BAB 5 - Bukan Sekadar Kaya.

Kesal, namun tetap harus dia lakukan. Mengingat Mikhail adalah pria kurang ajar yang tidak terima penolakan, terpaksa dia menuruti keinginan Mikhail. Asal pilih tempat, toh menurutnya masih sama-sama telur ayam.

Memasuki minimarket yang paling dekat menurutnya saja. Syakil tidak terlalu peduli harus belanja dimana. Peduli setan dengan Mikhail yang memintanya membeli ramuan keramat itu di pusat perbelanjaan tengah kota, hanya merepotkan saja, pikir Syakil

Dia bukan pria jelalatan, sekalinya mencari dia fokus pada tujuan. Yang saat ini dia cari sudah didapatkan, tidak begitu sulit karena memang bukan barang langka.

Tiba di kasir, Syakil menyerahkan belanjaan yang harus dia bayar. Masih fokus dengan ponselnya, tentu saja membalas pesan Mikhail dan menjawab iya darisemua permintaan yang dia sampaikan.

"75 ribu, Kak ... Ada lagi?"

"Cukup."

Syakil menggeleng kemudian mengeluarkan dompetnya. Baru saja hendak menyerahkan kartunya, belum sempat wanita itu meraihnya, Syakil mengalihkan pandangan ke arahnya dengan mata yang kini membulat sempurna kala menyadari siapa wanita yang kini berdiri di hadapannya.

Amara, wanita yang tidak punya sopan santun sembarangan pergi meninggalkannya pagi tadi tertangkap basah tengah melakukan pekerjaannya. Pertemuan kali keduanya makin kaku, lebih tepatnya malu. Syakil berdehem pura-pura tenang padahal dia seakan tidak punya wajah saat ini.

Bukan perkara dia yang masih menggunakan pakaian kemarin ataupun belum mandi. Akan tetapi, yang membuat Syakil malu ialah belanjaan tak lazim bagi pria lajang sepertinya.

"Untuk Kakakku, bukan aku ... sumpah."

Amara tidak bertanya, tapi belum apa-apa Syakil sudah panik duluan. Persis seorang suami yang kepergok istrinya membeli barang tak berguna.

"Hm, begitu," sahut Amara bingung harus mengatakan apa, kalaupun benar memang untuk dirinya kenapa malu, pikir wanita itu.

"I-iya, begitu."

Ada-ada saja, bahkan Syakil sampai gugup. Sementara Amara bersikap biasa saja karena memang dia tidak merasa mengenal pria ini sebenarnya. Bahkan, nama Syakil saja dia belum mengetahuinya, bukan karena apa-apa. Akan tetapi, memang Syakil tidak memperkenalkan diri sementara Amara bukan tipe wanita yang suka banyak tanya.

"Kamu pergi dari hotel jam berapa?" tanya Syakil mulai bisa menguasai keadaan, tak lagi segugup sebelumnya, tapi tetap saja wajahnya kini sean merona.

"Jam lima mungkin, maaf ... tidak sempat pamit." Sedikit sesal jelas ada dalam benar Amara, karena bagaimanapun Syakil begitu baik meski sama saja suka curi-curi kesempatan, pikirnya.

"Baguslah kalau sadar," tutur Syakil datar dan membuatnya termenung tiba-tiba, batinnya bertanya apa mungkin pria itu marah.

"Terima kasih sudah berbelanja."

Selesai pembayaran Amara mengembalikan kartu milik Syakil. Berharap pria itu akan segera pergi dan berlalu dari hadapannya. Karena jujur saja Amara mulai risih dengan tatapan Syakil yang terus tertuju padanya, heran saja apa mata Syakil tidak sakit, pikir Amara.

-

.

.

.

"Apa ada lagi, Kak?"

Canggung sekali, Syakil yang belum juga berniat untuk beranjak membuat Amara mulai sedikit kesal. Sialnya pagi ini minimarket sepi dan tidak ada pelanggan setelah Syakil, jelas saja dia tidak bisa mengusir Syakil dengan alasan harus melayani yang lain.

"Lukamu, apa baik-baik saja sudah dibawa bekerja sekarang?"

Tanya apa, jawabannya apa. Lagipula siapa Syakil sampai sebegitu pedulinya tentang Amara. Luka yang sama sekali tidak seberapa, apa yang Amara rasakan bahkan lebih sakit dari ini.

"Su-sudah ... terima kasih sudah berbelanja, semoga puas dengan pelayanan kami."

Sekali lagi dia menggunakan kalimat andalan untuk bisa membuat palanggannya pergi, namun sepertinya hal ini tidak berlaku pada Syakil. Dia justru menarik sudut bibir, mungkin paham maksud Amara.

"Pembeli adalah raja, kenapa harus diusir secara halus?" tanya Syakil sarkas dan membuat Amara kian bingung.

Sudah cukup lama Syakil berada di sini, meski memang bukan menggoda namun tatapan karyawan yang lain sudah mulai berbeda. Tangan mereka mungkin bekerja tapi tidak dengan telinga dan juga ekor mata.

"Tapi Anda sudah selesai berbelanja, apa memang masih ada yang dicari, Kak? Saya bantu jika kesulitan."

Tetap berusaha professional meski sebenarnya lidah Amara terasa kaku hendak mengatakan hal semacam ini pada Syakil. Sungguh, dia begini hanya karena ada beberapa pasang mata yang menjadi pengamat.

"Ck, dasar keji ... kamu benar-benar mengusirku?" tanya Syakil dengan suaranya yang terdengar begitu dingin.

"Bukan begitu, tapi memang sudah selesai ... lalu mau apa lagi?"tanya Amara mulai menyerah, kenapa Syakil justru semakin merepotkan begini, pikirnya.

"Kamu berhutang padaku, meninggalkanku sendirian adalah hal yang paling tidak sopan."

"Maaf, aku tidak bermaksud begitu ... tapi memang aku harus pergi lebih cepat, pekerjaanku tidak segampang kelihatannya."

Baru kali ini ada pria yang membuatnya repot sendiri, merasa bersalah bahkan justru setakut itu dia benar-benar kecewa lantaran ditinggalkan di kamar hotel sendirian.

"Kamu kira maaf saja cukup? Kamu jangan lupa ... aku menebusmu tiga ratus juta, bukan tiga ribu rupiah."

Sialaan, pria ini perhitungan rupanya. Amara menatap sendu manik tajam Syakil, sedang menebak apa yang dipikirkan pria ini sesungguhnya.

"Kalau soal itu, nanti saja kita bicarakan lagi. Sekarang aku harus kerja dulu, bosku bisa marah."

Syakil mendengkus kesal, bagaikan seorang anak yang marah ibunya harus terus bekerja sementara dia meminta waktu untuk bicara. Pria itu memejamkan mata dan tiba-tiba menatap sekeliling minimarket itu.

"Karena kerja? Kita baru bisa bicara setelah pekerjaanmu selesai?"

"Hm, kurang lebih begitu."

Baiklah, sepertinya syakil harus menyelesaikan ini dengan caranya. Tanpa pikir panjang dan tidak peduli bagaimana tanggapan orang-orang setelah ini otaknya hanya terpikirkan hal ini saja.

"Kalau begitu aku beli semua yang ada di sini."

"Hah?"

Bukan hanya Amara, melainkan rekan kerja Amara melongo mendengar ucapan Syakil. Seumur hidup mereka baru kali ini menemukan seseorang memborong seisi minimarket tanpa pikir panjang.

"Pasti bercanda, memangnya uangnya cukup, Mas?" Mario yang sejak tadi sedikit terganggu dengan kehadiran Syakil kini turut bicara, penampilan Syakil menurut dia biasa saja. sekalipun tampan, hal itu tidak jaminan pria itu memang mampu.

"Aku tidak bercanda, aku ingin bicara dengannya ,,, jika semuanya terjual habis, itu artinya pekerjaan kalian hari ini akan lebih cepat bukan?"

Caranya bicara sangat-sangat berbeda, bahkan Amara tiba-tiba ciut dengan suara dingin Syakil yang kini lebih seram daripada di club tadi malam. Sesaat kemudian, mereka direpotkan Syakil dalam waktu yang cukup lama karena isi minimaket itu tidaklah sedikit.

PLONG

Semua kosong, tanpa sisa dan kini hanya meninggalkan Amara yang menatap Syakil dengan raut bingungnya. Butuh tiga mobil untuk bisa membawa semua belanjaan Syakil, ya hari ini adalah rekor muri belanjaan terbanyak Syakil selama hidupnya.

"Hoel ...." Bibir Amara tidak bisa berkata-kata lagi, hanya demi mengajaknya bicara Syakil melakukan ini.

"Sekarang bagaimana? Kita sudah bisa bicara bukan?"

"Hm, sangat-sangat bisa!!!" ucap Amara sengaja menekan setiap kalimatnya, pria super kaya paling sinting dia temukan kini. Memang benar, orang kaya kadang kerap melakukan hal diluar nar yang bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Tbc

Terpopuler

Comments

Ray Siddiq

Ray Siddiq

emang beli apa Syaqil, kok beli susu beruang gak lazim dibeli?

2025-02-04

0

Halimah As Sa'diyah

Halimah As Sa'diyah

anterin ke rumah syaqil

2025-01-14

0

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

wihhh ya gini kalo Sultan dah belanja dan ngk mau di ganggu ya di borong semua isi nya 🤣🤣

2024-10-29

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal Pertemuan
2 BAB 2 - Pria Asing
3 BAB 3 - Memastikan
4 BAB 4 - Sendiri
5 BAB 5 - Bukan Sekadar Kaya.
6 BAB 6 - Ketar-Ketir
7 BAB 7 - Ancaman Syakil
8 BAB 8 - Ngapel Tak Terduga.
9 BAB 9 - Restu Mama
10 BAB 10 - Lamaran Sepihak
11 BAB 11 - Calon Kakak Ipar Meresahkan (Lord Mikhail)
12 BAB 12 - Tanggung Jawab
13 BAB 13 - Monster
14 BAB 14 - Simulasi Jadi Istri Orang Kaya
15 BAB 15 - Awal/Akhir
16 BAB 16 - Empat Puluh Menit.
17 BAB 17 - Diskusi Masa Depan
18 BAB 18 - Ketakutan Amara.
19 BAB 19 - Keraguan Amara
20 BAB 20 - Luluh
21 BAB 21 - Pendekatan
22 BAB 22 - Perusak Suasana
23 BAB 23 - Dunia Begitu Sempit
24 BAB 24 - Tertembak
25 BAB 25 - Berdua (Salah Waktu)
26 BAB 26 - Gladi
27 BAB 27 - Pra
28 BAB 28 - Memulai (Sendiri)
29 BAB 29 - Permintaan Pertama (Amara)
30 BAB 30 - Harus Bagaimana?
31 BAB 31 - Pembohong
32 BAB 32 - Candy
33 BAB 33 - Pesan Terakhir.
34 BAB 34 - Kehidupan Sesungguhnya
35 BAB 35 - Kenapa Suamiku Berbeda?
36 BAB 36 - Tanggung Jawab
37 BAB 37 - Bakat Terpendam Syakil.
38 BAB 38 - Wanita Yang Sama?
39 BAB 39 - Hanya Milikku
40 BAB 40 - Bukan Solusi
41 BAB 41 - Belum Bisa Terima
42 BAB 42 - Kabar Baik
43 BAB 43 - Ilmu Sesat
44 BAB 44 - Love Doesn't Hurt
45 BAB 45 - Siaga Tingkat Satu
46 BAB 46 - Wanitaku
47 BAB 47 - Dosa.
48 BAB 48 - Ancaman Kematian
49 BAB 49 - My Lovely Angel
50 BAB 50 - Bisa Marah Juga
51 BAB 51 - Tragedi Menguntungkan.
52 BAB 52 - Analogi By Amara
53 BAB 53 - Baik Tak Selalunya Baik.
54 BAB 54 - Sama-Sama.
55 BAB 55 - Bukan Penyakit
56 BAB 56 - Masa Lalu
57 BAB 57 - Terlambat.
58 BAB 58 - Kesepakatan Pernikahan.
59 BAB 59 - Jodoh Cerminan Diri
60 BAB 60 - Bukan Bumil Biasa
61 BAB 61 - Musuh Dalam Selimut.
62 BAB 62 - Tidak Mau Kalah.
63 BAB 63 - The King Of Drama.
64 BAB 64 - Berbanding Terbalik
65 Promo Novel Momy Ida - Cinta Pertama Membawa Luka
66 BAB 65 - Belenggu Cinta
67 BAB 66 - Periksa Pertama
68 BAB 67 - Ilustrasi Masa Depan
69 BAB 68 - Salah Takutnya.
70 BAB 69 - Secebis Keraguan
71 BAB 70 - Tak Lagi Sama
72 BAB 71 - Jaga Dia
73 BAB 72 - Panik Setengah Waras
74 BAB 73 - Tidak Bisa Berpikir.
75 BAB 74 - Seperti Membalikkan Telapak Tangan.
76 BAB 75 - Kena Batunya (Mikhail)
77 BAB 76 - Berbagi Peran
78 BAB 77 - Kurang Asupan
79 BAB 78 - Bulan Dikekang Malam.
80 BAB 79 - Simbiosis Mutualisme
81 BAB 80 - Perintah Papa
82 BAB 81 - Kenapa Harus Papa?
83 BAB 82 - Perang Ibu Hamil
84 BAB 83 - Bukan Salah Amara.
85 BAB 84 - Bukan Harapan Begitu
86 BAB 85 - Kebenaran.
87 BAB 86 - Dipeluk Duka
88 BAB 87 - Jalan Terbaik
89 BAB 88 - Hak Dia
90 Promo karya Baru -TAWANAN CINTA PRIA DEWASA (MIKHAYLA) - Desy Puspita
91 BAB 89 - Terduga
92 BAB 90 - Dia Putriku.
93 BAB 91 - Buruk di antara yang buruk.
94 BAB 92 - Mengalah
95 BAB 93 - Seperti Biasa.
96 BAB 94 - Ganeta Sesungguhnya.
97 BAB 95 - Ipar Yang Akan Dirindukan.
98 BAB 96 - Malu Sampai Tua
99 BAB 97 - Bertemu
100 BAB 98 - Keraguan Kendrick.
101 BAB 99 - Pengganti Sesungguhnya
102 BAB 100 - Yang Penting Usaha (Syakil)
103 BAB 101 - Keluarga Sempurna
104 Bonus Chapter - Become The Best Daddy
Episodes

Updated 104 Episodes

1
BAB 1 - Awal Pertemuan
2
BAB 2 - Pria Asing
3
BAB 3 - Memastikan
4
BAB 4 - Sendiri
5
BAB 5 - Bukan Sekadar Kaya.
6
BAB 6 - Ketar-Ketir
7
BAB 7 - Ancaman Syakil
8
BAB 8 - Ngapel Tak Terduga.
9
BAB 9 - Restu Mama
10
BAB 10 - Lamaran Sepihak
11
BAB 11 - Calon Kakak Ipar Meresahkan (Lord Mikhail)
12
BAB 12 - Tanggung Jawab
13
BAB 13 - Monster
14
BAB 14 - Simulasi Jadi Istri Orang Kaya
15
BAB 15 - Awal/Akhir
16
BAB 16 - Empat Puluh Menit.
17
BAB 17 - Diskusi Masa Depan
18
BAB 18 - Ketakutan Amara.
19
BAB 19 - Keraguan Amara
20
BAB 20 - Luluh
21
BAB 21 - Pendekatan
22
BAB 22 - Perusak Suasana
23
BAB 23 - Dunia Begitu Sempit
24
BAB 24 - Tertembak
25
BAB 25 - Berdua (Salah Waktu)
26
BAB 26 - Gladi
27
BAB 27 - Pra
28
BAB 28 - Memulai (Sendiri)
29
BAB 29 - Permintaan Pertama (Amara)
30
BAB 30 - Harus Bagaimana?
31
BAB 31 - Pembohong
32
BAB 32 - Candy
33
BAB 33 - Pesan Terakhir.
34
BAB 34 - Kehidupan Sesungguhnya
35
BAB 35 - Kenapa Suamiku Berbeda?
36
BAB 36 - Tanggung Jawab
37
BAB 37 - Bakat Terpendam Syakil.
38
BAB 38 - Wanita Yang Sama?
39
BAB 39 - Hanya Milikku
40
BAB 40 - Bukan Solusi
41
BAB 41 - Belum Bisa Terima
42
BAB 42 - Kabar Baik
43
BAB 43 - Ilmu Sesat
44
BAB 44 - Love Doesn't Hurt
45
BAB 45 - Siaga Tingkat Satu
46
BAB 46 - Wanitaku
47
BAB 47 - Dosa.
48
BAB 48 - Ancaman Kematian
49
BAB 49 - My Lovely Angel
50
BAB 50 - Bisa Marah Juga
51
BAB 51 - Tragedi Menguntungkan.
52
BAB 52 - Analogi By Amara
53
BAB 53 - Baik Tak Selalunya Baik.
54
BAB 54 - Sama-Sama.
55
BAB 55 - Bukan Penyakit
56
BAB 56 - Masa Lalu
57
BAB 57 - Terlambat.
58
BAB 58 - Kesepakatan Pernikahan.
59
BAB 59 - Jodoh Cerminan Diri
60
BAB 60 - Bukan Bumil Biasa
61
BAB 61 - Musuh Dalam Selimut.
62
BAB 62 - Tidak Mau Kalah.
63
BAB 63 - The King Of Drama.
64
BAB 64 - Berbanding Terbalik
65
Promo Novel Momy Ida - Cinta Pertama Membawa Luka
66
BAB 65 - Belenggu Cinta
67
BAB 66 - Periksa Pertama
68
BAB 67 - Ilustrasi Masa Depan
69
BAB 68 - Salah Takutnya.
70
BAB 69 - Secebis Keraguan
71
BAB 70 - Tak Lagi Sama
72
BAB 71 - Jaga Dia
73
BAB 72 - Panik Setengah Waras
74
BAB 73 - Tidak Bisa Berpikir.
75
BAB 74 - Seperti Membalikkan Telapak Tangan.
76
BAB 75 - Kena Batunya (Mikhail)
77
BAB 76 - Berbagi Peran
78
BAB 77 - Kurang Asupan
79
BAB 78 - Bulan Dikekang Malam.
80
BAB 79 - Simbiosis Mutualisme
81
BAB 80 - Perintah Papa
82
BAB 81 - Kenapa Harus Papa?
83
BAB 82 - Perang Ibu Hamil
84
BAB 83 - Bukan Salah Amara.
85
BAB 84 - Bukan Harapan Begitu
86
BAB 85 - Kebenaran.
87
BAB 86 - Dipeluk Duka
88
BAB 87 - Jalan Terbaik
89
BAB 88 - Hak Dia
90
Promo karya Baru -TAWANAN CINTA PRIA DEWASA (MIKHAYLA) - Desy Puspita
91
BAB 89 - Terduga
92
BAB 90 - Dia Putriku.
93
BAB 91 - Buruk di antara yang buruk.
94
BAB 92 - Mengalah
95
BAB 93 - Seperti Biasa.
96
BAB 94 - Ganeta Sesungguhnya.
97
BAB 95 - Ipar Yang Akan Dirindukan.
98
BAB 96 - Malu Sampai Tua
99
BAB 97 - Bertemu
100
BAB 98 - Keraguan Kendrick.
101
BAB 99 - Pengganti Sesungguhnya
102
BAB 100 - Yang Penting Usaha (Syakil)
103
BAB 101 - Keluarga Sempurna
104
Bonus Chapter - Become The Best Daddy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!