Secara fisik memang tidak ada kurangnya, begitupun materi. Beberapa tahun lalu dia memang bermimpi suatu saat akan dilamar seorang pria kaya yang mungkin bisa menyelamatkannya dari jerat Eva, akan tetapi sama sekali dia tidak menduga Tuhan benar-benar menjawab doa Amara dengan cara begini.
"Siapa namamu?"
"Amara, Tante."
Sejak memasuki tempat ini kaki Amara sudah bergetar, sempat curiga bahwa Syakil pengangguran kini semua jelas terlihat jika pria itu bukan sembarang orang.
"Namanya cantik, dimana kalian bertemu?" tanya Kanaya begitu lembut, sempat kaget kala putranya tiba-tiba menggandeng wanita cantik yang menurut Kanaya sama persis seperti calon menantunya beberapa tahun lalu.
"Clu_"
"Spanyol, Ma ... beberapa bulan lalu, kami bertemu."
Syakil menginjak kaki Amara lantaran wanita itu hampir saja mangatakan dimana mereka bertemu sepenuhnya. Kanaya paling anti dengan tempat itu, jika saja sang mama tahu jika dirinya ke club malam, sudah pasti mamanya akan mengamuk detik itu juga.
"Spanyol? Beneran Spanyol, Amara?" Kanaya berdecak kagum, wanita itu menoleh ke arah Mikhail lantaran putranya juga sangat menyukai negara itu.
Amara melirik ke arah Syakil sebentar, pria itu memberikan isyarat agar dia menurut dan tidak membuat huru-hara. Sandiwara apalagi ini, setelah sebelumnya dia meminta agar Amara mengaku sebagai mahasiswa, sekarang pria itu menutupi tempat mereka bertemu pertama kali.
"Iy-iya, Tante."
"Jangan Tante dong manggilnya ... manggilnya Mama," ucap Kanaya kemudian, wajar saja Syakil uring-uringan sejak kemarin, pikir Kanaya.
Syakil mengenalkannya zebagai calon istri, dia tidak bercanda dan janjinya pada Amara benar-benar dia laksanakan. Meski sikapnya ini masih ditentang Mikhail lantaran dinilai terlalu cepat, akan tetapi keinginan Syakil untuk memiliki Amara memang sebesar itu.
"Iya, Ma."
Mati kutu, Amara benar-benar bingung sendiri saat ini. Wanita itu bahkan bungkam dan merasa dirinya hanya sekecil abu, pria ini membawanya ke istana dengan ratu dan raja yang begitu berwibawa sebagai penguasanya. Tidak hanya itu, selain Ibra dan Kanaya, Syakil juga mengenalkan Amara pada Mikhail serta Zia. Pasangan yang membuat Amara terpukau sesaat setelah bertemu.
*******
Semua memang berawal baik-baik saja, namun beberapa kali tatapan ibra dan Mikhail seakan belum menerimanya. Meski Kanaya maupun Zia begitu baik, tetap saja Amara ketar-ketir.
"Amara."
Kini Mikhail yang bersuara, pria itu sengaja pindah duduk di sisi Zia demi bisa berhadapan dengan Amara secara langsung. Pria yang Amara yakini tidak jauh berbeda dari Syakil ini nampaknya akan membuat posisinya sedikit bahaya.
"Iya, Kak?" Masih berusaha sopan, jelas saja dia harus jaga sikap karena tidak mungkin pertanyaan Mikhail dia jawab pedas.
"Puedo preguntar solo una cosa? Cuantos años tienes?" (Bolehkah aku bertanya satu hal? Berapa umurmu?) tanya Mikhail pada Amara yang jelas saja membuat wanita bingung sendiri, jangankan menjawab secara langsung, dalam hati saja dia tidak mengetahui artinya.
Aku harus jawab apa? Amara hanya bisa membantin, sudah dia duga sejak pertama kali bertemu Mikhail pria ini bukan pria baik yang bisa diajak kompromi. Semakin sebal saja, sudah Amara katakan jangan secepat ini karena dia tidak siap. Bisa-bisanya Syakil tetap pada pendirian hingga membuat posisi Amara kian terpojok begini.
Syakil melongo dan tidak menduga jika Mikhail akan mengeluarkan kemampuannya, pria itu mengepalkan tanngan seraya menatap tajam mata Mikhail. Sepertinya Syakil salah bicara, mengatakan jika Amara berasal dari Spanyol hanya membuat wanita itu bunuh diri.
"Mas," tegur Zia mulai memahami apa maksud suaminya, seperti biasa, Syakil memang agak sedikit bodoh dalam hal mengarang cerita.
"Apa? Mas cuma mengasah kemampuan saja, sudah lama nggak berbicara pakai bahasa Spanyol."
Dia menggerakkan alisnya, Syakil yang kini terdiam membuatnya tersenyum miring. Mikhail menoleh ke arah Ibra, sang papa hanya menggeleng seraya menghela napas pelan. Dia saja bahkan tidak memiliki pikiran untuk menguji kemampuan Amara dalam bicara bahasa Spanyol.
"Eres muy hermosa, pero mi amor sigue siendo para mi esposa." - (Kamu sangat cantik, tapi cintaku tetap untuk istriku)
Yang tadi saja Amara tidak tahu artinya, kini apalagi? Masuk ditelinganya saja tidak. Jangankan bahasa Spanyol, warna benderanya saja dia lupa. Jika sudah begini, sungguh rasanya dia ingin pulang detik ini juga. Jika biasanya calon mertua lebih mengerikan, sepertinya untuk keluarga ini tidak berlaku hal demikian.
Calon kakak iparnya meresahkan, selain berhasil membuatmya membeku, Mikhail juga berhasil membuat Amara mendadak ingin buang air kecil lantaran gugup dan takut yang lainnya akan mengecapnya sebagai penipu. Padahal, dalam hal ini yang memegang kendali adalah Syakil sendiri.
"Amara di sana baru sebulan, lagipula dia di sana bersama juru bahasa, mana dia paham bahasa Spanyol." Sebelum sang mama curiga, Syakil mengambil peran menyelamatkan calon istrinya. Ya, dia lupa jika yang dia tipu saat ini bukan hanya Kanaya, seharusnya Syakil menarik Mikhail sebagai sekutu, bukan lawan.
"Oh iya? Tapi Zia tidak pernah ke Spanyol sedikit-sedikit paham ... masa kekasihmu pertanyaan sederhana saja bingung," tutur Mikhail enteng sekali, Amara yang sedari tadi menunduk kini menatapnya sebal dan ingin sekali memasukkan pria di hadapannya ini ke lubang neraka.
"Ck, jangan didengerin, Amara ... suamiku sepertinya kurang asupan, udah sana, Mas. Mending kamu anterin Mikhayla sama adek-adeknya les, ribet banget kamu di sini."
"Muy bien, entonces, me tengo que ir... nuestra reunión termina aquí primero, hasta luego, Amara." - (Baiklah kalau begitu, aku harus pergi ... pertemuan kita sampai di sini dulu, sampai jumpa lagi, Amara.)
Terserah, Amara tak peduli. Sekalian sudah terlihat bodoh agar puas sekalian. Wanita itu menatap sebal ke arah Syakil yang tengah menggigit bibirnya, kemarahannya saat ini bukan hanya pada calon kakak iparnya itu, melainkan kebodohan Syakil sendiri.
"Maaf, Kakakku memang begitu," bisik Syakil begitu pelan, dia paham mungkin setelah ini Amara tidak akan sudi lagi bertemu Mikhail, hanya saja tetap permohonan maaf ini harus dia utarakan.
******
"Syakil, Papa tanya sekali lagi ... keputusanmu sudah bulat?" Ibra yang tadi diam kini turut bicara, pria itu membenarkan posisi duduknya dan menatap tajam Aamara.
"Iya, Pa."
"Kalau sampai terjadi lagi seperti waktu itu, jangan harap Papa akan mengampuni gadis ini."
Deg
Suasana tiba-tiba berbeda, setelah Mikhail membuatnya membeku karena malu. Kini Ibra yang baru bersuara justru membuat dadanya tiba-tiba terhenyak, lagi dan lagi Amara dibuat bingung terhadap berbagai reaksi dari orang-orang di rumah ini.
"Pa, lupakan yang kemarin ... mungkin hanya kebetulan seperti kata Zia," tutur Kanaya khawatir sekali jika suaminya masih menaruh kecewa pada calon istri Syakil.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Halimah As Sa'diyah
Mikhail bener² bikin spot jantung
2025-01-14
0
Bocil
orang baru, sudah di ancam gitu langsung mengecil dong amara
2024-06-24
1
pipi gemoy
sengklek semua 🤣🤣🤣🤣🤣🤣👻
2024-05-18
0