RIZAL
Beberapa hari ...sudah kulalui dengan latihan dan juga menggali informasi tentang kerajaan-kerajaan yang ingin kami datangi.
Aku jadi jarang berjumpa dengan teman temanku belakangan ini karena aku sibuk sendiri. Mungkin dalam sehari hanya bisa bertemu saat makan dan ingin tidur. Sisi baiknya adalah kemampuanku dan teman-teman semakin meningkat. Akbar dengan bahasa asingnya yang semakin lancar, serta Vivi yang semakin paham menggunakan kekuatannya telekinesisnya.
Pagi ini kami akan menjalankan misi sesuai rencana yang sudah kubuat. Aku dan Halim akan menuju Mirkav, sementara Akbar dan Vivi menuju Lynden. Semalam Frank mengatakan jika paling tidak perjalanan akan memakan waktu sehari sampai dua hari.
Aku dan Halim akan pergi ke Timur menuju kerajaan Mirkav. Vivi dan Akbar menuju Lynden di Barat. Kami berkuda dengan beberapa prajurit Herbor yang memandu kami.
...
“Okeh, semua dah siap?” Tanyaku kepada mereka bertiga.
“SIAP!!” Ujar mereka dengar semangat.
Sekarang sudah tidak ada lagi kata mundur untuk kami berempat.
…
VIVI
Pelana kuda telah terpasang, baju zirah sudah terpakai. Aku dan Akbar pergi menuju Lynden menggunakan kuda, diikuti beberapa pasukan pengawal dari Herbor.
Dalam perjalanan, aku kembali memikirkan keberhasilan rencana ini. aku tidak mau gagal dan membuat semua usaha Rizal dan teman teman kecewa.
“Kalian percaya Gue kan?”
Ucapan Rizal kala memberi rencana waktu itu masih kuingat.
Aku sebenarnya sangat takut menjalankan misi ini. aku sangat takut menjadi beban pada misi ini.
“…sejauh yang Gue tau, setiap kerajaan punya warna identitas masing masing,”
Suara Rizal waktu itu masih terdengar.
“..kamu kan pakaiannya putih kan vi.., maka dari itu, kamu sama Akbar bakal satu tim buat misi ke Lynden. Ceritanya kalian berdua adalah perwakilan dari Mirkav dan Yarashima”
Saat ini, aku hanya bisa berdoa untuk kelancaran rencana ini.
Aku, Akbar, dan beberapa prajurit yang mengiringi perjalanan kami terus berkuda sepanjang hari. Ketika malam tiba, kami tetap berkuda menembus malam.
Hingga aku terbangun karena seseorang yang menepuk pundakku.
“Excuse me Vivian,” Kata seorang penunggang kuda kepadaku. “We have reached the border, now you guys will continue on your own from here,” Kata seorang penunggang itu. Dia mengatakan bahwa kami hanya diantar sampai perbatasan kerajaan saja, seterusnya kami harus berkuda sendiri.
Setelah rombongan kami pergi, sekarang tinggal aku dan Akbar yang tersisa. Kami menunggangi seekor kuda, Akbar lah yang duduk didepan dan aku di belakang. Makanya aku bisa tidur dengan nyenyak semalam, namun sepertinya Akbar tidak tidur.
…
Dari kejauhan terlihat wilayah kerajaan Lynden yang dikelilingi padang rumput hijau indah.
Saat memasuki pemukiman masyarakat Lynden, kami melihat banyak ornamen dan ukiran berwarna hijau.
“Ternyata Rizal bener, kerajaan Lynden emang warna kebesarannya hijau,” Ucapku.
Sepanjang jalan di pemukiman, aku mendengar samar orang orang seperti berbicara tentang kita. Mungkin mereka bertanya tanya, apa urusan orang Mirkav dan Yarashima di Lynden?
“Vi, Jangan keluar dari rencana ya,” Ucap Akbar.
“I..Iya Bar, aku usahain,” Sahutku.
“Kalian hati-hati ya!”
Kata Rizal semalam sebelum kami berangkat kembali teringat.
Kami tiba di depan gerbang istana Lynden yang megah. Di sana kami disambut masuk oleh para penjaga.
Setelah masuk, kami bertemu dengan Raja kerajaan Lynden. Aku dan Akbar pun berlutut dihadapan sang Raja yang sedang duduk di kursinya.
Aku diberi tahu oleh Rizal perihal tata krama di kerajaan Lynden, salah satunya adalah berlutut dihadapan Raja.
“Oke Vivi! kamu pasti bisa!” Gumamku meyakinkan diriku agar mampu menyelesaikan misi ini.
Aku mengatakan kepada sang Raja bahwa kami berdua adalah utusan dari kerajaan Yarashima dan Mirkav untuk memohon agar Lynden mau kembali bersekutu kembali dengan kerajaan lain.
Aku mengatakan kepada Raja Lynden jika seluruh kerajaan harus kembali bersatu agar kerajaan lain bisa membantu Lynden disaat Wrath mengancam.
Disela sela aku berbicara, tiba tiba sang Raja memotong ucapanku. Dia menolak penawaranku.
Kenapa ini? Padahal aku sudah mengikuti kalimat yang di contohkan Rizal.
Setelah itu sang Raja menjelaskan alasan mengapa dia menolak tawaranku.
Usut punya usut, ternyata sang Raja mengatakan jika bekerjasama dengan Mirkav dan Yarashima hanyalah omong kosong. Menurutnya, Mirkav dan Yarashima adalah kerajaan lemah yang hanya terus bertahan dari serangan Wrath selama ratusan tahun dan tidak pernah menyerang balik.
Sebenarnya aku geram mendengar ucapan sang Raja yang seperti tidak menghargai perjuangan Mirkav dan Yarashima dengan nada ucapannya yang seperti menyepelekan. Aku mencoba berkali kali meminta maaf atas nama kerajaan Yarashima dan Mirkav kepada sang Raja. Namun karena Raja sedang emosional, dia tidak bisa menerima penjelasanku. Ditambah lagi, dia mengatakan jika satu tahun lalu istri sang Raja gugur karena Lynden diserang tiba tiba oleh Wrath. Gugurnya sang Ratu menurutnya karena Mirkav dan Yarashima tidak mau datang untuk membantu mereka.
Nampaknya sang Raja meluapkan kekesalannya kepada Mirkav dan Yarashima, sebab kenapa baru mengajak bekerjasama sekarang? Kenapa tidak dari dulu?
Lynden mungkin terlihat bagus dari luar, namun mereka meninggalkan lubang masalah yang cukup besar didalamnya. Sekarang aku mengerti perasaan sang Raja.
Aku kembali meyakinkan sang Raja untuk mau kerjasama agar kejadian seperti itu tidak terjadi lagi. Tapi dia hanya duduk terdiam mendengar permohonanku.
Mungkinkah aku terlalu terburu buru membuat permohonan? Aku tahu kondisi emosi sang Raja saat ini sedang tidak baik. Aku hanya bisa berharap sang Raja mau menerima permohonanku walaupun sepertinya sulit.
Hingga kemudian dia berdiri dan berkata, “you can leave this palace now, please..,” Yang artinya kami bisa meninggalkan kerajaan sekarang juga.
“But.., the agreement?--,” Aku menanyakan bagaimana keputusannya tentang ajakan kerjasamaku.
Namun sang Raja tidak menghiraukannya, bahkan dia mengancam akan memanggil penjaga jika kita tidak segera pergi.
“Alright then, we will go.., thanks for the welcome, your highness King,” Kami pamit undur diri kepada sang Raja.
“Ayo Bar, kita keluar.., dah gak ada yang bisa kita lakuin disini,” Ucapku menahan rasa sedihku.
Kami berjalan keluar dari istana dengan sedih. Tak disangka misi ini gagal begitu saja.
Aku masih berharap bisa memutar waktu sepuluh menit yang lalu untuk memperbaiki kesalahanku yang terlalu memaksa dan terburu-buru. Namun aku tau itu mustahil.
Kami pun berjalan menuju kuda kami di depan istana. Kami hanya memikirkan apa yang harus kami katakan kepada Rizal nanti.
Saat kami ingin menaiki kuda, tiba tiba terdengar suara lonceng dari atas sebuah menara ditengah pemukiman warga. Suaranya yang kencang membuat kami penasaran dan mendatangi menara lonceng itu.
Kami melihat para warga sekitar berlari berlawanan arah dengan kami untuk menuju istana dengan raut wajah panik.
Kenapa mereka berlari menuju istana?
Lalu dari arah istana dengan cepat, pasukan berkuda dari Lynden menuju utara kearah perbatasan. Mereka terlihat tergesa-gesa sambil membawa perlengkapan senjata.
Dari gema suara para pasukan yang lewat, hanya satu kalimat yang jelas kudengar, “GERYON IS COMING!” Itulah kalimat yang kudengar.
Pasukan Lynden sepertinya terlihat tidak begitu tangguh. Aku bisa merasakan di mata mereka begitu banyak rasa takut yang dihadapi. Aku penasaran, apa yang membuat mereka ketakutan seperti itu.
“Vi, ini ada apa sih? Kok banyak pasukan berkuda ke utara?” Tanya Akbar kepadaku.
“Yang aku denger, katanya Geryon datang! Gitu sih kata mereka” Jawabku.
“Apaan tuh Geryon?” Tanya Akbar kembali.
Aku juga tidak begitu paham keadaan yang terjadi saat ini. oleh karena itu, kami berdua memutuskan ikut berkuda dengan para pasukan menuju perbatasan kerjaan. Dalam perjalanan, aku memejamkan mataku, mencoba menerawang jauh kondisi di depanku.
Aku merasakan beberapa sosok besar dengan pancaran energi kekuatan yang besar. Sayangnya aku tidak bisa melihat wujudnya, aku hanya bisa merasakan kekuatan besar yang dimiliki makhluk ini walaupun belum melihatnya secara langsung.
Selama perjalanan menuju perbatasan, aku melihat banyak pasukan yang mundur kembali ke istana dengan raut wajah ketakutan. Sekarang, hanya kami dan beberapa pasukan yang ada di perbatasan kerajaan.
“..Lynden itu pasukannya bisa dibilang paling lemah diantara lainnya, gak tau kenapa..,”
Aku masih ingat ucapan Rizal semalam. Aku semakin paham alasan kenapa Lynden lemah dalam pertahanan. Itu karena pasukan mereka tidak memiliki mental bertarung yang kuat.
…
Disela-sela keadaan yang menegangkan, aku melihat dari arah pegunungan utara, datang tiga sosok makhluk berbadan besar dan kekar berzirah besi. Makhluk itu memiliki empat tangan ditubuhnya. Tinggi makhluk itu dua kali ukuran orang pada umumnya.
Terdengar suara makhluk itu begitu mengekang telingaku, membuat para pasukan di sekeliling juga terlihat gentar menghadapinya.
Apakah makhluk itu yang mereka namakan Geryon?
“Prepare the Archers! Attack the Geryon!” Kata seorang pasukan. Dia memerintah pasukan pemanah untuk bersiap menyerang makhluk itu.
Aku rasa anak panah tidak akan bisa melukai makhluk makhluk itu. Perasaanku benar, tidak satupun anak panah yang menggores tubuh besar dengan zirah besi itu.
Para pasukan Lynden terlihat mencoba maju melawan makhluk itu dengan kemampuan mereka, namun mereka dengan mudah dikalahkan. Makhluk itu nampak tidak memiliki celah untuk diserang jarak dekat.
Aku bertanya kepada salah satu pasukan. Apakah mereka memiliki meriam atau senjata berat lainya. Namun mereka menjawab tidak memiliki meriam ataupun lain sebagainya. Pantas saja pasukan mereka lemah.
Para Prajurit sudah kewalahan, mereka terlihat takut saat Geryon semakin mendekat. Disaat para pasukan ingin mundur, mendadak dari belakangku datang beberapa pasukan berkuda, termasuk Akbar yang datang untuk menerjang tiga makhluk besar itu.
CLAANNKK!
Diluar dugaanku, Akbar bersama beberapa pasukan Lynden berhasil mengalahkan dua dari tiga makhluk itu. Suara pedang yang menghantam baju besi Geryon terdengar nyaring. Kelincahan dan kecepatan Akbar yang luar biasa sangat berpengaruh.
“Akbar lincah banget! Gampang banget ngehindar dari serangan!” Gumamku.
Namun satu Geryon yang terbesar masih bertahan. Aku merasakan kekuatan Geryon terakhir ini lebih besar daripada sebelumnya. Disaat Akbar dan lainnya sedang berjibaku dengan Geryon yang paling besar itu, aku mencoba mengeluarkan kemampuan telekinesisku, namun anehnya aku tidak bisa menggunakannya. Sekali lagi aku mencoba namun memang benar benar tidak bisa.
Aku memang selalu kesulitan mengeluarkan kekuatan disaat tidak bisa fokus.
“Ayo Vivi..kamu pasti bisa!” Aku meyakinkan diriku sendiri. Aku menutup mataku dan mencoba fokus kepada satu titik.
Disaat mataku sedang tertutup, aku mendengar kembali seorang prajurit yang memberikan aba aba para pemanah untuk melepaskan anak panahnya.
Ya! Inilah kesempatanku!
Aku mencoba membayangkan diriku adalah sekumpulan anak panah yang diluncurkan, aku yakin bisa mengendalikan laju dari anak panah itu agar fokus menyerang salah satu makhluk itu terlebih dahulu. Aku merasakan diriku seakan akan terbang. Kali ini aku menargetkan sepasang mata makhluk itu.
CYUSSS!
Aku membuka mataku sekarang dan merasakan kekuatanku sudah muncul kembali. Hujan anak panah yang ku kendalikan berhasil menghujam badan dari Geryon yang terakhir. Terdapat beberapa anak panah yang berhasil menancap di mata makhluk itu.
Seketika, makhluk itu mengerang kesakitan. Dan pada saat yang bersamaan, aku melihat Akbar dan yang lain mengambil kesempatan itu untuk menghajar makhluk itu habis habisan.
Saat ini Geryon benar benar terpojok, puncaknya ketika Akbar menebas salah satu lengan makhluk itu sampai putus, membuat Geryon berlari kembali ke arah pegunungan.
Aku dan Para Prajurit Lynden sangat senang melihat Geryon lari pontang-panting kembali ke Utara menuju pegunungan.
Kami juga ikut senang melihat para prajurit kembali mendapat kepercayaan diri mereka. Setelah itu, aku dan Akbar beserta para pasukan kembali menuju istana. Disana, kami disambut meriah oleh para warga yang sedang di istana, tak terkecuali adalah sang Raja, dia senang melihat rakyatnya kembali aman setelah kami mengalahkan Geryon.
Sang Raja menghampiri kami sambil berterimakasih kepada kami berdua. Wajahnya terlihat sangat senang.
“You're welcome, we're also happy to help the Lynden kingdom,” Kataku kepada sang Raja. Aku mengatakan jika aku juga senang bisa membantu Lynden karena setiap kerajaan adalah saudara.
Sejak pertama kali bertemu, baru sekarang aku melihat Raja Lynden tersenyum.
Mata sang Raja seperti berkaca kaca. Hingga sang Raja berterimakasih kembali kepada kami berkali kali. Hingga aku akhirnya izin untuk kembali ke kerajaan kami kepada sang Raja karena sepertinya tugas kami disini sudah selesai.
“Ayo Bar, kita pulang!” Ajakku kepada Akbar.
“Hah.., udahan nih? Yakin? Terus urusan Lynden mau gimana?” Ucap Akbar.
“Iya pulang dulu.., udah ayok gapapa,”
Kami berdua pun pergi meninggalkan kerumunan menuju tempat dimana kuda kami berada.
“WAIITT!” Seseorang berteriak. “Hey! You two!” Ternyata orang itu adalah sang Raja yang kembali menghampiri kami.
“Can I help you?” Tanyaku.
“I have decided that Lynden will become Mirkav and Yarashima ally…once again!” Ucap sang Raja dengan lantang disambut tepuk tangan para orang yang mendengarnya. Akhirnya Raja Lynden memutuskan untuk kembali bersekutu dengan Mirkav dan Yarashima. Aku sangat senang.
Aku lah yang saat ini berbalik mengucapkan terimakasih kepada Raja yang dibalas senyuman olehnya.
Aku pun memberitahu Akbar bahwa misi kita sudah terselamatkan. Aku dan Akbar berhasil menjalankan misi ini, kami bisa kembali ke Herbor dengan tenang.
Sekarang, kami berharap keberuntungan juga menyertai Rizal dan Halim agar misi mereka di Mirkav bisa berjalan dengan baik dan berhasil.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments