BAB 16 - Empat Puluh Menit.

Malam pertama sekamar, tidak tepatnya malam kedua. Akan tetapi dalam ikatan halal ya ini pertama kali bagi Amara. Setelah akad selesai mereka menginap di hotel dan tidak pulang ke rumah, Zia dan Kanaya yang begitu pengertian sudah menyiapkan kamar sejak awal untuk mereka berdua menghabiskan malam bersama.

Ya, anugerah yang Amara terima sangat luar biasa. Kakak ipar baik yang baik dan juga mertua sama baiknya, soal Mikhail anggap saja itu sebagai bentuk sialnya karena memang tidak ada rumah tangga yang sempurna. Amara masih duduk manis menghapus make-upnya, sedikit tebal bagi Amara.

"Jangan dipaksa begitu, pakai cleansing balm, Amara ... sini aku bantu."

Perhatian sekali, pria itu baru saja kembali setelah sebelumnya pamit lantaran Mikhail ingin membicarakan sesuatu. Sedikit mengganggu dan memang kakak iparnya itu luar biasa menyebalkan bagi Amara.

"Kamu kok paham beginian?"

Aneh, di mata Amara pria ini semakin aneh saja. Hal semacam ini dia paham, padahal Syakil sama sekali tidak terlihat pria gemulai yang paham dunia beginian.

"Mama sama kak Zia biasanya pakai ini," tuturnya kemudian, Syakil meraih pembersih yang sudah Zia siapkan di pouch merah muda miliknya. Hanya ingin memastikan adik iparnya tidak kesulitan, karena Zia paham sulitnya membersihkan make-up semacam itu.

"Tutup matanya," titah Syakil lembut, pria itu mulai mengeluarkan bakat terpendamnya.

Dengan begitu lembut Syakil menggosok pelan kelopak mata Amara, sangat amat telaten dan bahkan Amara tidak sadar kala Syakil menarik bulu mata palsunya.

"Jangan dibuka sebelum aku perintahkan buka."

Amara hanya mengangguk, setelah mendengar ucapan Syakil nampaknya bukan hanya mata yang tertutup, melainkan mulutnya juga.

Selesai dengan mata, Syakil berpindah membersihkan keseluruhan wajah, hingga tiba di bibir jemarinya mulai jahil mengusapnya berkali-kali dengan jempol namun melibatkan perasaan.

"Sudah, buka matamu."

Woah, seketika wajah Amara terasa begitu lega. Mungkin jika pori-porinya bisa bicara, sejuta ucapan terima kasih akan sampai di telinga Syakil. Jemari ajaib Syakil memang multitalenta sepertinya, padahal jemari suaminya tidak sama sekali terlihat lentik seperti perempuan.

"Cantik sekali, padahal aku maunya kamu begini di hari pernikahan kita ... Mama ngeyel."

Dipuji dengan jarak yang bahkan tak sampai sejengkal dada Amara bergelora seolah perang antar suku, pria itu sebelumnya hanya bertugas membersihkan wajah Amara, entah kenapa jadi berubah sedekat itu.

Kalau sudah dipuji seharusnya bagaimana? Ucap terima kasih atau bagaimana, pikir Amara bingung sendiri. Wanita itu pura-pura menyibukkan diri dengan mengumpulkan bekas kapas pembersih dan lainnya, intinya cari kesibukan demi memendam kegugupannya.

Tidak Syakil larang, tidak juga Syakil tahan. Hanya saja pria itu tak melepaskan pandangan dari wanitanya. Pakaiannya yang sedikit terbuka di bagian leher hingga dada itu membuat naluri Syakil sebagai pria dewasa jelas saja hidup tiba-tiba.

"Tanda lahir?"

Amara menunduk, jemari Syakil sudah menyentuh sesuatu di dadanya. Dia tidak sadar jika pakaiannya sedikit turun dari yang seharusnya, sungguh dia malu sekali.

"Bukan, bekas luka."

"Kok bisa di dada gitu, Sayang?"

Merinding, Amara bergetar mendengar panggilan yang lagi-lagi lolos dari bibir Syakil. Dia bingung, kenapa pria ini sebegitu sayangnya, tidak hanya dari tindakan namun tutur kata memperlihatkan jelas jika Syakil menyayanginya.

"Iya ... kata Papa kecelakaan pas masih kecil, aku juga nggak ingat."

Syakil terdiam sejenak, belum dia lepaskan bahkan sengaja menahan tubuh Amara agar tidak menjauh darinya. Wanita itu terdiam, ingin menepis namun Syakil sangat berhak menyentuh kulitnya.

"U-udah ya, aku mau mandi dulu ... boleh kan?"

Amara gugup, tatapan Syakil makin lama seolah ingin menyantapnya bulat-bulat.

"Ah? Aku juga belum mandi ... kata kak Mikhail, salah-satu hal yang harus dilakukan kalau sudah menikah adalah mandi sama istri."

Menyesal Amara bicara, begitu semangat Syakil mendengar kalimat mandi dari bibir sang istri. Setelah tadi sore dia terganggu mendengar berbagai macam ucapan Mikhail tentang fantasi malam pertama, kini nalurinya justru yang bicara.

"Tapi aku lama, harus keramas dua kali soalnya kulit kepalaku gatal," tutur Amara berharap malam ini dia bisa selamat, matanya belum bisa menerima pemandangan Syakil tanpa busana.

"Alasan, kamu malu kan?"

Tertebak, Syakil tidak sebodoh itu dan bahasa tubuh Amara dapat dia baca dengan mudah. Ya, istrinya malu dan dirinya jelas sekali melihat itu.

"Bu-bukan begitu, Syakil ... tapi memang aku mandinya lama."

"Tidak masalah, aku juga harus keramas dua kali, rambutnya juga ada banyak. Di sini, di sini, dan ...." Syakil sengaja menggantung kalimatnya, setelah sebelumnya menunjuk kepala dan ketiak, pria itu tersenyum tengil dan membuat Amara bersemu merah bak kepiting rebus.

"Ah masa mau di spill sekarang, nggak kejutan dong," lanjutnya kemudian mencuri kecupan di bibir Amara begitu singkatnya.

Dih? Kejutan apanya? Amara bahkan merinding mendengar ucapan sang suami. Geli, merinding dan lainnya menjadi satu. Baru juga berapa jam menjadi pasangan suami istri, tapi sikap Syakil yang tidak dia duga mulai keluar malam ini.

"Ck, kenapa jadi melamun. Ayo mandi, nanti keburu larut malam kita masuk angin kan nggak lucu." Pria itu berdiri dan membopong tubuh istrinya tanpa aba-aba, wanitanya yang masih termenung itu jelas saja kaget luar biasa.

-

.

.

.

Empat puluh menit, cukup lama waktu yang mereka habiskan untuk membersihkan diri. Entah itu luluran lebih dulu atau memang keramas dua kali, yang jelas saat keluar dari kamar mandi wajah Amara pucat pasi.

Dia gemetar bahkan lulutnya terasa lemas lantaran terkejut dengan apa yang dia lihat selama empat puluh menit di dalam sana, meski sudah dia coba memalingkan muka tetap saja yang namany Mandi bersama akan terlihat juga.

"Sayang, tolong keringkan rambutku, bisa?"

Syakil biasa saja, pria itu mendekat tanpa sedikitpun terlihat malu. Oh Tuhan, mereka pengantin baru tapi kenapa yang bersemu dan kaku itu hanya Amara sendiri. Menatap Syakil yang kini berdiri di hadapannya dengan handuk terlilit di pinggul membuat Amara justru tidak fokus dan kembali mengingat sesuatu yang bersembunyi di baliknya.

"Amara, kenapa melamun?"

Semakin terlihat seperti orang bodoh, Amara menyambar handuk kecil yang ada di tangan Syakil. Wanita itu menelan salivanya pahit kemudian mulai menggosok pelan rambut Syakil yang cukup tebal itu.

Sebenarnya posisi ini sedikit mencurigakan, Syakil sedikit menunduk di hadapannya sementara Amara duduk di tepian ranjang, dengan hanya menggunakan bathrobe yang dia ikat asal, sekali sikat sebenarnya bisa saja Syakil makan.

"Sayang sudah siap?"

"Hah?" Amara ciut kala mendengar pertanyaan Syakil, siap apanya, pikir wanita itu.

"Bajuku, dingin soalnya."

Astaga, Amara lupa jika sebelumnya Syakil memang minta disiapkan baju tidur untuknya. Amara pikir siap apa, dirinya sudah sepucat itu semenjak beberapa puluh menit lalu. Jelas saja mendengar pertanyaan itu dia merasa seakan mendapat ancaman.

"Sudah, sebentar aku ambilkan."

Syakil menarik sudut bibir melihat betapa cemasnya Amara. Belum apa-apa Amara sudah pucat pasi, bagaimana jika benar-benar dia hantam, pikir Syakil.

Padahal cuma lihat, dia sampai seperti kehilangan banyak darah ... kamu hebat, Juno!! Benar-benar membanggakan. Syakil membantin seraya merasa dirinya sebagai pria sempurna yang berhasil membuat wanitanya bertekuk lutut padahal belum melakukan apa-apa

Tbc

Terpopuler

Comments

Halimah As Sa'diyah

Halimah As Sa'diyah

ah Ibra junior ini jailnya gak ketulungan

2025-01-14

0

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

syakil syakil kocak euy

2024-06-20

1

Halimah

Halimah

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal Pertemuan
2 BAB 2 - Pria Asing
3 BAB 3 - Memastikan
4 BAB 4 - Sendiri
5 BAB 5 - Bukan Sekadar Kaya.
6 BAB 6 - Ketar-Ketir
7 BAB 7 - Ancaman Syakil
8 BAB 8 - Ngapel Tak Terduga.
9 BAB 9 - Restu Mama
10 BAB 10 - Lamaran Sepihak
11 BAB 11 - Calon Kakak Ipar Meresahkan (Lord Mikhail)
12 BAB 12 - Tanggung Jawab
13 BAB 13 - Monster
14 BAB 14 - Simulasi Jadi Istri Orang Kaya
15 BAB 15 - Awal/Akhir
16 BAB 16 - Empat Puluh Menit.
17 BAB 17 - Diskusi Masa Depan
18 BAB 18 - Ketakutan Amara.
19 BAB 19 - Keraguan Amara
20 BAB 20 - Luluh
21 BAB 21 - Pendekatan
22 BAB 22 - Perusak Suasana
23 BAB 23 - Dunia Begitu Sempit
24 BAB 24 - Tertembak
25 BAB 25 - Berdua (Salah Waktu)
26 BAB 26 - Gladi
27 BAB 27 - Pra
28 BAB 28 - Memulai (Sendiri)
29 BAB 29 - Permintaan Pertama (Amara)
30 BAB 30 - Harus Bagaimana?
31 BAB 31 - Pembohong
32 BAB 32 - Candy
33 BAB 33 - Pesan Terakhir.
34 BAB 34 - Kehidupan Sesungguhnya
35 BAB 35 - Kenapa Suamiku Berbeda?
36 BAB 36 - Tanggung Jawab
37 BAB 37 - Bakat Terpendam Syakil.
38 BAB 38 - Wanita Yang Sama?
39 BAB 39 - Hanya Milikku
40 BAB 40 - Bukan Solusi
41 BAB 41 - Belum Bisa Terima
42 BAB 42 - Kabar Baik
43 BAB 43 - Ilmu Sesat
44 BAB 44 - Love Doesn't Hurt
45 BAB 45 - Siaga Tingkat Satu
46 BAB 46 - Wanitaku
47 BAB 47 - Dosa.
48 BAB 48 - Ancaman Kematian
49 BAB 49 - My Lovely Angel
50 BAB 50 - Bisa Marah Juga
51 BAB 51 - Tragedi Menguntungkan.
52 BAB 52 - Analogi By Amara
53 BAB 53 - Baik Tak Selalunya Baik.
54 BAB 54 - Sama-Sama.
55 BAB 55 - Bukan Penyakit
56 BAB 56 - Masa Lalu
57 BAB 57 - Terlambat.
58 BAB 58 - Kesepakatan Pernikahan.
59 BAB 59 - Jodoh Cerminan Diri
60 BAB 60 - Bukan Bumil Biasa
61 BAB 61 - Musuh Dalam Selimut.
62 BAB 62 - Tidak Mau Kalah.
63 BAB 63 - The King Of Drama.
64 BAB 64 - Berbanding Terbalik
65 Promo Novel Momy Ida - Cinta Pertama Membawa Luka
66 BAB 65 - Belenggu Cinta
67 BAB 66 - Periksa Pertama
68 BAB 67 - Ilustrasi Masa Depan
69 BAB 68 - Salah Takutnya.
70 BAB 69 - Secebis Keraguan
71 BAB 70 - Tak Lagi Sama
72 BAB 71 - Jaga Dia
73 BAB 72 - Panik Setengah Waras
74 BAB 73 - Tidak Bisa Berpikir.
75 BAB 74 - Seperti Membalikkan Telapak Tangan.
76 BAB 75 - Kena Batunya (Mikhail)
77 BAB 76 - Berbagi Peran
78 BAB 77 - Kurang Asupan
79 BAB 78 - Bulan Dikekang Malam.
80 BAB 79 - Simbiosis Mutualisme
81 BAB 80 - Perintah Papa
82 BAB 81 - Kenapa Harus Papa?
83 BAB 82 - Perang Ibu Hamil
84 BAB 83 - Bukan Salah Amara.
85 BAB 84 - Bukan Harapan Begitu
86 BAB 85 - Kebenaran.
87 BAB 86 - Dipeluk Duka
88 BAB 87 - Jalan Terbaik
89 BAB 88 - Hak Dia
90 Promo karya Baru -TAWANAN CINTA PRIA DEWASA (MIKHAYLA) - Desy Puspita
91 BAB 89 - Terduga
92 BAB 90 - Dia Putriku.
93 BAB 91 - Buruk di antara yang buruk.
94 BAB 92 - Mengalah
95 BAB 93 - Seperti Biasa.
96 BAB 94 - Ganeta Sesungguhnya.
97 BAB 95 - Ipar Yang Akan Dirindukan.
98 BAB 96 - Malu Sampai Tua
99 BAB 97 - Bertemu
100 BAB 98 - Keraguan Kendrick.
101 BAB 99 - Pengganti Sesungguhnya
102 BAB 100 - Yang Penting Usaha (Syakil)
103 BAB 101 - Keluarga Sempurna
104 Bonus Chapter - Become The Best Daddy
Episodes

