Pulang bukannya tenang, setelah menghadapi berbagai macam pertanyaan dari orang-orang yang menunggunya di rumah. Syakil kini serba salah, jam sudah menunjukkan pukul 22 malam. Belum begitu larut bagi seorang Syakil, berulang kali menghela napas kasar seraya menatap langit dengan perasaan begitu gusar.
"Huft, kenapa perasaanku tidak nyaman?"
Semenjak meninggalkan Amara tadi siang, pikiran Syakil terus saja terusik dan tidak bisa tenang sama sekali. Sejak tadi dia keluar masuk kamar namun bingung harus melangkah atau tidak.
Sudah menjadi hal biasa, jika putranya uring-uringan begini masalahnya tidak jauh dari wanita. Persis Mikhail kala memikirkan Zia sebelum mereka menikah. Kanaya tidak terlalu usil, terserah putranya saja. Meski ini sebuah pertanda baik, akan tetapi sama sekali Kanaya tidak mau memaksakan Syakil harus ini dan itu.
"Ck, aku tidak bisa begini terus."
Syakil tidak bisa terus terbelenggu perasaan was-was begini. Raganya mungkin di rumah, tapi batinnya masih menetap di apartement Amara. pikiran buruk kembali mengusiknya, terutama setelah melihat bagaimana Eva secara langsung.
Syakil ketar-ketir? Sangat, pria itu melangkah cepat dan berlalu keluar tanpa pamit pada Kanaya. Ya, mana mungkin juga dia mengganggu sang mama yang tengah terlelap.
Deru mobil memecah suasana malam, Syakil melaju dengan kecepatan sedang karena memang dia tidak punya cita-cita berakhir di jalan raya. Yang jadi tujuan Syakil kali ini hanya satu, Amara.
Tanpa menghubungi lebih dulu, tanpa memberikan aba-aba pria itu sudah berdiri di depan pintu apartement Amara. Sedikit gugup karena memang langkah Syakil seakan tidak ada istirahatnya.
"Ck, dia tidur atau bagaimana?"
Cukup lama Syakil menunggu, rasanya tidak mungkin jam segini sudah tidur. Karena biasanya semakin dewasa seseorang jam tidur semakin larut, jika memang Amara sudah terlelap jam segini, artinya wanita itu benar-benar wanita yang mengatur hidupnya sebaik mungkin.
Syakil takkan berhenti hingga nanti pintu ini terbuka dan dia bisa tenang dengan baik-baiknya seorang Amara. Sekhawatir itu memang, bayangan betapa nakalnya rayuan pria yang masuk ke tempat tinggal wanita ini adalah alasan utamanya.
"Kenapa lama sekali? Tidur?" tanya Syakil kala pintunya terbuka, bahkan tanpa menyapa dia bertanya ke intinya.
"Ada apa? Kenapa datang malam-malam begini?" Bukannya menjawab, Amara balik bertanya. Kedatangan pria tadi siang yang kini mengenakan piyama dengan motif kucing biru pemilik pintu ajaib itu jelas saja membuat Amara terkejut.
Sempat menduga bahwa yang bertamu adalah pria yang tengah mencari Eva, itulah sebab Amara memilih diam dan sengaja tidak membukanya. Bukan tanpa alasan dia sengaja begitu, saat ini Amara sendirian sementara Eva jelas saja terjun ke lapangan menjani pekerjaan haramnya itu.
"Aku khawatir, Kakakmu dimana?"
"Pergi, besok pagi mungkin pulang ... kenapa cari Kakakku? Tertarik?" tanya Amara serius, dia memang benar-benar bertanya dan hal itu sontak membuat kening Syakil berkerut.
"Boleh aku masuk?"
Belum dapat izin tapi dia sudah masuk sendiri, Amara menghela napas pelan. Setidaknya butuh waktu untuk saling mengenal, sementara pria ini benar-benar datang padanya seakan Amara adalah miliknya.
"Makan? Jam segini baru makan?"
Dugaan Syakil bahwa Amara adalah wanita yang benar-benar mengatur jadwalnya salah besar. Pria itu sempat terkejut kala melihat makanan masih berantakan di meja ruang tamu. Televisi menyala dan snack bertebaran di sana sini.
"Iya, kenapa memangnya?"
Amara kembali duduk setengah mengunci pintunya, terbiasa jika dirinya ada di dalam maka pintu akan dia kunci demi melindungi diri dari pria kurang ajar yang kerap salah mengira bahwa Eva adalah dirinya.
"Aneh saja, makan jam segini ... bukan lagi waktunya, cemilanmu juga, astaga."
Repot sekali, seumur hidup baru kali ini ada orang yang merasa risih dengan apa yang dia lakukan. Syakil menggeleng pelan kemudian membersihkan sofa yang bahkan sulit untuk di duduki itu.
"Karena aku hanya bisa bebas ketika kak Eva pergi, aku tidak suka makan di kamar, nanti berantakan banyak semut merah."
Jawaban yang masuk akal sekaligus membuat Syakil tersentuh. Pria itu terhenyak seketika kala menatap Amara yang kembali meneruskan makan malamnya.
Bahkan di tempat tinggalnya sendiri, Amara hanya bisa bebas kala malam mulai larut.. Miris sekali, Syakil membuang napas kasar sembari menatap Amara dengan ekor matanya.
"Kenapa tidak pindah? Lagipula kehidupan kalian berbeda," tutur Syakil kemudian, dalam benaknya benar-benar bertanya apa alasan yang pantas untuk membuat Amara bertahan di tempat bak neraka ini.
"Pindah?"
Syakil mengangguk, karena menurut Syakil menetap di tempat ini sama halnya dengan Amara bunuh diri. Hal tak terduga bisa saja terjadi, apalagi Amara juga wanita cantik yang sudah beranjak dewasa. Meski sempat mengatakan tubuh Amara ringan dan kurang nutrisi, nyatanya mata Syakil bahkan menyadari jika lekuk tubuh Amara memang lumayan.
"Kamu betah di sini? Kamu berhak merasakan kehidupan yang lebih baik, Amara ... mungkin selama ini kamu masih bertahan, besok-besok bagaimana? Kamu sudah dewasa, meski pakaianmu sengaja longgar-longgar begini mata laki-laki sama saja," ungkap Syakil seolah hendak menakuti Amara, sontak Amara menutupi bagian dadanya dengan kedua telapak tangan tiba-tiba.
"Ti-tidak semua, kecuali aku." Syakil membenarkan ucapannya, tidak sadar jika dirinya juga laki-laki. Niat hati menghasut agar Amara mau pindah, namun yang terjadi justru pandangan Amara padanya kian macam-macam saja.
"Hm, nanti aku pindah."
Amara membenarkan pakaian tidurnya yang memang sedikit terbuka di area lehernya. Sama sekali dia tidak menduga jika Syakil akan datang, sementara dia yang baru mandi beberapa saat lalu jelas saja mencari pakaian yang menurutnya nyaman saja.
Siallan, semakin messum saja aku di matanya
Tbc
- Jan lupa setoran, ni yang pada minta crazy up kasih kopi dlu coba ... othornya mulai gakuat begadang✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Halimah As Sa'diyah
wanita mana gak takut syakil,apalagi cuma berdua takut lah ada² aja syakil
2025-01-14
0
Zudiyah Zudiyah
😆😆😆😆 ya iyalah , orang kamu omongnya kayak gitu? ya jelas pikiran Amara kayak gitu 😁😁😁😁😁
2024-06-06
2
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-05-25
0