RIZAL
Pertemuan besar akhirnya terjadi. Perundingan pun di mulai, Aku duduk bersandingan dengan teman temanku yang juga mendengar berbagai macam lontaran pendapat.
Walau diskusi sudah berlangsung lama, namun belum ada satupun keputusan yang bisa dipertimbangkan. Herbor dan lainnya hanya meluapkan ego mereka masing masing. Dari mulut mereka tidak ada sepatah katapun yang ditujukan untuk persatuan negeri ini. Benar-benar hanya ego mereka yang tersampaikan. Satu hal yang sudah pasti, pertemuan ini jauh dari kata baik-baik saja.
Di satu sisi, pihak kerajaan Herbor menyarankan strategi sergapan senyap, agar musuh tidak menyadari kedatangan kami. Namun disisi lain, kerajaan Mirkav berasumsi supaya penyerangan ini berhasil, maka harus menyerang dengan pasukan penuh. Namun Herbor menolak dengan keras pendapat Mirkav. Herbor beranggapan rencana Mirkav sangat beresiko jika rencana tersebut gagal. Hingga membuat suasana semakin keruh.
...
“LISTEN UP!” Akhirnya Aku mencoba membuka suaraku. “Why cant you guys just listen to each other? The destiny of this land is in our hands!” Aku mencoba menyadarkan kembali kepada mereka tentang betapa pentingnya pertemuan ini.
Krapov terlihat tidak senang mendengarku berbicara. “Listen kids.., You want to know whats behind the Wrath fortress?!” Sambil berdiri Krapov mengatakan, “Groth... that's a nightmare creature, Groth isn't human, they were created by Vera the witch from Wrath!”
Krapov mengatakan bahwa musuh yang akan kita hadapi nanti bukanlah manusia, melainkan sekumpulan pasukan makhluk bernama Groth. Groth diciptakan oleh Vera sang penyihir jahat dari Wrath.
“Krapov is right, you guys have never met the Groth’s,” Potong Frank, “Theres was still Geryon, who was even stroger than Groth’s,” Frank menyebutkan bahwa selain pasukan Groth, masih ada makhluk lain yang lebih kuat, yaitu Geryon.
Sesaat setelah Frank mengatakan hal itu. Vivi terlihat tertegun di sampingku. “Geryon?” Tanya Vivi yang keningnya mengerut.
“Yes..Geryon, four armed giant,” Yang menjawab Vivi adalah Krapov bukan Frank.
Vivi kemudian berkata jika dia pernah melawan makhluk itu saat sedang di Lynden dua hari lalu. “I once fought that creature with Akbar when we were in Lynden,”.
Vivi pun menceritakan semua yang dia alami di Lynden. Mulai dari mendeskripsikan bentuk makhluk itu, hingga caranya dan Akbar bisa mengalahkan makhluk itu. Vivi juga menambahkan bahwa Akbar lah yang membuat makhluk itu mundur pontang-panting dengan memutuskan salah satu lengannya.
Mendengar Cerita itu, Frank dan yang lain terlihat seperti tidak percaya. Aku juga sedikit tidak mempercayai cerita Vivi.
Di tengah keadaan yang menyudutkan Vivi dan Akbar, Putri Stella melakukan pembelaan terhadap keduanya.
Stella mengatakan bahwa memang benar kalau Vivi dan Akbar pernah menghadapi Geryon secara langsung dan berhasil mengalahkannya. Putri Stella juga melihat kekuatan luar biasa milik Vivi dan Akbar.
Putri Stella berkata jika kami semua harus mempercayainya dan mata seluruh rakyat Lynden yang menjadi saksi bahwa Vivi dan Akbar telah melindungi mereka dari serangan sekelompok Geryon.
Aku melihat Vivi langsung tersenyum begitu tahu ada yang memahaminya.
Apakah benar yang dikatakan Putri Stella? Untuk kekuatan Vivi dan Akbar, aku juga sudah melihatnya sendiri dan percaya dengan kemampuan seperti itu, mereka adalah yang terbaik.
