Tekad yang sudah bulat

RIZAL

Setelah Kejadian mengejutkan yang baru saja terjadi, Frank memberi tahu kepadaku tentang kekuatan yang di miliki oleh teman temanku. "Kekuatan apa?".

“Ya..kekuatan, teman-temanmu sudah memilikinya,” Jawab Frank singkat.

Frank kemudian mengatakan kepadaku jika Rizal, Vivi, dan Akbar menemukan kekuatan dalam diri mereka di saat pasukan Herbor mencoba menangkap teman-temanku pada saat pertama kali datang kesini.

“Sepertinya..kekuatan tersembunyi akan muncul di saat kalian terancam, tapi kenapa barusan kau tidak dapat memunculkan kekuatanmu Rizal?” Tanya Frank sambil mengerutkan keningnya.

“Sebentar.. sebentar.., memangnya apa kekuatan yang dimiliki teman temanku?”

Sebelum Frank menjawab, Halim yang tadinya sedang duduk di sampingku langsung berdiri dan mengatakan jika kekuatannya adalah kecepatan dan kekuatan.

“Masa lu gak liat sih tadi Gue lari buat nangkep panah yang terbang ke muka lu?” Tanya Halim, tangannya bertolak pinggang saat mengatakannya, “Yaa..walaupun Gue gak secepet Akbar sih.., hehe,”

Andai Halim tau aku tidak melihatnya karena aku menutup mataku sebelumnya.

“Waahh! K..Kalo A..Akbar?”

Aku masih mencoba meyakinkan diriku jika Halim tidak bohong.

“Gue sih gak spesial spesial amat ya..Gue cuman jadi lincah banget sama kenceng larinya..., gak tau kenapa.., sama satu lagi.. mata Gue selalu tepat sasaran,” Pungkas Akbar.

Cuma? Habis nangkis anak panah segampang tadi dia katakan ‘Cuma’? Kalau Akbar bisa melihat dirinya sendiri, dia pasti terkagum-kagum.

“O..Oh gitu Bar..Kalo kamu Vi? Pasti kamu bisa terbang ya?” Aku berlanjut bertanya kepada Vivi.

Vivi tertawa kecil begitu mendengar pertanyaanku. “Hihi..bukan terbang, tapi telekinesis,” Ujar Vivi.

“Telekinesis?”

"Iyaa..telekinesis," Jawab Vivi.

Vivi menjelaskan telekinesis adalah kemampuan batin untuk memanipulasi objek fisik dengan pikiran. Vivi menambahkan jika awalnya dia mengeluarkan kekuatannya di saat dia, Halim, dan Akbar dibawa paksa oleh prajurit Herbor.

“Dua hari lalu aku masih belum bisa ngontrol kekuatan ini, tapi setelah menenangkan batinku dan meningkatkan fokusku, aku jadi bisa kontrol kekuatan ini, hihi,” Jelas Vivi kepadaku.

Jika benar apa yang dikatakan Frank dan teman temanku, kenapa hanya aku yang tidak memiliki kekuatan? Jika teman temanku memiliki kekuatan sehebat apa yang mereka katakan, wajar saja mereka terlihat santai sejak awal dan bersikeras untuk membantu Frank, sedangkan aku..tidak memiliki apa apa.

“Mungkin kekuatanmu akan muncul disaat dirimu dalam bahaya besar,” Ucap Frank sambil bertopang dagu.

“Sudahlah Frank, aku tidak peduli dengan kekuatan ataupun yang lainnya, saat ini aku dan teman-temanku kesini untuk memberitahumu rencana kami untuk membantu Herbor agar kembali bersekutu dengan kerajaan lainnya,” Ucapku. Frank pun mengangguk paham dan seakan sudah siap mendengarkan rencanaku.

Tanpa basa basi, aku memberitahu Frank jika aku dan teman-temanku akan dibagi dua kelompok. Aku dan Halim akan pergi menuju Timur ke kerajaan Mirkav, Vivi dan Akbar akan ke barat menuju kerajaan Lynden.

“Apakah tidak terbalik? Vivi dan Akbar lebih terlihat seperti orang Mirkav dan Yarashima dengan pakaian mereka,” Frank mempertanyakan keputusanku.

Aku beralasan justru memang harus seperti ini agar rencanaku lancar. Karena dalam rencanaku ini akan membuat seolah-olah setiap kerajaan saling meminta tolong.

Mendengar penjelasanku, Frank langsung tersenyum, “Rencana yang bagus Rizal, kapan kalian akan pergi?” Tanya Frank kepadaku.

“Di saat kami siap..kami akan segera berangkat!”

"Baiklah kalau begitu.., manfaatkan waktu sebaik baiknya Rizal," Ucap Frank.

...

VIVI

Satu misi bersama Akbar sepertinya cukup menyenangkan. Namun, andai saja Rizal tahu sebenarnya aku ingin satu misi dengan dia, tetapi karena dia memakai pakaian Biru yang merupakan warna identitas dari Herbor, maka tidak mungkin satu misi denganku. Aku mau tidak mau harus satu misi bersama Akbar demi kelancaran rencana.

Aku bersama Akbar akan menuju kerajaan Lynden yang bertahan sendirian di wilayah Barat. Aku tahu, aku menggunakan pakaian bernuansa Putih ciri khas kerajaan Yarashima sementara Akbar memakai pakaian Merah khas kerajaan Mirkav, namun inilah rencananya Rizal. Rencana terbaik yang bisa dilakukan.

Saat ini, aku dan Akbar sedang berada di perpustakaan istana. Kami disana untuk menggali informasi tentang kerajaan Lynden.

“Gimana Bar? Udah dapet sesuatu?” Tanyaku kepada Akbar yang sedang melihat buku.

“Iya, Gue dah dapet nih,” Jawab Akbar, “Liat nih, yang Gue dapet dari buku ini tu setiap kerajaan punya bahasa yang berbeda beda. Buat kerajaan Herbor dan Lynden itu pake bahasa Inggris, Yarashima bahasanya Jepang, Mirkav kayaknya pake bahasa eropa timur..kayak Russia gitu,” Terang Akbar.

“Kok kamu bisa tau sih Bar?” Tanyaku.

“Perusahaan keluarga Gue udah banyak di luar negeri. Kata mereka, Gue harus belajar beberapa bahasa asing, biar besok kalo Gue disuruh ngelanjutin usaha keluarga Gue, Gue udah lancar komunikasinya” Kata Akbar.

Dalam hatiku aku terkagum kepada Akbar, dia memang pesaing peringkat kelas yang kuat, aku tidak boleh berleha-leha.

“Pantesan aja kamu tau,” Ucapku.

“Karena kita mau ke Mirkav, Gue mau lanjutin belajar bahasanya dulu,” Ucap Akbar sembari membaca salah satu buku.

“Terus? Aku ngapain nih? Masa nggak ngapa ngapain?” Aku bertanya kepada Akbar apa yang bisa kubantu.

“Lu mending bantu Rizal nyiapin bekal makanan buat kita aja dah, kan masakan Rizal enak, lu bisa sekalian ngemil sambil bantu dia, hahaha. Kalo urusan bahasa nanti tinggal Gue translate in hehe,” Ucap Akbar. Akbar memang bisa diandalkan dalam urusan seperti ini.

Aku pun langsung menuju ke dapur istana, di sana aku bertemu Rizal yang sedang mengolah banyak sekali bahan-bahan, namun aku lihat disini hanya sedikit rempah-rempah.

“Rizall!”

“Eh Vivi! Habis darimana?” Tanya Rizal sembari memasak.

“Habis dari perpustakaan nih,” Jawabku, “Eh aku boleh bantuin masak gak? Tapi maaf ya kalo gak bantu banyak hehe,”

Rizal kemudian mengangguk dan memberiku celemek untuk memasak.

Karena aku hanya bisa masak masakan sederhana, aku pun memasak telur omelet. Aku membuat beberapa omelet untukku, Rizal, Halim dan Akbar.

Sayangnya Rizal sudah terlanjur memasak makanan untuknya dan Halim.

Setelah selesai, aku langsung memberi Rizal seporsi. Namun Rizal malah kembali memberiku makanan buatannya yang kelihatan lebih enak dari telur omeletku.

“Thanks zal! Aku jadi gak enak nih, masa aku ngasih telur malah dibales stik daging?”

Rizal hanya tertawa sambil pergi berlalu.

“Gak papa.., Aku duluan ya Vi, kasian Halim dah laper tuh,” Ucap Rizal sebelum pergi.

Di dapur, Aku membersihkan sisa-sisa kulit telur yang berserakan. Setelah itu aku kembali ke perpustakaan.

Namun ditengah jalan, aku melihat Rizal dan Halim di aula istana sedang latihan bersama Andy, dia sangat mahir menggunakan pedang.

Wah, ternyata Rizal sudah kenal dengan Andy? kukira Rizal belum kenal Andy.

RIZAL

Seingatku, sebelum kutinggal Halim di aula istana, sepertinya tadi dia sendiri.., kenapa sekarang dia bersama seseorang?

Aku menghampiri Halim sambil membawa makanan di tanganku.

“Nahh, Akhirnya dateng juga lu Jal,” Ucap Halim dengan senang, “Kalo lu gak dateng nganter makanan, mungkin Gue masih latihan nih sekarang sama Andy,” Kata Halim yang bercucur keringat.

“Siapa Andy?” Tanyaku namun Halim hanya fokus kepada makanannya.

“Wih! Enak jal dagingnya!” Kata Halim setelah menyantap makanan buatanku.

“Makasih..,” Ucapku, “Lim, ‘Andy’ yang lo maksud itu siapa ya?” Tanyaku kembali.

“Oh iya, lu belum tau ya jal? Lupa Gue kalo lu belum tau.. hehe,” Jawab Halim, dia pun meletakan piringnya dan menjawab, “Andy itu Jendral kerajaan ini,” Ucapnya sambil menunjuk ke Pria yang membawaku ke istana tempo hari.

“Ooh, jadi dia itu Jendral toh, pantes jago pake pedang!” Ucapku. Pria dihadapan Halim memang sepertinya orang yang sangat ahli menggunakan pedang.

Pantas Saja Andy terlihat dekat dengan Frank. Ternyata dia adalah Jendral Kerajaan Herbor.

“Yaudah jal, Gue mau lanjut latian dulu sama Andy,” Kata Halim sambil meninggalkanku.

“Tunggu lim! Gue boleh ikut latian gak?!” Tanyaku.

Halim menoleh dan mengajakku ikut latian di aula istana bersama Andy. "Boleh.., ayok Jal!"

Berjam-jam sudah aku berlatih dari siang sampai sore, nampaknya sudah cukup latian untukku hari ini. “Yaudah Lim, Gue cukup dulu latiannya hari ini,”

Aku berjalan meninggalkan Halim dan Andy yang masih berlatih satu lawan satu di aula ini.

“Halahh lemah! Hihi,”

Dari kejauhan aku melihat halim masih melanjutkan latihannya. Aku tidak peduli, diriku memang sudah lelah hari ini cukup untukku.

Aku pun berkeliling istana sembari melihat keluar jendela istana melihat pemandangan langit sore.

Dari dalam istana, kulihat Vivi sedang berdiri di pinggir tebing halaman belakang istana yang luas. Dia berdiri sendirian.

Aku keluar dan mencoba menghampirinya. “Vivi!” Sapaku kepada Vivi.

“Eh ada Rizal! Kenapa zal?” Sahut Vivi.

“Gak papa.., emang gak boleh ketemu kamu nih..?"

"Hehe, boleh lah..,"

Vivi kembali diam setelah menjawabku.

"Btw, aku habis latian bareng Halim sama Andy,” Ucapku.

Vivi tidak memalingkan tatapannya yang sejak aku datang hanya melihat jauh ke perbukitan hijau didepan kami. “Ngapain kamu disini Vi?” Tanyaku.

“Oh, gak papa, cuman mau istirahat sebentar, dari tadi baca buku sama si Akbar terus mataku capek, sesekali pengen liat pemandangan kayak gini…disini,” Jawabnya, senyum tergantung di bibirnya.

“Wah, semangat banget belajarnya!” Kataku sambil tersenyum.

“Hehe.., bisa aja nih,” Sahut Vivi.

Aku tetap memandang wajah Vivi yang dari tadi tidak bergeming seperti hanya fokus ke suatu titik.

“Rizal..,”

“E..Eh, iya..ada apa?” Kataku yang kaget tiba tiba Vivi menoleh kearahku dan memanggilku.

Hari sudah semakin petang ,kulihat matahari terbenam yang indah dari pemandangan gunung gunung hijau disekitarnya.

“Huft.., selesai juga ya hari ini..,” Kata Vivi.

“Iya, capek juga ternyata,” Ucapku sambil mengusap sisa keringatku di dagu.

Suasana menjadi hening seketika, angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan Vivi saat memandang Matahari terbenam dengan indahnya.

“Rizal..,” Ucap Vivi sayup sayup.

“Apa Vi? kok manggil-manggil terus?”

Tidak tahu apa yang terjadi, namun Vivi langsung memelukku dengan erat sambil berkata, “Zal..! aku pengen pulang!” Erang Vivi di ikuti sendu tangisnya.

“Eh, ngapain nangis? Udah dong..,” Kataku sambil mengusap air mata Vivi.

“Aku gak mau disini! Gak peduli sebagus apa pemandangannya.. aku masih lebih suka suasana kantin di Sekolah!” Ujar Vivi.

Entah kenapa, tapi aku benar benar paham rasa ingin pulang yang dirasakan Vivi saat ini.

“Vi, aku sebenernya juga pengen pulang ke rumah, pengen ketemu adekku…, pengen ketemu Ayah Ibuku” Tak kusangka air mataku mulai membasahi pipi.

Kami berdua sepertinya punya alasan masing masing untuk menangis.

Aku pun berusaha menyemangati Vivi. Aku tidak tega melihat Vivi menangis. Kalau dipikir-pikir, semua kejadian ini salahku. Mulai dari mengajak teman-temanku ke rumahku yang akhirnya malah Halim membuka hadiah Pak Gus, hingga membuat teman-temanku masuk kedalam masalah seperti ini.

Aku memeluk erat Vivi untuk menenangkannya.

Aku benar benar tidak tega melihat wanita menangis. Oleh karena itu, aku bertekad ingin memperbaiki masalah yang kubuat. "Kamu gak usah khawatir Vi..! Aku janji kita bakal pulang!" Ujarku bertekad.

“Udah ayo Vi.., kita balik ke istana. Kita juga harus berjuang keras Vi!,” Ucapku sambil menyodorkan tangan kepada Vivi.

“I..Iya zal.., ayo!” Kata Vivi yang masih mengusap sisa air mata di pipinya.

Setelah kami kembali ke aula istana, aku dan Vivi bertemu Akbar dan Halim yang sedang duduk di meja panjang aula istana. Meja yang sama saat aku melihat mereka bertiga duduk di sini saat aku baru sampai di istana ini.

Kami berempat berbincang sambil menunggu malam tiba.

“Guys! Tadi Gue hampir bisa ngalahin Andy!” Kata Halim dengan senang.

“Beneran nih?!” Akbar terlihat terkejut mendengar pernyataan Halim. “Semangat Lim! Lu pasti bisa!”

“Iya pasti dong!” Kata Halim. “Gue bakal ngalahin dia besok!” Ucap Halim dengan semangat sambil berdiri kursinya.

Melihat Halim yang sangat bersemangat, aku juga tidak mau kalah dengannya. Aku sudah menentukan tujuanku! Aku akan berjuang bersama teman temanku agar negeri ini dapat bersatu kembali! Namun sayangnya kami tidak memiliki banyak Waktu. Aku harus menyiapkan diriku segera untuk menghadapi segala kemungkinan!

...----------------...

 

Terpopuler

Comments

Vemas Ardian

Vemas Ardian

apakah kekuatan rijal element?

2023-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 Sore yang Dingin
2 Main yukk!
3 Mengingat masa lalu
4 Setelah Vivi pulang
5 Masih penasaran
6 Semuanya terlihat begitu nyata
7 Tak seindah yang terlihat
8 Gara gara Pak Gus
9 Zanetti | ittenaZ
10 Kejutan Pertama
11 Tekad yang sudah bulat
12 Misi Pertama: Lynden
13 Misi Pertama: 4 Kerajaan
14 Sekutu lama
15 Saatnya mengukir sejarah baru
16 Diluar Rencana
17 Dilema Hebat
18 Pilihan Terakhir
19 Bersatu!
20 Perjalanan menuju Lynden
21 Gerbang utama
22 Battle of Lynden
23 Ini bukanlah kemenangan
24 Raja Baru
25 Keberanian dan keputusan
26 Jangan ragu akan dirimu!
27 Datang untuk kembali
28 Akibat salah perhitungan
29 Mirkav! Tolong!
30 Menggantung nasib
31 Musuh terkuat
32 Datang pada waktu yang tepat
33 Menemukan Jatidiri
34 Peluang terakhir
35 Menuju akhir
36 Equaterald
37 Bangkit dari keterpurukan
38 Melihat lebih jauh kedepan
39 Belajar untuk menerima
40 Bertindak sebagai Raja
41 Kedatangan 'mereka'
42 Datang dari tempat yang berbeda
43 Blair Desmond
44 Mencari cahaya dalam gelap
45 Mereka tidak berbahaya
46 Rindu disaat yang salah
47 Untuk terakhir kalinya
48 Seseorang yang tepat
49 Permintaan maaf
50 Permohonan
51 Mencari kepastian
52 Keputusan Blair
53 Misi pencarian
54 The Lord of Wrath
55 Semangat yang belum padam
56 Realita sebenarnya
57 Untuk Vivi
58 Gurun kematian
59 Kemenangan dan kekalahan
60 Pertaruhan
61 Pertaruhan: Final Battle
62 Memenuhi Takdir
63 Sebuah janji
64 Hari Terakhir
65 Beri aku tiga jam
66 Ruang dan waktu
67 Deja vu
68 Alasan dibalik keputusan
69 Sulit menjaga sesuatu
70 Panggilan
71 Pagi yang Cerah
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Sore yang Dingin
2
Main yukk!
3
Mengingat masa lalu
4
Setelah Vivi pulang
5
Masih penasaran
6
Semuanya terlihat begitu nyata
7
Tak seindah yang terlihat
8
Gara gara Pak Gus
9
Zanetti | ittenaZ
10
Kejutan Pertama
11
Tekad yang sudah bulat
12
Misi Pertama: Lynden
13
Misi Pertama: 4 Kerajaan
14
Sekutu lama
15
Saatnya mengukir sejarah baru
16
Diluar Rencana
17
Dilema Hebat
18
Pilihan Terakhir
19
Bersatu!
20
Perjalanan menuju Lynden
21
Gerbang utama
22
Battle of Lynden
23
Ini bukanlah kemenangan
24
Raja Baru
25
Keberanian dan keputusan
26
Jangan ragu akan dirimu!
27
Datang untuk kembali
28
Akibat salah perhitungan
29
Mirkav! Tolong!
30
Menggantung nasib
31
Musuh terkuat
32
Datang pada waktu yang tepat
33
Menemukan Jatidiri
34
Peluang terakhir
35
Menuju akhir
36
Equaterald
37
Bangkit dari keterpurukan
38
Melihat lebih jauh kedepan
39
Belajar untuk menerima
40
Bertindak sebagai Raja
41
Kedatangan 'mereka'
42
Datang dari tempat yang berbeda
43
Blair Desmond
44
Mencari cahaya dalam gelap
45
Mereka tidak berbahaya
46
Rindu disaat yang salah
47
Untuk terakhir kalinya
48
Seseorang yang tepat
49
Permintaan maaf
50
Permohonan
51
Mencari kepastian
52
Keputusan Blair
53
Misi pencarian
54
The Lord of Wrath
55
Semangat yang belum padam
56
Realita sebenarnya
57
Untuk Vivi
58
Gurun kematian
59
Kemenangan dan kekalahan
60
Pertaruhan
61
Pertaruhan: Final Battle
62
Memenuhi Takdir
63
Sebuah janji
64
Hari Terakhir
65
Beri aku tiga jam
66
Ruang dan waktu
67
Deja vu
68
Alasan dibalik keputusan
69
Sulit menjaga sesuatu
70
Panggilan
71
Pagi yang Cerah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!