Syakil mendapatkan restu? Sebenarnya tidak juga, terutama dari Ibra. Hanya saja sebagai orangtua Ibra tak ingin mengekang putranya, meski kemarahan di masa lalunya masih membekas, tapi yang menjalani adalah Syakil sendiri.
Sementara Kanaya, jelas saja merasa ini jalan terbaik daripada putranya memutuskan untuk tidak lagi menikah seperti yang dahulu sempat Syakil katakan. Siapa Amara, hanya mirip atau memang memiliki hubungan dengan Ganeta sama sekali tidak Kanaya perdulikan.
Beberapa hari setelah dia membawa Amara ke hadapan orang tuanya, Syakil juga meminang Amara baik-baik pada Eva. Ya, meskipun memang tidak semulus itu untuk Syakil, karena syarat yang Eva ajukan untuk bisa menikahi adiknya cukup fantastis.
Menikahi adiknya, akan tetapi yang juga harus dibiayai adalah dia. Eva menerima lamaran Syakil, membebaskan mau dibawa kemana dan keinginan Syakil untuk membawa Amara tinggal di luar negeri juga dia persilahkan. Akan tetapi, selama Syakil masih menjadi suami Amara, maka selama itu pula Syakil harus menjamin seluruh kebutuhan hidup Eva,
Mudah saja bagi Syakil, tapi Berat dan memalukan bagi Amara, dia bahkan sempat meminta Syakil untuk membatalkan rencana pernikahan konyol ini. Hanya saja, berurusan dengan Syakil tidak semudah itu. Mana mungkin dia lepaskan wanita itu, setelah rumitnya perjalan dia kembali menemukannya.
"Kamu sadar kalau yang kamu lakukan itu sama halnya dengan mengemis, Eva?"
Malam ini dia datang sendiri, karena jika Syakil ikut maka dia tidak diperbolehkan mempermasalahkan hal ini pada Eva. Amara mengepalkan tangannya, malam ini sengaja dia menghampiri apartement Eva demi membuat kakaknya itu sadar dan berhenti memanfaatkan Syakil.
"Jangan pelit untuk berbagi, Amara ... kamu lupa Papa dulu bilang apa? Kalau kamu bahagia, aku juga harus bahagia."
Eva menghembuskan kepulan asap dari mulutnya, sangat menyebalkan bahkan Amara merasa dadanya sesak. Wanita itu beranjak dari sofa dan kini jarak mereka kian dekat saja.
"Bahagia katamu? Bahagia yang mana kamu maksud?"
"Kamu dilamar pria kaya dan sudah pasti kehidupan kamu bakal terjamin setelah ini, sementara aku? Aku harus bertahan dengan keadaan begini? Nggak adil, Amara," tukasnya kemudian kembali menyesap satu batang rokok yang sejak tadi masih dia menikmati.
"Tapi bukan berarti kamu membebani Syakil dan menganggap kamu juga tanggung jawabnya, calon istrinya aku ... tapi yang bahkan sudah meminta ini dan itu adalah kamu, malu nggak?!"
Jika memang Eva adalah manusia, seharusnya dia malu. Amara saja tidak memiliki keberanian untuk meminta ini dan itu. Sementara Eva, beberapa hari lalu bahkan dia meminta unit apartement baru dengan alasan apartement lama sudah tidak nyaman lagi.
"Ck, Syakil saja nggak keberatan ... udahlah jangan berlebihan, dia kaya kan?"
Salah satu alasan Eva mengizinkan Amara dinikahi pria itu jelas saja karena kaya. Sejak kedatangan Syakil di pertama kali, dia sangat yakin bahwa Syakil bukan pria biasa. Bahkan aroma parfumnya saja terkesan mahal, sayang sekali Amara yang lugu dan sama sekali tak pandai menggoda itu yang bertemu dengannya lebih dulu.
"Jangan seenaknya, apa kata keluarganya kalau hal ini sampai ke telinga mereka."
Trauma Amara tentang sikap Mikhail belum hilang sepenuhnya. Kini, dengan sikap Eva yang benar-benar seolah menguras harta Syakil jelas saja membuatnya ketar-ketir.
"Bodo amat, sudah sana pulang ... sebentar lagi Rega datang, kalau mau tetap di sini terserah."
Amara menghela napas perlahan, hubungan Eva bersama mantan kekasihnya ini masih awet sejak enam bulan lalu sepertinya. Tidak ada lagi rasa sakit, yang ada hanya jijik bersemayam dalam diri Amara.
Tanpa pikir panjang, dia berlalu pergi sebelum Rega tiba di apartement kakaknya. Sangat-sangat tidak sudi jika harus bertemu pria itu malam ini, pikir Amara.
-
.
.
.
Realita tak sesuai ekspetasi, Amara sudah berusaha menghindari agar tidak bertemu pria itu. Namun yang terjadi berbeda, kini keduanya dipertemukan dan Amara mendengkus kesal kala pria itu menatapnya dengan senyum tipis tanpa makna.
"Woah, kenapa kita bisa bertemu di sini ... isyarat Tuhan supaya balikan atau bagaimana?"
Mendengar bualannya perut Amara mendadak sakit, mungkin karena wajah Rega persis toilet umum. Pria itu hendak mengusap puncak kepalanya, namun secepat mungkin Amara menepis tangan jahanam itu seraya mendengkus kesal.
"Galak banget, aku dengar-dengar kamu mau menikah dalam waktu dekat ... cepat juga cari penggantiku, kata Eva calon suamimu kaya ... apa kamu putus asa sampai rela menjadi simpanan Om-om, Amara?"
Bagi Rega, kata-kata untuk seseorang yang mau memberikan segalanya identik dengan om-om perut buncit yang kurang belaian. Dia memang tidak bertanya bagaimana sosok Syakil pada Eva, akan tetapi, dari cerita Eva yang mana dia sudah meminta apartement dan lainnya membuat Rega berspekulasi seburuk itu tentang calon suami Amara.
"Hahaha kasihan, umurnya bahkan lebih muda darimu, Rega. Lagipula aku nggak pernah putus asa, hanya karena kamu tinggalkan bukan berarti duniaku hancur, Tuhan hadirkan yang jauh lebih baik dan segalanya dari kamu."
Jika sedang di posisi ini, jujur saja Syakil yang tiba-tiba melamarnya sangat berguna untuk disombongkan. Rega dibuat bungkam dengan tegarnya Amara saat ini, dirinya yang lebih memilih Eva lantaran lebih seksi dan mampu membuatnya terbang melayang kini seakan tertampar kala Amara memperlihatkan foto Syakil padanya.
"Bercanda kan? Pasti asal comot foto orang, selebgram kah? Familiar wajahnya."
"Terserah mau percaya atau nggak, yang jelas lebih segala-galanya dari kamu."
Tidak pernah dia duga Amara akan berhasil mengutarakan hal ini. Setelah dahulu bahkan sempat harus minum obat tidur pasca Rega bermain api dan memilih Eva sebagai pelarian meski tahu pekerjaan wanita itu adalah hal yang paling tidak bisa Amara maafkan.
Kebetulan sekali, sesaat sebelum dia pergi ponsel Amara berdering dan kini nama Syakil tertera di layar ponselnya. Jelas saja dengan sengaja Amara mengeluarkan kata-kata manis yang berhasil membuat telinga Rega panas.
Pulang!! kamu dimana? Kenapa malam-malam keluar tanpa aku?
Jantung Amara tengah dibuat berdegub tak karuan dengan pertanyaan Syakil di seberang teleponnya. Dia memang sengaja tidak pamit karena sama sekali tidak berpikir jika Syakil akan datang ke apartementnya malam ini.
"Iya, sebentar lagi aku sampai ... jangan kemana-mana."
Cepat, Amara!! Di sini menakutkan, aku merinding!!!
"Mulai ... kenapa lagi?"
Oh shitt!! Diam!! Jangan mendekat setaan!!!
"Dia kenapa lagi sih!!" Amara bergumam seraya berdecak kesal mendengar umpatan-umpatan maut yang membuat telinga Amara ternoda.
Kamu dimana sebenarnya, kenapa lama sekali? Cepat, Amara aku tidak kuat lagi.
Dadanya terasa panas, belum juga menikah tapi Syakil sudah membuatnya sakit kepala. Pergi kemana-mana harus dengan izinnya, kalaupun izin tentu akan ditemani dan Amara sedikit risih dengan hal semacam itu.
"Iyaya sabar!!
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-05-25
1
mudahlia
lebai nya
2024-04-19
0
Juan Sastra
ha haa haa sejak kapan seorang sakyil takut hantu..
2024-04-04
0