Frank dan Tadano sepertinya juga sudah puas dengan penjelasan ini, kecuali Krapov yang sepertinya masih kurang percaya. Bagaimana bisa seorang remaja mengalahkan Geryon yang menurutnya harus butuh puluhan orang agar bisa menumbangkan Geryon.
Dan untuk mengalihkan pembicaraan kearah yang seharusnya. Aku menyela Putri Stella yang sedang berargumen. “What are we doing?! We should now discuss the attack strategy togheter..instead of talking about other thing like this!”
Memang nampaknya Terlalu cepat bagi para perwakilan untuk berdiskusi seperti ini. Mereka sudah ratusan tahun tidak mengadakan pertemuan seperti ini, ditambah lagi bisa kubilang mereka bekerjasama karena terpaksa. Menurutku karena itulah rasa persatuan dari diri mereka masih terlihat kurang.
Didalam heningnya suasana diskusi, Frank memutuskan untuk semuanya beristirahat sejenak. Pembahasan akan dilanjutkan seusai istirahat. Aku harap seusai istirahat, para perwakilan bisa melanjutkan diskusi dengan kepala dingin dan bisa menerima pendapat orang lain.
…
VIVI
Sesaat setelah perwakilan lain pergi untuk beristirahat sejenak, di meja panjang ini aku, Halim, dan Akbar duduk beriringan menunggu Rizal yang sedang di dapur membuat makan siang untuk kami.
...
Aku masih heran, kenapa Halim dan Akbar tidak bergeming di saat pertemuan tidak kondusif.
“Kok tadi pada diem aja sih?!” Tanyaku dengan kesal.
Halim menjawab, "Ya maap Vi.., kan lu tau sendiri kan?" Untuk Halim aku sudah tau kalau dia memang sedikit malu untuk berpendapat. Namun Akbar yang dari tadi hanya diam membuatku kesal. Dia seperti sengaja membuat Rizal hanya berusaha sendiri untuk membuat kondusif keadaan. Akbar tega sekali.
“Maaf ya Vi.., bukanya Gue gak mau bantu Rizal.., tapi menurut Gue, Rizal harus mulai belajar bertanggung jawab,” Ujar Akbar.
“Tanggung jawab?” Tanyaku.
“Semua rencana ini kan yang bikin si Rizal.., nah.. udah sepatutnya dia yang harus memastikan rencana ini berjalan.” Jelas Akbar.
“Iya sih.., Akbar ada benernya juga Vi,” Celetuk Halim, “Lagipula, kondisi diskusi jadi lebih tenang berkat Rijal tadi.” Tambah Halim.
“Iya, Rizal kalo ngelakuin sesuatu pasti selalu serius. Tadi malem Rizal sampe bela-belain begadang buat belajar, alhasil Rizal bisa mengikuti pembicaraan dengan lancar, Gue gak mau ngebuat usaha belajarnya jadi sia-sia karena Gue,” Terang Akbar.
Ternyata ada alasan dibalik sikap Akbar.
Tak lama setelah kami berbincang, Rizal sudah kembali datang dari dapur membawa berbagai macam makanan. Kami berempat langsung menyantap makanan dengan lahap.
Sepanjang kami duduk bersama, aku melihat wajah Rizal yang selalu ceria. Namun aku yakin, menurutku Rizal berusaha tetap tersenyum karena menyembunyikan perasaan sebenarnya.
…
RIZAL
Tadi hampir saja keadaan semakin memburuk jika aku tidak menyela mereka. Aku masih tidak mengerti kenapa Akbar hanya diam saja di saat segenting tadi. Aku hanya tidak ingin berpikiran buruk kepada Akbar. aku hanya ingin bersikap normal.
Di sela-sela aku makan, tak kusangka Akbar mengajakku berbicara lebih dahulu setelah dari tadi hanya diam saja. “Jadi.., habis ini kita lanjut bahas strategi kan Zal?”.
Aku mengangguk, kulihat Akbar tersenyum kecil.
Setelah kami selesai makan, aku membersihkan piring-piring untuk dibawa ke dapur untuk aku cuci.
Saat aku ingin kembali ke dapur, Akbar terlebih dahulu Izin pergi ke kamar mandi, “Ntar ya, Gue ke belakang sebentar,” Katanya.
“Yaudah deh kalo gitu, Gue juga mau ke dapur lagi ya,” Ucapku kepada Halim dan Vivi yang masih duduk.
Sesampainya di dapur, aku melihat seseorang sedang bersandar di lemari dapur. Aku kira, awalnya itu adalah Andy atau Frank, namun setelah mendekat aku menyadari dia adalah Akbar.
“Loh, kok lu disini Bar? Kamar mandinya kan di sana,” Ucapku sambil menunjukan arah kamar mandi yang benar.
Namun Akbar hanya diam berdiri di depanku sambil memandangku. Aku tidak mengerti, kelakuan Akbar hari ini tidak seperti biasanya.
Wajah Akbar terangkat dan melihat kearahku sambil memanggilku, “Zal,”.
Tak lama setelah memanggilku, Akbar masih melanjutkan apa yang ingin dia katakan. “Sebelumnya Gue mau minta maaf karena tadi gak bantu lu buat nenangin keadaan, Gue mau lu paham. Sekarang ini lu harus bisa berbuat sesuatu tanpa Gue. Gue gak mau rencana yang lu buat jadi sia-sia karena Gue udah ngelakuin semuanya,” Terang Akbar.
Sekarang ini semuanya jadi jelas. Aku tahu bahwa Akbar menginginkan yang terbaik untukku. Aku juga berterimakasih kepada Akbar karena telah memberikan kesempatan kepadaku. Kami berdua dapat memahami sesama teman, kapan aku harus ada untuk temanku dan kapan kapan untuk tidak. Begitu pula sebaliknya.
Hingga suara lonceng terdengar dari aula istana, menandakan semua perwakilan harus segera berkumpul kembali melanjutkan pertemuan hari ini.
...
Setelah semua beristirahat menenangkan pikiran, akhirnya pembahasan dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan.
Akhirnya Semua telah sepakat akan menggunakan cara sergap senyap untuk penyerangan. Saat ini semuanya sedang berdiskusi tentang pengumpulan pasukan untuk menyerang.
Empat perwakilan kerajaan sama sama alot dalam urusan pengumpulan pasukan. Contohnya Raja Krapov, yang keberatan jika harus mengerahkan seluruh armada pasukan Mirkav. Hingga Putri Stella yang masih ragu-ragu untuk mengosongkan wilayah Lynden tanpa pengawalan jika dia mengerahkan seluruh pasukannya. Walau begitu, Jendral Tadano mengisyaratkan jika Yarashima bisa membantu semaksimal mungkin.
...
“We run out of time!” Ucapku dengan nada tegang memecah keributan para perwakilan.
Dengan suara beratnya, Krapov memberitahu ku untuk tidak usah terlalu khawatir karena, “I have 7.000 men ready to fight!”.
7.000? jumlah yang sebenarnya masih jauh dari harapanku. Namun Jendral Tadano berkata Yarashima juga akan membantu lebih membuatku bisa lebih tenang. “5.000 more from Yarashima will come!!” Ucap Tadano percaya diri.
12.000 pasukan Yarashima dan Mirkav, Dan Aku baru ingat Herbor dan Lynden belum memasukkan pasukannya kedalam jumlah ini.
“Lynden will definetly help! I will tell my Father soon about this,” Putri Stella sudah memastikan jika Lynden akan membantu, tapi dia harus mengabari ayahnya terlebih dahulu.
Frank juga menegaskan jika dia akan menyuruh Andy untuk mencari orang yang bisa mengangkat senjata di penjuru wilayah Herbor. Akhirnya Frank kembali bersuara.
Aku terharu melihat pertemuan ini bisa sukses. Tak kusangka akan berjalan sejauh ini.
“T..Thank y..you Everyone..,” Terimakasihku kepada semuanya yang hadir.
Mereka semua tersenyum menatapku. Senyum yang membuatku kembali yakin jika nasib mereka memang patut diperjuangkan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments