Pernikahan, entah ini awal kebuah kebahagiaan, atau justru akhir kebebasan. Dengan balutan kebaya putih dan hiasan sederhana sesuai tema yang Syakil tentukan, kini wanita cantik yang sempat disia-siakan sang mantan itu tengah duduk si sisi Syakil sebagai pengantin wanitanya.
Secepat itu, dua minggu lalu Syakil melamarnya tanpa memberikan pertanyaan apakah Amara menerima atau tidak, siap ataupun tidak dan sejak awal pertemuan, pria itu sudah mendominasi hubungan.
Pertemuan keluarga sudah membuat nyali Amara ciut, kini di hari pernikahannya lebih gila lagi. Kaki Amara bahkan lemas, lebih sintingnya lagi bosnya bahkan duduk di antara tamu undangan. Jelas saja hal itu terjadi lantaran Ibra mengenalnya cukup baik, ternyata dunia memang benar-benar sempit.
"Ananda Syakil apakah sudah siap?"
"Siap!"
Syakil menjawab mantap, pria itu sama sekali tidak ada gugup-gugupnya. Pernikahan mereka cukup tertutup, memang tidak begitu ramai namun bukan juga pernikahan yang disembunyikan.
Selama proses pengikatan janji suci itu, Amara hanya terdiam. Dadanya kian berpacu sangat cepat, entah dia tegang sendiri atau memang pernikahan akan begini.
Syakil yang mengcapkan kalimat qabul, tapi justru Amara yang menahan napas. Khawatir sekali jika pria itu melakukan kesalahan yang kerap terjadi pada teman-temannya.
"Bagaimana saksi?"
"SAH!!"
Mikhail jadi salah satu saksi, dan percayalah suara pria itu paling mendominasi. Setelah ditunda bertahun-tahun, akhirnya tugasnya menjadi saksi kini benar-benar terlewati.
"Ra."
Pertama kali menatap mata Syakil dengan statusnya sudah resmi sebagai suami istri, Amara memerah kala pria itu mengecup keningnya beberapa saat, begitu dalam bahkan Mikhail sampai menarik pundak adiknya lantaran terlalu lama.
"Ck, mengganggu saja," omel Syakil tak terima lantaran tingkah Mikhail menjadi bahan tertawaan para tamu yang menyaksikannya.
"Teruskan nanti malam, kita masih harus berdoa, Syakil."
Terlalu banyak air mata haru berbalut tawa saat ini, Amara bingung juga kenapa banyak sekali yang menangis. Tidak hanya mata Syakil yang berkaca-kaca, tapi Kanaya dan Zia di belakangnya bahkan terisak, padahal ini adalah hari bahagia, bukankah seharusnya mereka bahagia? Sungguh, Amara tak habis pikir kini.
.
.
.
Syakil pernah berkata, dia introvert sehingga pernikahannya akan sedikit rahasia dan akan sederhana. Dalam pikiran Amara, mungkin pria itu hanya akan menikahinya di rumah bahkan mungkin menikah di kantor urusan agama. Akan tetapi, definisi sederhana bagi Syakil berbeda, di mata Amara tidak ada yang sederhana saat ini.
Sedikit rahasia, mungkin yang dia maksud tidak ada media yang meliput dan yang datang hanya orang-orang penting saja. Pernikahan di hotel bintang lima dengan konsep sesederhana apapun bagi Amara tetap saja tidak sederhana.
"Kamu kenapa, Ra? Capek? Pegel ya?"
"Hm, sedikit," tutur Amara menjawab pelan, dia juga bingung sebenarnya yang lelah itu batinnya atau fisiknya.
Bagaimana tidak, di hari pernikahannya Amara hanya memiliki Eva seorang. Meski wanita itu sedikit menyebalkan, akan tetapi hari ini dia butuhkan kehadirannya.
"Sabar ya, sebentar lagi selesai ... tahan dulu, istrinya Syakil." Syakil mengelus pundak hingga pinggang Amara, dia paham istrinya mungkin saja pegal lantaran duduk di singgasana keabadian itu sudah berjam-jam, padahal sudah Syakil katakan tidak perlu pakai pelaminan karena khawatir akan terjadi hal begini.
"Udah-udah, nggak capek lagi."
Amara menahan tangan Syakil yang mulai beralih bukan lagi di punggung melainkan sudah sedikit turun. Ya, meski memang sudah sah tapi kan malu juga dilihat keluarga besarnya, pikir Amara.
Keluarga besar Syakil sangatlah baik dan begitu menerimanya senagai menantu. Bahkan Kanaya berterima kasih berkali-kali pada Syakil karena sudah mampu menjaga diri wanitanya, entah sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu hingga mertuanya begitu, pikir Amara.
Hanya saja, ada satu hal yang membuat Amara lebih bingung lagi. Yaitu, sewaktu mereka menyebutkan nama wanita lain di hadapannya, bukan hanya satu tapi hampir setiap yang bertemu dengannya akan mengatakan hal sama.
Seolah pernah mengenal, namun demi Tuhan bagi Amara mereka adalah orang asing yang bahkan dalam mimpi pun belum sempat bertemu.
"Syakil, boleh aku bertanya satu hal?" Amara semakin resah dengan hal yang dia hadapi hari ini, dunianya semakjn tidak jelas dan Amara merasa seolah kehilangan potongan kehidupannya.
"Apa?" tanya Syakil menatap lekat wajah cantik sang istri, nampaknya wanita ini akan banyak pertanyaan dan Syakil harus siap-siap memberikan jawabannya.
"Ganeta siapa?"
Syakil mengalihkan pandangannya, pria itu menghela napas kasar. Nampaknya Amara benar-benar terganggu dengan ucapan keluarganya yang terus saja membahas kekasihnya di masa lalu.
"Maaf aku tanya, soalnya banyak yang salah panggil namaku ... apa kamu kenal dia?"
"Belum saatnya kamu tau, sekarang jangan pikirkan itu."
Syakil akan jelaskan, tapi nanti. Jika sekarang dia utarakan, ketakutan akan kehilangan wanita di hadapannya ini muncul begitu saja. Tidak ada yang salah dengan dirinya, pria itu hanya tersenyum kala Amara kembali meminta maaf karena pertanyaan ini dirasa sedikit sulit untuk dijawab.
Tbc
Assalamualaikum❣️
Mungkin ada beberapa pertanyaan, kenapa upnya nggak sengeggas Ibra dan juga Mikhail, atau yang lainnya. Sebelumnya aku mohon maaf, akhir-akhir ini memang kesehatanku nggak sebaik itu, dan ini juga alasan kenapa aku hapus Istri Tak Tersentuh. Yang sakit punggung sampai pinggang itu adalah aku, bukan Amara saja🤗
Thor kenapa langsung nikah : Biar bebas, kita pakai alur cepat karena kehidupan Amara dan Syakil yang sesungguhnya itu dimulai setelah ini. Melepaskan diri dari tema MBA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ida Faridah
semoga lekas sembuh ya Thor sakit pinggang dan punggungnya Amin 🤲
2024-05-13
1
Donitha Khalisa
wkwowkwkwkwkkwkwkww punya kk kok edan
2024-04-19
0
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂
dasar Khail gak punya akhlak 🤣🤣🤣
2024-02-17
1