Updated 104 Episodes

1
BAB 1 - Awal Pertemuan
2
BAB 2 - Pria Asing
3
BAB 3 - Memastikan
4
BAB 4 - Sendiri
5
BAB 5 - Bukan Sekadar Kaya.
6
BAB 6 - Ketar-Ketir
7
BAB 7 - Ancaman Syakil
8
BAB 8 - Ngapel Tak Terduga.
9
BAB 9 - Restu Mama
10
BAB 10 - Lamaran Sepihak
11
BAB 11 - Calon Kakak Ipar Meresahkan (Lord Mikhail)
12
BAB 12 - Tanggung Jawab
13
BAB 13 - Monster
14
BAB 14 - Simulasi Jadi Istri Orang Kaya
15
BAB 15 - Awal/Akhir
16
BAB 16 - Empat Puluh Menit.
17
BAB 17 - Diskusi Masa Depan
18
BAB 18 - Ketakutan Amara.
19
BAB 19 - Keraguan Amara
20
BAB 20 - Luluh
21
BAB 21 - Pendekatan
22
BAB 22 - Perusak Suasana
23
BAB 23 - Dunia Begitu Sempit
24
BAB 24 - Tertembak
25
BAB 25 - Berdua (Salah Waktu)
26
BAB 26 - Gladi
27
BAB 27 - Pra
28
BAB 28 - Memulai (Sendiri)
29
BAB 29 - Permintaan Pertama (Amara)
30
BAB 30 - Harus Bagaimana?
31
BAB 31 - Pembohong
32
BAB 32 - Candy
33
BAB 33 - Pesan Terakhir.
34
BAB 34 - Kehidupan Sesungguhnya
35
BAB 35 - Kenapa Suamiku Berbeda?
36
BAB 36 - Tanggung Jawab
37
BAB 37 - Bakat Terpendam Syakil.
38
BAB 38 - Wanita Yang Sama?
39
BAB 39 - Hanya Milikku
40
BAB 40 - Bukan Solusi
41
BAB 41 - Belum Bisa Terima
42
BAB 42 - Kabar Baik
43
BAB 43 - Ilmu Sesat
44
BAB 44 - Love Doesn't Hurt
45
BAB 45 - Siaga Tingkat Satu
46
BAB 46 - Wanitaku
47
BAB 47 - Dosa.
48
BAB 48 - Ancaman Kematian
49
BAB 49 - My Lovely Angel
50
BAB 50 - Bisa Marah Juga
51
BAB 51 - Tragedi Menguntungkan.
52
BAB 52 - Analogi By Amara
53
BAB 53 - Baik Tak Selalunya Baik.
54
BAB 54 - Sama-Sama.
55
BAB 55 - Bukan Penyakit
56
BAB 56 - Masa Lalu
57
BAB 57 - Terlambat.
58
BAB 58 - Kesepakatan Pernikahan.
59
BAB 59 - Jodoh Cerminan Diri
60
BAB 60 - Bukan Bumil Biasa
61
BAB 61 - Musuh Dalam Selimut.
62
BAB 62 - Tidak Mau Kalah.
63
BAB 63 - The King Of Drama.
64
BAB 64 - Berbanding Terbalik
65
Promo Novel Momy Ida - Cinta Pertama Membawa Luka
66
BAB 65 - Belenggu Cinta
67
BAB 66 - Periksa Pertama
68
BAB 67 - Ilustrasi Masa Depan
69
BAB 68 - Salah Takutnya.
70
BAB 69 - Secebis Keraguan
71
BAB 70 - Tak Lagi Sama
72
BAB 71 - Jaga Dia
73
BAB 72 - Panik Setengah Waras
74
BAB 73 - Tidak Bisa Berpikir.
75
BAB 74 - Seperti Membalikkan Telapak Tangan.
76
BAB 75 - Kena Batunya (Mikhail)
77
BAB 76 - Berbagi Peran
78
BAB 77 - Kurang Asupan
79
BAB 78 - Bulan Dikekang Malam.
80
BAB 79 - Simbiosis Mutualisme
81
BAB 80 - Perintah Papa
82
BAB 81 - Kenapa Harus Papa?
83
BAB 82 - Perang Ibu Hamil
84
BAB 83 - Bukan Salah Amara.
85
BAB 84 - Bukan Harapan Begitu
86
BAB 85 - Kebenaran.
87
BAB 86 - Dipeluk Duka
88
BAB 87 - Jalan Terbaik
89
BAB 88 - Hak Dia
90
Promo karya Baru -TAWANAN CINTA PRIA DEWASA (MIKHAYLA) - Desy Puspita
91
BAB 89 - Terduga
92
BAB 90 - Dia Putriku.
93
BAB 91 - Buruk di antara yang buruk.
94
BAB 92 - Mengalah
95
BAB 93 - Seperti Biasa.
96
BAB 94 - Ganeta Sesungguhnya.
97
BAB 95 - Ipar Yang Akan Dirindukan.
98
BAB 96 - Malu Sampai Tua
99
BAB 97 - Bertemu
100
BAB 98 - Keraguan Kendrick.
101
BAB 99 - Pengganti Sesungguhnya
102
BAB 100 - Yang Penting Usaha (Syakil)
103
BAB 101 - Keluarga Sempurna
104
Bonus Chapter - Become The Best Daddy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!