RIZAL
Akhirnya perjalanan kami di mulai. 17.000 orang terbaik Herbor, Mirkav, dan Yarashima, membentuk sebuah pasukan besar dari Equaterald. Semua berderap maju menuju Lynden, beriringan. Bersama-sama, tidak ada hal apapun yang menggentarkan tekadku saat ini.
Kami berkuda ditemani langit senja. Aku dan teman-temanku yakin bahwa kami bisa menang.
...
...
Setiap detik perjalanan ini sangatlah berarti bagi kami.
Tujuan kami bersatu pada hari ini, adalah untuk kembali merebut kerajaan Lynden yang saat ini sedang diambil alih oleh kerajaan Wrath dibawah komando Raja Quentin dan Vera si penyihir.
...
Matahari mulai tenggelam. Gelap malam mulai menyelimuti kami semua. Kami berkuda pada malam hari tanpa menggunakan penerangan karena kami ingin musuh tidak menyadari kedatangan kami ke Lynden. Aku tidak mau ada mata-mata Wrath yang melihat kedatangan kami.
Berkuda pada malam hari memang beresiko tinggi. Setiap waktu merupakan ancaman. Pasukan Groth bisa menyerbu kami kapanpun.
Aku dan yang lainya mempercepat pacuan kuda kami. Dan yang paling penting, harus tetap senyap.
Sejauh ini, hampir setengah jalan sudah di tempuh menuju Lynden, kami berkuda tanpa kendala. Saat ini kami berada di suatu lembah di ujung perbatasan Herbor. Belum ada tanda tanda kehadiran Groth. Semuanya berjalan dengan baik.
...
...
...
Hmm.., Nampaknya Aku berbicara terlalu awal.
...
AAAAARRRGH!
Dalam gelapnya malam, hanya terdengar suara penunggang kuda di depanku. Dia terjatuh dari kudanya yang membuatku dan penunggang lain yang berada di belakangnya terjatuh karena menghantam tubuh orang itu.
Bukan hanya sekali, penunggang selanjutnya juga terjatuh dengan keras.
Aku yang terbaring di tanah, hanya bisa melindungi kepalaku di saat pasukan masih memacu kuda mereka. Dalam gelap seperti ini, jelas mereka tidak melihat seseorang yang sedang terjatuh. Aku dan beberapa orang yang terjatuh berusaha untuk berteriak meminta tolong.
Selang beberapa saat, sepertinya Frank menyadari hal ini. Frank pun menyuruh semuanya untuk berhenti.
Aku akhirnya bisa bangkit berdiri untuk melihat keadaan dua penunggang kuda yang terjatuh tadi. Aku meraba tubuh orang yang sudah lemas itu. Dan aku menemukan anak panah yang tertancap di tubuh orang itu. Dengan panik aku memanggil manggil Frank dan lainnya. Frank, Tadano, dan Krapov bergegas menghampiriku. Aku menunjukan kepada mereka apa yang sudah kutemukan. Mereka sangat terkejut melihatnya.
“WE ARE AMBUSHED!”
Frank menyerukan kepada semua kalau kita sedang disergap musuh. Dengan sigap para prajurit langsung berada di posisinya masing masing. Pasukan pemanah berada dibelakang pasukan bertombak. Kami sangat siaga sekarang.
...
“Light the torch!"
Karena sepertinya posisi kami sudah diketahui musuh, Frank memerintahkan kami semua untuk menyalakan obor.
Obor-obor mulai dinyalakan satu persatu. Tetap berdiri dalam gelap sudah tidak ada gunanya lagi karena sepertinya musuh sudah mengetahui kedatangan kami.
Setelah bisa melihat dengan jelas, ternyata kuda ku sudah tidak ada lagi di sisiku. Nampaknya kuda ku melarikan diri entah kemana disaat kekacauan tadi.
Tapi kenapa serangan musuh sudah berhenti?
Frank lantas menyuruh kami semua untuk maju perlahan kedepan. Ini sangat mencurigakan. Kenapa keadaan menjadi senyap sekali?
“Frank.., apakah kita disergap..?” Tanyaku dengan lirih kepada Frank.
Frank menggelengkan kepalanya. Dia mengatakan yang menyergap kita bukanlah Groth. Frank mengatakan kalau yang menyergap kita adalah menghuni asli lembah ini.
...
Malam ini adalah rasa takut yang sesungguhnya. Dihantui rasa cemas akan sesuatu yang ada di dalam gelapnya malam. Mental kami benar benar di uji saat ini. Kami harus menunjukan bahwa kami tidak takut kegelapan.
