia berada di pertigaan, tiba-tiba saja netra hitamnya menangkap sosok wanita memakai pakaian syar'i dengan wajah yang tertutup oleh niqab.

Ya, dia adalah Alinda. Secara kebetulan Alinda berjalan dari arah kanan dan hendak menuju ke arah kiri dari pertigaan itu. Ia sendiri tidak tahu dan tidak sadar jika ternyata ada seorang pria yang memperhatikannya dari arah yang berlawanan.

"Itukah orangnya? Gadis tadi pagi yang bertemu denganku di pinggir kebun?" tanya Maher dengan kedua manik mata yang terus menatap Alinda.

Tak ingin mati penasaran, akhirnya Maher pun mematikan mesin motornya lalu membuka helm dan turun dari kuda besi miliknya itu. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya menghampiri Alinda yang berjalan ke arahnya. Ya, tentu saja karena Maher berada di jalan mengarah ke gubug.

Brugh!

Maher sengaja menabrakkan dirinya pada Alinda. Hal itu tentu saja membuat gadis pemakai niqab itu terkejut bukan main.

"Astaghfirullahaladzim!" desis Alinda sambil gegas berjongkok memunguti buku, Al-Quran dan barang-barang lainnya yang tadi ia bawa.

"Eh, sorry. Aku gak sengaja," ucap Maher sambil gegas ikutan berjongkok dan membantu Alinda memunguti barang-barangnya.

Alinda meraih apa saja yang jatuh miliknya. "Tidak apa-apa. Aku juga salah, mungkin tidak fokus." Ia membalas dengan suara yang datar namun begitu lembut.

Maher memberikan buku pada Alinda. "Ini." Sambil berdiri karena Alinda sudah lebih dulu berdiri.

Alinda gegas meraih tanpa mendongakkan wajahnya. Ia memang tidak ingin menatap siapa pun lelaki yang bukan mahramnya. Apalagi lelaki yang saat ini bertemu dengannya adalah lelaki asing yang sama sekali tidak ia kenali.

"Terima kasih," ucap Alinda sambil hendak kembali melangkahkan kakinya.

"Kamu yang tadi pagi bertemu denganku di pinggir kebun, ya?" tanya Maher basa-basi.

Tentu saja hal itu membuat Alinda menghentikan langkahnya lalu menoleh pada pria di belakangnya. Seketika kedua manik mata gadis cantik itu menatap wajah tampan Maher untuk sesaat lalu ia kembali membuang wajahnya ke depan.

Sementara itu, Maher yang sengaja menunggu moment gadis berniqab itu memperlihatkan manik matanya tampak tercengang dan terpesona melihat keindahan kedua mata milik gadis di hadapannya itu. Ya, benar dugaannya. Dia adalah gadis yang tadi pagi bertemu dengannya.

"Oh Tuhan! Indah sekali mata milik gadis ini. Aku sungguh penasaran pada wajahnya yang tertutup niqab itu," gumam Maher dalam hati.

Maher benar-benar terpukau dan nyaris ingin memiliki mata indah itu. Ya, ia suka dengan kedua mata yang bulat, bola mata hitam serta bulu matanya yang lentik dan lebat. Selain itu, pancaran dari mata gadis itu begitu sejuk dan menenangkan. Hal itu yang semakin membuat Maher tertarik dan terpesona.

"Benar. Ternyata Tuhan kembali mempertemukan kita. Saya permisi," ucap Alinda yang kemudian kembali melangkahkan kakinya.

Maher mengerjapkan matanya dan gegas berlari mengejar gadis berniqab itu. "Hei, tunggu! Boleh kutahu merek hijabmu? Sepertinya cantik kalau dipakai oleh ibuku." Ia berkata apa saja yang sekiranya bisa membuatnya komunikasi dengan gadis berniqab itu.

Alinda kembali menghentikan langkahnya. Kini ia tampak berpikir sejenak, apakah pria di belakangnya itu hanya main-main atau sedang meremehkannya?

"Hijabmu cantik dan sepertinya ibuku suka kalau aku belikan sama seperti ini. Aku kira kau akan memberitahuku di mana kau beli hijab itu. Dan, apa nama brand nya?" Maher kembali membuka suaranya. Kini ia pun semakin mendekati Alinda yang mematung di tempatnya.

Alinda menarik napasnya dalam lalu membuangnya perlahan. Ini sudah jam satu lewat, maka itu artinya matahari berada di puncak dan membuat kulit tubuhnya serasa terbakar.

"Ayo perlihatkan lagi mata indahmu itu. Aku suka melihatnya," ucap Maher dalam hati. Berharap Alinda akan menoleh dan menatap lagi padanya.

"Silakan Anda cari di aplikasi belanja daring. Ketik kata hijab syar'i di halaman depan pencarian. Anda pasti akan menemukan beragam macam hijab syar'i di sana." Alinda berkata sedikit meninggi namun tetap terdengar lembut dan tanpa menoleh.

Maher tampak mengerutkan dahinya dan mengusap wajahnya kasar. Ia hanya ingin melihat gadis di hadapannya itu menoleh padanya dan memperlihatkan manik matanya. Tapi ternyata tidak, gadis itu hanya menjawab tanpa menoleh.

"Dan satu lagi," ucap Alinda yang masih menatap lurus ke depan.

Maher menatap hampa punggung gadis berniqab itu. Ia benar-benar galau karena ingin lagi dan lagi memandang dua mata indah milik gadis di hadapannya.

"Jangan ikuti saya!" ujar Alinda penuh penegasan. Tanpa berkata apa-apa lagi ia pun bergegas melangkahkan kakinya meninggalkan Maher yang terpaku di tempatnya.

"Astaga! Dia mengerti bahwa aku akan mengikutinya? Dia mengerti bahwa aku sedang mencarinya? Wow, ajaib sekali gadis ini," ucap Maher dalam hati.

Alinda terus berjalan. Kali ini ia mempercepat langkah kakinya agar tidak diikuti oleh pria asing yang ia pikir hendak menggoda dan mengolok-oloknya.

"Astaghfirullahaladzim. Semoga lelaki itu tidak nekat mengikuti aku," ucap Alinda sambil sesekali menoleh ke belakang.

Gadis cantik itu kini sudah sampai di gubug dekat sungai. Ya, sungai yang bersih dan jernih. Sungai kecil namun airnya mengalir seperti kehidupan di dunia ini.

"Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga," ucap Alinda sambil melepas sandalnya.

Dengan cepat ia membuka pintu gubug yang semula ia kunci. Setelah mengucapkan salam, ia pun bergegas masuk ke dalam gubug lalu siap merapikan serta menghidupkan suasana di gubug itu.

"Aku akan menamai gubug ini dengan nama Gubug Sakinah. Karena, aku mendapatkan ketenangan saat berada di dalam gubug ini," ucap Alinda sambil membuka jendela gubug itu lalu menatap binar pada air sungai yang mengalir dengan jernih.

"Apa yang membuat mereka semua takut berada di sini? Lihat, sungainya begitu jernih dan tenang. Tidak ada nuansa mistis di gubug ini. Aneh!" gumam Alinda yang kemudian meraih sapu dan mulai membersihkan dengan maksimal.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!