RIZAL
Berat pikirku, bergetar kakiku lemas. Apakah teman-temanku sudah memperhitungkan akibat dari keinginan mereka? Bagaimana jika mereka salah perhitungan?
“Okelah.., kalo kalian emang setuju pengen bantu, Gue juga harus ikutan bantu juga, masa Gue gak ikut? Bener gak?”
Sesaat setelah itu, kami berempat mulai berdiskusi tentang masalah yang di alami negeri ini. Sama seperi yang dikatakan Frank, kami berempat sudah memperhitungkan juga hubungan yang tidak harmonis antar kerajaan ini.
Kami masih ingat betul jika seluruh kerajaan sudah tidak bersekutu kecuali Mirkav dan Yarashima yang saat ini masih bertahan di wilayah Timur dari gempuran kerajaan Wrath, namun pertahanan gabungan dua kerajaan ini sangat kuat sampai Wrath tidak bisa menembusnya selama ratusan tahun.
“Kata Frank, dia kepengen persekutuan Equaterald kembali bersatu, tapi Herbor udah di paksa pergi oleh tiga kerajaan lain sebelumnya, namun habis itu Lynden malah terpaksa pergi karena takut terhadap Wrath,” Ucapku.
Kami akhirnya memutuskan untuk melakukan pendekatan kepada kerajaan lainnya sebagai langkah awal membangun kembali persekutuan lama.
“Jadi? Mau gimana nih? Ada tiga kerajaan, tapi kayaknya kita gak akan bisa ke tiga tempat sekaligus..,” Ujar Akbar.
“Iya nih! Gak mungkin kan..satu orang pergi ke satu tempat? Terlalu bahaya! Kita belum tau ancaman disini,” Ucap Vivi. Sepertinya dia sangat cemas dengan keadaan saat ini.
“Hehe.., Kata siapa satu orang satu tempat?”
Mendengar ucapanku barusan, teman temanku terlihat kaget. Sebenarnya sebelum aku bertanya kepada teman-temanku apakah kita harus menolong Frank, aku sudah menyiapkan rencana yang tepat untuk situasi seperti ini, “Kita cuman perlu pergi ke dua tempat kok.”
Apa yang kuucapkan tidaklah salah, menurutku dengan cara ini lah kami bisa menjalankan misi agar Herbor bisa bersekutu kembali dengan kerajaan kerajaan lain berjalan lancar. Setelah itu aku pun memberitahu rencanaku kepada teman temanku dan mereka mendengarkanku dengan seksama. Kali ini yang ku pertaruhkan bukan hanya diriku dan temanku, tapi juga mempertaruhkan nasib dari negeri ini.
Wajah teman-temanku menjadi datar begitu mendengar rencanaku.
“Yakin nih zal? Pake rencana itu?” Tanya Akbar meyakinkanku.
“Iya! Kita harus yakin guys!” Kataku meyakinkan.
“Okelah! Gue setuju Kita pake rencananya Rijal!” Ucap Halim bersemangat.
Setelah rencana sudah kuberitahu, kami langsung bergegas mencari Frank namun sulit ditemukan.
Hingga akhirnya kami berjumpa pria yang membawaku ke istana ini. Aku heran, kenapa pria ini terlihat begitu dekat dengan Frank?
Kami pun bertanya kepada pria ini kemana perginya Frank. Sambil melipat tangannya di dada, pria itu hanya menjawab untuk segera mengikutinya tanpa memberitahu dimana Frank sebenarnya.
Tanpa pikir panjang kami pun mengikutinya. Aku berasumsi bahwa dia sedang menunjukan jalan untuk bisa bertemu Frank. Jalan yang kami lalui sama seperti ketika aku dibawa Frank menuju ruang bawah tanah beberapa saat lalu. Pria ini juga memberiku obor untuk penerangan. Apakah Frank ada di ruang bawah tanah?
“Your Majesty, they are already here!” Kata Pria ini saat kami sampai di ruang bawah tanah. Dia seperti memberitahu Frank jika kami sudah ada disini. Tapi tidak ada jawaban dari Frank sehingga kami mencoba masuk lebih dalam lagi.
Akhirnya kami menemukan Frank yang sedang duduk ditengah lingkaran lilin yang menyala remang-remang dalam gelapnya ruangan. Apa yang dilakukannya disini? Sendirian? Kami pun menghampirinya perlahan.
Semakin mendekat kepada Frank.., gelapnya ruangan semakin terasa. Sekarang, kami berempat berada di tengah-tengah ruangan yang cukup besar ini untuk mendekati Frank.
Setelah kami cukup dekat, Frank berkata, “Jadi, apa keputusan kalian?” Tanya Frank dengan matanya yang masih tertutup dikala duduk ditengah lilin-lilin yang menyala.
Aku terkejut Frank seperti sudah tahu apa yang ingin kami sampaikan. Aku pun memberitahunya jika kami sudah memutuskan untuk membatu membujuk kerajaan lain agar mau kembali bersekutu dengan Herbor. Tiba tiba lilin yang mengelilingi Frank padam, seketika kami tidak bisa melihat Frank lagi. sudah kupanggil namanya berkali kali namun dia tidak menjawabnya. "Frank! Frank?!" Panggilku.
...
Mendadak dari arah luar ruangan terdengar suara orang dewasa yang kukenali. Aku berbalik badan dan dikejutkan oleh Frank yang datang dari balik pintu membawa obor. “Rizal..Vivi..Halim..Akbar? kenapa kalian di sini?”
“F..Frank..Tolong jangan mengagetkan kami..,” Ucapku sambil gemetar seluruh tubuhku. “Kenapa barusan kau di sini sendirian? dan kenapa kau tiba-tiba saja menghilang dan muncul? kau ingin menjahili kami ya?” Tanyaku kepada Frank.
“Aku? Di sini? Apa kau tidak ingat kalau aku dan Jendral sedang pergi keluar istana saat kau makan tadi?” Ujar Frank yang berdiri bersama Pria yang membawa kami masuk ke ruangan ini baru saja.
“Ah..iya! kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada pria di sampingmu. Baru saja dia membawa kami masuk kesini untuk bertemu denganmu…, tapi kau sedang duduk sendiri disini dikelilingi lilin,” Jelasku.
Begitu Frank mendengar perkataanku, dia langsung menarik tanganku untuk keluar ruangan, pria disampingnya juga menarik tangan Vivi, Halim, dan Akbar. Aku tidak tahu kenapa, tapi setelah kami semua sudah berada di luar ruangan, Frank langsung mengunci ruang yang baru saja kami masuki.
“Apa yang kau katakan kepadaku didalam tadi?” Tanya Frank, matanya masih terbelalak.
“Kenapa Frank? Bukankah kau sudah tahu kalau kami akan membantumu membujuk kerajaan lain agar mau kembali bersekutu dengan Herbor?”
Frank dan pria disampingnya tampak terkejut dan saling bertatapan sesaat setelah aku mengucapkan jawabanku.
Ada apa dengan Frank?
“Yang kau temui sebelumnya didalam bukanlah aku.., namun.. dia adalah Vera..penyihir jahat dari Wrath yang bisa berubah meyerupai wujud orang yang kau kenal! Dia adalah bawahan dari Raja Quentin penguasa Wrath! manusia biasa tidak akan memiliki kesempatan berhadapan dengannya!”
Hah? Apakah disini penyihir seperti itu nyata? Mendengarnya saja membuatku sudah ingin menyerah dan pulang ke rumah.
“KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHU KEPADAKU SEJAK AWAL JIKA MUSUH YANG AKAN KITA HADAPI MEMILIKI KEMAMPUAN SEPERTI ITU?!”
Aku mengepalkan tanganku karena merasa kesal seperti telah dipermainkan Frank. Dia pikir siapa kami ini? kupikir dia sadar jika kami hanyalah remaja biasa! Namun dia memberikan tugas berbahaya ini kepada kami.
“Tenang dulu Rizal.., aku sendiri tidak tahu jika musuh akan sampai memata matai kita seperti ini,” Ujar Frank sambil menundukan kepalanya, “Aku tahu permintaanku sangat berbahaya untuk kalian, tapi--,”
“AKU TIDAK BISA APA APA FRANK! AKU HANYALAH REMAJA BIASA! AKU TIDAK BISA SIHIR ATAU APAPUN SEPERTI GUS..ATAUPUN VERA DAN LAIN SEBAGAINYA!”
Aku dengan cepat mengakhiri perkataan Frank untuk memberitahunya lebih dulu sebelum dia mengharapkan sesuatu yang berlebihan kepada kami.
“Ohh, apakah kau yakin?” Tanya Frank.
Sesaat kemudian tangannya terlihat memberi aba aba kepada pria disampingnya untuk menembakan anak panah kearahku.
Pria disampingnya langsung menarik busur di tangannya dan melepaskan tangannya dan melepaskan anak panah kearahku.
CUSSS!
Sontak aku kaget dan hanya bisa berpikir kalau ini adalah akhir hidupku. Aku memejamkan mataku sebelum akan terkena anak panah.
Kenapa Frank melakukan ini kepadaku? hanya itu pertanyaan yang ada dalam pikirku saat ini.
Namun, kenapa sampai saat ini aku tidak merasakan apa apa? Aku membuka mataku perlahan dan melihat Halim sudah berdiri didepanku.
“Lim!”
Aku bergerak kedepan untuk melihat kondisi Halim yang seperti menahan anak panah yang meluncur kearahku.
Aku melihat Halim seperti sudah menangkap anak panah yang sedang meluncur. Setelah itu, Halim langsung mematahkan anak panah di genggamannya dengan mudah.
Pria disamping Frank tiba-tiba menembakan anak panahnya kembali kepadaku.
Kali ini bukan ditangkap Halim, melainkan anak panah lainnya yang meluncur dari balakangku. Aku menoleh dan melihat Akbar dengan matanya yang tertutup sebelah seperti sehabis menembakan anak panah. Apakah Akbar mengahalau anak panah dengan anak panah lainnya?
"HYAAAA!!!!"
Belum selesai aku berpikir apa yang terjadi. Namun pria di samping Frank sudah berlari kearahku mengacungkan pedang yang ada di tangannya ke wajahku. Lagi dan lagi, pedang yang seharusnya sudah mendarat di wajahku, sekarang malah berhenti tepat di depanku bersamaan dengan tubuh pria itu yang terlihat kaku tidak bisa bergerak walaupun sepertinya dia sudah berusaha untuk bergerak.
Ada apa dengan pria ini?
“Kenapa kau ingin melukai Rizal?!” Suara Vivi terdengar dibelakangku namun saat ku melihat kebelakang tidak ada sosoknya.
Akbar yang melihatku seperti mencari cari sesuatu memberitahuku, “Nyariin Vivi Zal? Liat keatas..,” Ujar Akbar saat menunjukkan jarinya kearah atas. Dan benar saja, diatasku sekarang ada Vivi yang sedang melayang dengan matanya yang mengeluarkan cahaya.
Kenapa Vivi bisa melayang?
Dan pria yang ingin menyerangku barusan malah berputar putar seperti menari ballet.
Sekitar 5 menit pria itu berputar putar tanpa henti.
“Oke cukup Vivi! Cukup! Yang penting kalian sudah memperlihatkan kemampuan kalian kepada Rizal,” Ucap Frank.
“Oke aku akan berhenti,” Sahut Vivi. Seketika setelah Vivi mengatakan ingin berhenti, pria yang tadinya berputar putar sekarang tiba tiba berhenti dan terjatuh, di saat yang bersamaan Vivi juga sudah tidak melayang lagi.
Kenapa teman temanku jadi seperti ini?
Aku masih tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Nyawaku hampir terenggut tiga kali, namun tiga kali juga nyawaku diselamatkan oleh teman-temanku.
Entah benar atau tidak, namun apa yang kulihat tidak akan membohongiku. Pertama, Halim dapat dengan mudah menahan anak panah yang sedang meluncur deras dengan tangan kosong. Kedua, Akbar bisa memanah anak panah yang sedang meluncur cepat kearahku. Dan ketiga mungkin yang paling gila, Vivi bisa melayang di udara dan matanya mengeluarkan cahaya! Aku masih syok saat ini.
“Kamu gak papa Zal?” Tanya Vivi yang menghampiriku begitu dia mendaratkan kakinya di tanah.
Aku tidak bisa menjawab apa apa.
“Halah.., Rijal gak papa Vi..,” Celetuk Halim sebelum aku menjawab Vivi.
"Iya juga sih..," Kata Vivi.
Frank kemudian datang menghampiriku dari sudut ruangan. Dia meminta maaf kepadaku.
“Maaf Rizal, aku tidak bermaksud melukaimu, aku hanya ingin menunjukan jika aku menyuruh kalian membantuku karena kalian memang sanggup melakukannya,” Jelas Frank, “Ada hal yang kulupa beritahu kepadamu jika teman temanmu sudah menemukan kelebihan dalam diri mereka, Sama seperti Gus ratusan tahun lalu.., sepertinya setiap pengelana dunia lain selalu diberi anugerah kekuatan begitu tiba di Equaterald..aku jadi iri,”
“Kekuatan? kekuatan apa?”
...----------------...
[CATATAN] :
Perlu diingat jika temen temennya Rizal udah dateng 2 hari lebih awal daripada Rizal di negeri ini. Oleh karena itu, Rizal tidak mengetahui bagaimana cara temen temenya bisa dapet kekuatan mereka. Hanya temen temenya dan Frank yang tau cara mereka bisa dapet kekuatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments