Menghabiskan malam di hotel, anggap pemanasan dan membiasakan tidur dalam pelukan Syakil. Meski ketakutan Amara sudah setinggi puncak himalaya kalau-kalau Syakil nekat memakannya, namun semuanya aman terkendali.
Sempat berdebat dan menolak pulang ke rumah mertuanya, Amara khawatir jika nanti masih ada Mikhail di sana. Akan tetapi alasan Syakil perihal sopan santun untuk sang mama membuat Amara memilih mengalah. Ya, mungkin memang dia harus merasakan tinggal beberapa hari di rumah keluarga Syakil.
"Kalau masih capek tidur aja, Ra ... biar Mama sama kak Zia yang siapin makan siang."
"Enggak, Ma. Kalau kebanyakan tidur nanti pusing," tutur Amara sembari memilah perbumbuan yang akan mereka gunakan saat ini.
Meski memiliki pembantu rumah tangga, untuk memasak terkadang Kanaya dan Zia akan memilih terjun ke dapur kalau sudah bersama. Semangat dari menantu memang benar-benar bak amunisi Kanaya.
"Yakin, Ra? Kamu kelihatannya duduk aja capek," kata Kanaya sembari mengerutkan wajahnya, apa mungkin adik iparnya pegal linu, pikir wanita itu.
"Yakin, Kak," tutur Amara lembut dengan memperlihatkan senyum termanisnya.
Bukan lelah, tepatnya mungkin tidak ada semangat hidup. Sudah dia duga kakak iparnya masih ada di sini. Bukan tidak suka Zia, sama sekali bukan. Bukan pula tidak menyukai Mikhayla ataupun Zean dan Sean. Akan tetapi, yang menjadi alasan Amara tertekan di sini adalah keberadaan Mikhail, itu saja sebenarnya.
"Berapa ronde, Kil?"
Sudah dia duga, baru juga pria itu menghampiri batinnya. Kini justru muncul dengan pertanyaan diluar nalar dengan membawa segelas kopi panas di tangannya.
"Empat mungkin."
Sama-sama membuat Amara dongkol sebenarnya, Syakil yang menjawab pertanyaan Mikhail sedemikian rupa semakin membuatnya ingin menenggelamkan diri ke dasar palung mariana.
"Woah, rekor muri ... kami saja tidak sampai segitu. Mama dulu gimana?"
Masih begitu santai bertanya, tidak sadar diri jika Kanaya dan Zia sudah menatapnya setajam itu. Pisau dapur yang kini ada dalam kekuasaan Kanaya sepertinya sangat pas jika mengenai kening Mikhail.
"Kamu mending mandi deh, Mas ... olahraga sekalian, perut mulai buncit begitu apa gak malu?" Zia kembali bersuara demi menyelamatkan mental adik iparnya.
"Iya, Khail ... Mama jadi bingung yang hamil itu kamu atau Zia sebenarnya," celetuk Kanaya menggeleng pelan. Ini adalah kehamilan Zia yang ketiga, demi mengikuti keinginan Mikhail yang tiba-tiba menginginkan anak kembar perempuan lantaran Mikhayla sudah tidak suka digendong dan dimanja lagi layaknya bayi.
Mikhail hendak tidak terima, namun hal itu tidak bisa dia tepis karena Mikhail sudah kehilangan perut kotak-kotaknya sejak Sean dan Zean masih kecil. Dia tetap rutin olahraga, hanya saja napsu makan dan terlalu disayang istri membuat Mikhail sedikit mengembang.
"Jangan ketawa, suami kamu juga tidak akan jauh berbeda kalau sudah bertahun-tahun menikah ... 10 tahun lalu juga Kakak lebih tampan dan atletis dari suami kamu, Amara."
Siapa yang tertawa? Hanya tersenyum tipis karena memang ucapan Zia ada benarnya. Kakak iparnya memang sedikit berisi, tubuhnya yang tinggi semakin membuat Mikhail terlihat seperti sugar daddy yang kerap dia bayangkan bersama teman-temannya.
"Ck, jangan begitulah ... istriku tekanan batin lama-lama."
Syakil berdecak kesal dengan kelakuan Mikhail yang lebih cerewet dari putrinya sendiri. Meski Zia tidak pernah mengutarakan keberatannya atas perilaku Mikhail, tetap saja pria itu memahami apa kata hati istrinya.
"Ah itu belum seberapa, nanti juga dia harus terbiasa ditekan kamu, Kill."
Hoel
Zia malu? Sedikit, mungkin jika di depan umum dia akan memilih lari dan berpura-pura tidak mengenal Mikhail. Suaminya ini benar-benar menyebalkan, jangankan Amara, dia saja geli mendengarnya.
"MIkhail, bibir kamu Mama cincang juga lama-lama."
Suasana di dapur jadi semakin menghangat, lebih tepatnya sedikit panas. Beruntung saja Ibra tidak ikut bergabung, pria itu tampaknya tengah menghabiskan waktu bersama kedua cucunya di halaman depan.
"Kenapa? Apa ucapanku ada yang salah?"
"Napas saja sudah salah sebenarnya," tukas Syakil santai namun berhasil membuat Mikhail tersedak kopi panas itu, adiknya pintar sekali menjawab.
"Jangan begitu, Syakil ... tidak lama lagi kita akan terpisah lautan membentang, apa salahnya bercanda sedikit."
Sedikit apanya, hampir setiap bertemu akan selalu ada kalimat yang dia anggap candaan namun itu luar biasa menyebalkan. Kalimat itu seharusnya terdengar sedih, namun percayalah bagi Amara menghilang ke luar negeri lebih baik bahkan kalau bisa secepatnya saja.
.
.
.
"Maaf ya, Ra ... Kak Mikhail memang suka bercanda."
"Iya, aku paham mungkin itu caranya berinteraksi biar makin akrab," ucap Amara sembari berpikir mungkin memang itu sebabnya.
Seberusaha itu Syakil membuat Amara nyaman dengan berbagai macam karakter di rumah ini. Ibra yang dingin, keponakannya yang sedikit brutal karena mungkin masih di umur-umur nakal, dan juga Mikhail yang tidak ada habisnya membuat Amara terdiam.
"Setelah ini, kita akan hidup berdua, tidak akan ada Mikhail yang membuat kamu risih. Lagipula Sudah saatnya kamu melupakan semua luka dan hal yang tidak seharusnya kamu rasakan ... maaf, aku terlambat datang," tutur Syakil kemudian mengecup puncak kepalanya, meski Amara tidak mengungkapkan bagaimana lukanya, tatapan kosong di hari pernikahan dapat menjelaskan jika istrinya itu memendam banyak luka.
"Berdua?"
Syakil mengangguk, tujuannya menikahi Amara memang itu. Berdua, tanpa gangguan pihak lain. Keputusannya untuk benar-benar membawa Amara keluar dari tanah air memang sudah bulat, sesuai dengan rencananya bahwa Syakil pulang hanya liburan dan menuntaskan rindu bersama Kanaya. Tentang Amara yang tiba-tiba jadi istrinya, anggap saja hadiah kerja keras dari semesta.
"Iya, berdua ... atau mungkin bertiga, berempat atau berlima nanti seperti kak Mikhail dan Zia yang punya banyak anak."
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
aisyah
berempat dgn zain dan zhesan😁😁
2024-04-03
0
Jarmini Wijayanti
kapan hot nya thor
2024-02-13
1
komalia komalia
waah mas mikail rupa nya udaj punya lemak toh,tapi yang penting masih bucin abis sama zia
2023-09-20
1