Syakil yang hendak menikah, tapi yang repot nampaknya bukan hanya satu orang. Setelah gagal menikah beberapa tahun lalu, menjelang hari pernikahan bukan hanya Syakil yang posesif, melainkan keluarga besarnya.
Belum apa-apa Mikhail sudah mengirimkan beberapa pengawal untuk membuntuti kemana Amara pergi. Setelah sempat membuat mental Amara terguncang dengan tes bahasa Spanyol dadakan itu, kini Amara kembali dibuat sebal lantaran perlakuan mereka sudah seperti menjaga keluarga jenderal besar.
"Aduh, Pak ... saya cuma mau beli minuman kenapa pada ngikut sih?"
"Maaf, Nona. Saya hanya melakukan perintah Tuan Mikhail."
Amara lagi-lagi mendengkus kesal, sepertinya tidak ada lagi kebebasan dalam dirinya semenjak mengenal Syakil. Dengan Syakil yang luar biasa cerewet itu sudah membuat Amara sakit kepala, kini Mikhail ikut-ikutan seolah khawatir sekali dia akan diculik, siapa juga yang berniat menculik diirnya, pikir Amara.
Benar-benar kemanapun langkah Amara dia akan ikuti, mengadu pada Syakil juga prcuma. Yang ada pria itu justru berpikir bahwa Amara ingin mengganti pengawalnya, bukan memberhenikan pria kekar itu.
Jika biasanya Amara akan berjalan kaki meski jaraknya lumayan jauh, kini semenjak dirinya menjadi calon istri dari Syakil langkahnya mungkin bisa dihitung. Jika terus-terusan begini, mungkin berat badan Amara akan naik secepatnya.
Bukan hanya soal dijaga dirinya saja, sepertinya bodyguard yang mikhail sewa merangkap sebagai ahli gizi juga. Amara bahkan dilarang sembarangan mengonsumsi minuman oleh pria berotot itu.
"Anda dilarang minum kopi terlalu banyak, Nona ... kafein idak begitu baik.'
"Terus bolehnya apa, Om?" tanya Amara menyerah dan memilih pasrah, melawan juga percuma karena kini dia akan berhadapan dengan Mikhail, bukan hanya Syakil.
"Air putih saja, lebih sehat dan baik untuk kesehatan Anda."
Persetan dengan air putih, jika hanya yang begini lebih baik dia tidak keluar sama sekali. Amara mengeraskan rahangnya, namun tetap mengikuti peraturan sang bodyguard demi membuat hidupnya aman.
Katakaanlah Amara penakut, bukan karena takut Syakil. Melainkan takut Mikhail, pria yang akan menjadi kakak iparnya itu benar-benar kemasukan jin sepertinya.
Entah apa sebabnya kenapa Mikhail sampai sebegitu menjaganya dan mengingatkan jangan pernah mengecewakan syakil. Sementara di sini, Amara bahkan tidak mengetahui cara membuat Syakil kecewa.
"Saya hanya mengingatkan, Nona."
Telinganya mulai sedikit kebal dengan panggilan nona tersebut. Meski awalnya dia benar-benar risih lantaran tidak suka diperlakukan bagai putri kerajaan begini, Amara menepis semua itu dan mencoba terbiasa karena kata Zia, menjadi menantu keluarga Megantara artinya harus siap merasakan perlakukan bak putri raja.
"Waktu Anda sudah habis, saatnya pulang ... Tuan muda akan datang dalam nanti sore, saya diminta memastikan Anda untuk tidur siang."
Ya Tuhan, tidur siangpun bahkan diatur. Amara bukan lagi wanita 22 tahun dengan sejuta kebebasan yang dia punya. Mengenal Syakil hidupnya seakan terpenjara, dengan alasan tidak boleh banyak gerak lantaran khawatir kandungannya masih rentan.
Amara hendak ke dokter ingin memastikan keadaannya, akan tetapi ketatnya penjagaan membuat wanita itu sama sekali tidak bisa berkutik. Hendak melakukan tes kehamilan mandiri namun penyebab sulitnya juga sama saja.
"Ya sudahlah, kalaupun nggak hamil mau apa? Lagian kapan lagi ada yang mau nikah sama gembel sepertiku."
Tak ingin ambil pusing, lagipula Syakil bisa dia jadikan sebagai batu loncatan untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih segala-galanya di mata sang mantan. Saat ini dia memang keberatan dengan keberadaan Mikhail sebagai Kakak ipar, akan tetapi hal semacam itu takkan lagi terasa jika nanti sudah resmi menikah.
Sepanjang perjalanan Amara sudah mengantuk luar biasa, biasa minum kopi agar ngantuknya tidak separah ini. Akan tetapi, larangan yang Syakil berikan membuatnya tidak memiliki kekuasaan apa-apa untuk bertahan.
Dia masih sempat membalas pesan Zia yang meminta persetujuan tentang persiapan pernikahannya. Dalam hal ini Amara hanya memiliki kesempatan menjawab iya karena memang Zia dan Kanaya tidak akan pernah salah.
Dirinya hanya boleh beristirahat, Syakil selalu akan datang dengan membawakan makan malam. Heran juga kenapa calon suaminya hanya punya waktu di malam hari, apa mungkin menjadi babu Mikhail, pikir Amara.
-
.
.
.
Sementara di kantor Mikhail, saat ini kedua pria serahim itu tengah berbincang serius tentang masa depannya. Masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh mereka sendiri dan tidak bisa diwakilkan sama sekali.
"Dasar boddoh, kalau tiba-tiba dia datang bulan bagaimana?"
"Ya jangan sampai lah!!" sentak Syakil panik sendiri, dia baru saja mengungkapkan alasan kenapa Amara semudah itu dia dapatkan.
"Kalau memang niatnya begitu kenapa tidak kamu hamili sekalian," tutur Mikhail berdecak heran, wajar saja Syakil meminta pernikahan sekilat itu padahal sang mama menginginkan sesuatu yang berbeda dengan pernikahannya dulu.
"Sempat berpikir begitu, tapi aku tidak ingin membuat Mama kecewa."
"Jadi itu alasanmu minta Amara di kawal sampai enam orang? Khawatir dia diam-diam ke dokter kandungan untuk memastikan bualan konyolmu itu?" tanya Mikhail tertawa sumbang, sepertinya Syakil memang akan selamanya begini.
"Hm, tertawalah jika memang lucu."
"Hahahahah siallan, dan lebih kurang ajarnya lagi kau menjual namaku agar calon istrimu itu takut? Ck, padahal aku sama sekali tidak mengusiknya."
Mikhail menghela napas pelan, Syakil yang tiba-tiba memintanya bersikap seolah keras pada Amara, padahal ide awalnya muncul dari dia sendiri. Adiknya ini benar-benar sumber fitnah, pikir Mikhail kesal.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Halimah As Sa'diyah
kan emang anak Ibra sumber bohong sumber fitnah,tapi sumber ganteng
2025-01-14
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
menjebak versi baik baik ye...
2024-06-19
0
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-05-26
0