Kami semua masih siaga menunggu pergerakan musuh. Namun belum ada pergerakan atau serangan lanjutan yang kami terima.
KRAAAK!
Terdengar dengar sesuatu seperti ranting patah dari balik bebatuan di pinggir jalan setapak.
Aku mencoba maju sendirian dengan disaat yang lain tidak ada yang berani maju. Diam diam Vivi ternyata mengikutiku di belakang.
“Vi! ngapain ikut.., bahaya,” Aku memperingatkan Vivi namun tidak dihiraukannya. Dia tetap mengikutiku walaupun sepertinya ketakutan.
Aku semakin dekat dengan asal suara itu. Aku masuk lebih jauh agar dapat memeriksa lebih jelas. Aku sudah bersiaga membawa pedang di tanganku dan Vivi juga sudah siaga. Jantungku tidak bisa berhenti berdegup kencang. Dengan mengumpulkan seluruh keberanianku, aku melompat maju ke arah bebatuan.
“HYAAAT!”
Aku mengayunkan pedangku tanpa arah, mencoba melindungi diriku sendiri. Namun setelah pedang terus kutebas ke segala arah. Tanganku serasa ditahan oleh seseorang yang membuat ayunan pedangku terhenti.
Aku mengarahkan obor kedepan tanganku yang serasa di pegang oleh seseorang.
Semakin kumajukan obor, semakin jelas pula sosok yang menahan tanganku ini. Terlihat dua orang pria bertubuh kekar dengan pakaian minim tampak membawa busur panah dan sedang bersembunyi dibalik batu. Mereka tampak ketakutan.
Aku mencoba berbicara dengan mereka. Namun mereka hanya diam saja, entah karena takut atau karena tidak paham apa yang kukatakan. Aku lantas menyuruh Vivi untuk menjaga mereka agar tidak kabur dengan membuat mereka tidak bisa bergerak, sementara aku pergi memanggil yang lain untuk melihat hal ini.
...
Setelah itu, aku pun kembali datang bersama Frank. Dengan pedang yang mengacung kedepan, kami berdua mendekati lokasi yang kumaksud. Dua orang yang sedang Vivi jaga ini terlihat semakin ketakutan ketika bayangan Frank mulai mendekati. Namun setelah Frank mendekati, mereka langsung tenang dan tidak ketakutan lagi.
Bahkan salah satu dari dua orang asing ini berkata, “Frank? Is that you?” Seolah dia sudah mengenal Frank.
Apa ini? Apakah orang ini benar mengenal Frank?
Setelah melihat dua orang mencurigakan ini, Frank langsung menghela napasnya. Frank langsung menurunkan pedangnya, “Chief Leoxar? What are you doing here?”.
Sepertinya mereka saling mengenal.
Frank memberitahuku jika dua orang ini berasal dari suku Eremid yang mendiami lembah Herima di ujung perbatasan Herbor ini. Frank juga mengenalkanku kepada kepala suku mereka yang bernama Leoxar.
Karena keadaan sudah terkendali, aku dan Frank pun menyimpan kembali pedang kami.
"Vi.., lepasin mereka," Alu juga meminta agar Vivi melepaskan kedua orang ini agar dapat kembali bergerak, setelah sebelumnya kaku akibat dari kekuatan Vivi.
"Oke Zal," Vivi pun melepaskan mereka.
Frank lantas menanyakan kepada Leoxar apa yang dia lakukan di tengah malam seperti ini. Leoxar menjawab kalau mereka sedang patroli. Hal ini mereka lakukan lantaran belakangan ini gerombolan Groth sering lewat lembah Herima.
Setelah itu mereka meminta maaf kepada kami karena sudah salah memanah orang. Frank sudah memaafkan mereka.
Walaupun begitu, dua orang ini masih penasaran mau pergi kemana kami semalam ini.
Aku menjawab jika kami sedang dalam perjalanan menuju Lynden karena kerajaan itu sedang diambil alih oleh pasukan Groth. Aku memberitahu jika tujuan kami kesana adalah untuk merebutnya kembali dari tangan musuh.
Mendengar ucapanku, Leoxar langsung mengatakan jika Hal itu mustahil dilakukan, sebab saat ini Lynden sudah dipenuhi para Groth. Leoxar juga memperkirakan jumlah Groth yang mendiami Lynden sudah ada sekitar 20.000.
Frank pun terkejut dengan ucapan Leoxar, Namun Frank tetap optimis kami bisa merebut Lynden.
Leoxar mengatakan bahwa kami perlu lebih banyak pasukan untuk memenangi perang ini. “If you want to win. Then you need more than this Horses army,” Ucap Leoxar.
Namun Aku mengatakan kepada Leoxar jika kami tidak punya pasukan lagi. “But there’s nothing more..,”.
Leoxar menoleh kearahku. “It is an honor for the Eremid tribe to be able to help you in this war,” Dan Leoxar pun menawarkan bantuan kepada kami.
Leoxar berkata jika bantuan ini adalah bentuk rasa terimakasih dari suku Eremid yang selama ini selalu dibantu oleh kerajaan Herbor, yang senantiasa menjaga alam sekitar sehingga suku Eremid bisa berburu dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lembah ini.
Frank menjawab tawaran Leoxar. “We are happy to receive your help,” Sahut Frank disisiku. Frank dengan senang hati menerima tawaran bantuan dari suku Eremid.
Sesaat kemudian, orang di samping Leoxar membunyikan terompet beberapa kali hingga nampak ratusan orang yang muncul dari balik bebatuan di lembah Herima ini. Dengan membawa obor di tangan mereka, orang-orang suku Eremid terlihat memiliki fisik di atas rata-rata.
...
Dengan menggunakan bahasa sukunya, Leoxar nampaknya sedang memberi arahan kepada orang orang Eremid agar ikut membantu kami untuk merebut Lynden.
“There’s nothing we hate more than that rotten Groth!” Gumam Leoxar dengan raut muka kesal. Gaungan suara khas orang orang suku yang sedang berkumpul juga membuat para pasukan Herbor, Mirkav, dan Yarashima bersemangat.
…
Dalam keadaan seperti ini aku bertanya kepada Vivi yang berada disampingku. “Vi..Akbar sama Halim mana? perasaan sejak berangkat dari Herbor, aku belum liat mereka lagi.., kamu tau gak mereka dimana?"
Vivi menoleh kearahku, dia mengatakan bahwa Akbar dan Halim sepertinya ada di tengah-tengah kerumunan Pasukan. Dan setelah aku dan Vivi cari, kami tidak bisa menemukan mereka.
“HALIIM..AKBAAR!” Teriakku untuk mencari mereka. Namun itu sia sia karena suara dari para pasukan yang sedang bersorak sangatlah keras.
…
HALIM
Aduh ini si Rijal sama Vivi kemana sih? Ngilang boleh, tapi kalo gelap gelap gini jangan ngilang lah.
Saat ini, gue sama Akbar sekarang ada di tengah-tengah pasukan. Mungkin Vivi sama Rijal ada di barisan depan. “Bar.., ayo kita nyempil kedepan aja,”.
“Yakin Lim? Badan lu kayaknya gabakal muat kalo nyelip-nyelip hahaha,” Kata si Akbar.
Kalo dipikir pikir bener juga kata Akbar, gue gabakal muat kalo nyempil-nyempil, badan gue kan gede.
“Ya terus gimana? Kita mau nungguin aja?”
“Hmmm,” Akbar kayaknya lagi mikir.
Di saat gue lagi ngobrol sama Akbar, tiba tiba dari depan barisan, gue denger Frank udah nyuruh kami buat jalan lagi.
"Si Frank udah nyuruh lanjut tuh Bar.., ayolah.. kita lanjut jalan dulu aja, nanti aja nyari si Rijal sama Vivi,"
"Yaudah yok..,"
Gak ada pilihan lain, gue sama Akbar pun ikut ngelanjutin perjalanan. Obornya dimatiin lagi sama yang lain. Katanya sih harus tetep hati hati.
Tapi kok menurut gue ini gak begitu berguna ya? Soalnya kan walaupun udah gak pake penerangan juga musuh tetep bisa denger suara 17.000 kuda lari.., Iya gak sih? Meski kayak gitu, gue tetep menghormati keputusan Frank.
Sepanjang jalan, Gue sama Akbar sesekali nengok nengok nyari Rijal sama Vivi tapi percuma aja, orang gelap hehe. Tapi gue sama Akbar tetep manggil manggil mereka, harap harap mereka denger suara kami.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Luqman Hakim
udah thor, sejak chap 17 dapet undangan 😅
2022-09-08
4
?????
kalo karya hasil sendiri minimal 20 chap bisa mengajukan kontrak.. semngat thor...👍👍👍👍
2022-09-08
2