"Dia kenapa lagi?"
Setelah membuat ulah dan menyebabkan Kanaya sakit kepala. Malam ini, Syakil kembali pergi tanpa Kanaya tahu apa tujuannya. Hendak bertanya pada Mikhail dia malas karena biasanya jawaban Mikhail akan mengada-ngada dan membuat Kanaya semakin khawatir saja, sudah tentu tidak jauh dari ancaman bahwa Syakil mulai terkontaminasi pergaulan Pedro dan juga Kevin.
"Sudahlah, Ma ... mungkin dia pulang kali ini untuk mengubah hidupnya, kita nggak tahu kan tujuannya apa."
Untuk Ibra yang sudah semakin tua, dia tidak lagi hendak membuat semuanya rumit. Mungkin saat Mikhail muda dia bisa ikut campur, akan tetapi untuk ikut campur juga masalah Syakil, dia memilih enggan.
"Mama cuma khawatir, Mas ... Syakil sekarang sering pulang malam, setelah itu pergi lagi, padahal disini juga nggak ada kerjaan."
Beberapa tahun lalu, jangankan keluar malam. Pulang setelah azan magrib saja adalah hal yang langka bagi Syakil. Pikiran Kanaya semakin macam-macam, apa mungkin selama di luar negeri anaknya bukan semata-mata bisnis, pikirnya.
"Ya anggap saja dia cari angin, lagipula sudah dewasa ... dia pasti mampu membatasi diri, kamu tenang saja, iman Syakil sedikit lebih tebal daripada MIkhail," tutur Ibra kemudian, sebegitu percayanya dia pada Syakil bahwa tidak akan macam-macam.
Iman tebal tidak menjamin, bisa saja Syakil lebih sinting dari Mikhail. Buktinya, kemarin dia mendaratkan seisi minimarket bahkan Kanaya harus mengetuk pintu tetangganya demi membagikan sembako dan yang lainnya karena khawatir berasnya kutuan.
"Semoga saja, kalau dia begini terus besok Mama usir saja ... biar pulang ke LA." Mungkin baru kali ini ada orangtua yang ingin cepat-cepat putranya kembali lantaran tidak kuat jika Syakil terus di sini.
"Oma."
"Sean aku tabrak ya!!"
Belum selesai pusingnya Kanaya tentang Syakil, kini kedua putra Mikhail yang memang menginap dengan alasan ingin berkumpul bersama Syakil juga membuat kepala Kanaya semakin sakit.
"Zean tidur!! Besok lanjut lagi mainnya," tutur Kanaya memijit pelipisnya, lagipula kenapa harus main motor-motoran jam segini, pikir Kanaya bingung sendiri.
"Ah Oma nggak seru ... kata Papa kalau belum ngantuk masih boleh main kok," ucap Zean mengerucutkan bibirnya, alasan mereka suka dibawa ke rumah kakeknya hanya ini, Mikhail membuat mereka bebas.
"Papa kalian mana?"
"Papa tidur, katanya kecapekan."
Halah, kecapekan apanya? Paling-paling cari keringat. Kanaya membatin sembari mengelus dadanya, memang sudah jadi kebiasaan Mikhail jika berada di rumahnya akan seenak jidat. Jam sembilan dia akan mengunci pintu kamar dan buah hatinya akan menjadi tanggung jawab Rani.
Terserah, Kanaya tidak begitu peduli dan saat ini dia memilih kembali ke kamar dan tidak ingin terlalu memusingkan kaum pria di rumahnya ini. Kehadiran kedua cucunya mungkin menjadi hiburan bagi Ibra, terbukti meski pingggangnya kadang sakit, Ibra masih kerap menggendong cucunya yang bukan bayi lagi itu.
-
.
.
Sementara di sisi lain, sesuai dengan ketakutan kanaya. Syakil memang keluar malam untuk urusan wanita. Meski bukan berbuat nakal, akan tetapi dia berada di apartment Amara. Bukan sebagai tamu, karena apartment ini dia yang membelinya.
Sepeninggal Amara mengganti pakiannya, pria itu memeriksa sekeliling apartement demi memastikan semuanya memang sesuai keinginan. Tidak hanya memastikan hal yang terlihat saja, akan tetapi Syakil juga memastikan hal penting lainnya.
"Sudah?"
"Hm, sudah."
Amara kaku sekali, Syakil yang tidak pulang-pulang justru membuatnya sedikit terkekang. Bahkan Amara berpikir apa mungkin pria itu penggangguran, akan tetapi jika memang pengangguran kenapa semudah itu mengeluarkan uang.
"Cantik," puji Syakil memang merasa wanita itu cantik dengan piyama putih polosnya.
Hanya memberikan senyum sebagai jawaban, ada begitu banyak pertanyaan dalam benak Amara saat ini. Jika hanya sekali mungkin dia bisa lewatkan, hanya saja pengorbanan Syakil sejauh ini membuatnya bingung sendiri.
"Boleh aku bertanya?"
"Boleh saja, apa memangnya?" tanya Syakil pelan seraya menatap lekat wanita itu.
"Semua yang kamu berikan, maksudnya apa?"
Wajar saja jika dia bertanya, dipertemukan pria seroyal ini. Bahkan mantan kekasihnya saja tidak pernah memberikan hadiah mahal, dan kini hanya pria yang baru saja dikenal kenapa bisa dengan mudah memberikan segalanya.
"Tidak ada maksud, kenapa pertanyaanmu begitu?"
Syakil bertanya kemudian menegak air dingin yang sejak tadi dia nikmati dengan sekali tenggak. Pertanyaan Amara membuatnya tidak suka, pria itu bahkan tidak lagi menatap Amara.
"Bingung saja, kita baru saja mengenal ... tapi, kamu memberikan banyak hal padahal aku tidak melakukan apapun untukmu," tutur Amara jujur sekali, dia mengatakan ini bukan tanpa alasan. Prinsip hidup give and take, artinya ketika menerima sesuatu maka harus memberikan sesuatu juga.
"Kau berpikir apa? Apa kau takut aku mencari keuntungan darimu?"
"Tidak sama sekali, lagipula aku sadar diri tidak ada yang berharga dariku ... mana bisa membayarmu."
Sesaat keduanya terdiam, Syakil mengalihkan pandangan begitupun dengan Amara. Keduanya mendadak jadi pendiam, tidak ada yang berani bicara, Amara bingung sendiri setelah ini harus apa.
"Tadi Kakakku bertanya, apa mungkin aku akan segera menikah ... aku sudah terlanjur jawab iya, aku harus bagaimana?"
Pertanyaan aneh, derita dia kenapa jawab iya. Lalu kenapa harus Amara yang bingung, wanita itu mengerutkan dahi, dari sekian banyak pertanyaan kenapa baru kali ini dia menemukan hal paling tidak masuk akal.
"Ya menikah, sudah ada calon istrinya kan?"
"Ada, dia sedang berdiri di hadapanku."
Amara bungkam sejenak, bahkan dia sampai menoleh demi memastikan apa mungkin ada orang lain lagi di belakangnya. Nyatanya, tidak ada sama sekali.
"Hahaha kau boddoh!!"
Mulutnya memang seenak hati, Syakil tergelak kemudian meletakkan gelasnya kembali ke meja. Pria itu mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya, Amara yang bingung jelas saja mengerutkan dahi dan bertanya-tanya maksud Syakil apa.
"Aku melamarmu malam ini, Amara."
Dasar gila, lamaran macam apa ini? Amara menatapnya dengan sorot tajam yang membola. Jika pria lain nekat memintanya hanya jadi pacar, lain halnya dengan Syakil. Pria ini mengikatnya tiba-tiba dan membuang cincin pertama yang ada di jari manis Amara.
"Suka cincinnya?
Hoel ... pertanyaan yang seharusnya adalah apakah Amara terima atau tidak. Bukannya justru bertanya suka cincinnya atau tidak. Mimpi apa Amara ada pria kaya yang tiba-tiba melamarnya, setelah disia-siakan mantan kekasihnya lantaran Amara menolaknya berhubungan badan, kini ada pria yang tidak dia ketahui asalnya dari mana melamarnya tiba-tiba.
"Tunggu, apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba begin_"
"Shuut, jangan menolak, Amara ... sebelum perutmu membesar, ada baiknya kita menikah lebih cepat. Kalau sampai Mama tahu aku menghamili anak gadis orang, bisa-bisa aku dicoret dari KK."
Perut apanya? Siapa yang hamil? Amara ketar-ketir sementara cincin itu sudah tersemat di jemarinya. Syakil menariknya dalam pelukan, kecupan Syakil di keningnya bahkan tak lagi dia rasa. Yang ada hanya bingung yang melamarnya ini waras atau gila.
"Syakil lepaskan, jangan ngaco!!"
"Maaf, Amara ... sama sekali aku tidak bermaksud, tapi malam itu aku tidak bisa menahan diri, terima ini sebagai bukti tanggung jawabku."
Tanggung jawab apanya, mengecup bibirnya saja Syakil belum pernah. Hanya saja, dia tidak punya cara lain yang lebih cepat selain ini. Jika benar-benar dia hamili, maka artinya dia tidak berbeda dari Mikhail, sementara Syakil sudah bersumpah tidak akan ada lagi Zia yang selanjutnya setelah sang kakak merampas kehormatan sahabatnya dengan cara paksa.
Ingin menangis, tapi dia tidak merasa sebagai korban pemerkkosaan. Akan tetapi, Syakil yang begini membuat keyakinannya tiba-tiba patah.
"Besok kita temui Mama, aku akan jelaskan semuanya."
Matilah dia, Amara khawatir kejadian di masa lalu terulang lagi. Apalagi saat ini statusnya masih sama, hanya karyawan minimarket biasa yang pergi pagi pulang saat hari sudah gelap, jika dia dihina lagi bagaimana, pikirnya.
Bagaimana netizen, cara Syakil melamar sweet sekali bukan😎
Tbc
Guys, buat Erlangga aku terpaksa harus hapus dulu. Mungkin bulan depan aku up lagi sekaligus tabung babnya, aku harus fokus di satu karya biar mateng idenya dan ga tumpul. On-going dua dan aku udah ketuker Amara sama Aruna.
Dah Bye, biar fokus di Syakil dulu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Halimah As Sa'diyah
ah jadi pengen masuk kedunia halu
2025-01-14
0
Erna Wati
syakil syakil bener bener gila cara melamarnya
2024-08-05
2
Lili
Syakil... Syakil... seenak jidatnya aja 😂😂😂
2024-06-18
0