RIZAL
Derap langkahku sudah memasuki ruang istana yang besar itu, yang kurasakan hanya rasa tidak percaya dengan realita ini. tempat apa ini? Dimana aku? Hanya itu yang aku pikirkan sepanjang waktu.
Walau otak berkata menangislah, tapi hatiku tetap berkata tegarlah.
Setelah semakin jauh aku masuk ke dalam tempat ini, dari jauh nampak beberapa orang yang menggunakan pakaian abad pertengahan sedang makan bersama di sebuah meja panjang. Dari orang orang itu, salah satu pria diantaranya mengenakan mahkota emas berbentuk sayap elang di kepalanya. Aku berpikir bahwa dialah sang Raja di kerajaan ini.
…
“Rizal! Rizal! Sini cepetan!”,
Tiba-tiba terdengar Suara yang kukenal dari seorang perempuan yang sedang makan di meja itu. Setelah kuamati dengan cermat, wajah perempuan berambut panjang itu seperti sudah pernah kulihat sebelumnya.
“Sini sini. Yok makan dulu,”
Ternyata itu adalah Vivi! Aku tidak menyadari itu dirinya karena dia memakai gaun putih yang anggun.
Kenapa ada Vivi disini?
“Iya nih, malah bengong aja lu jal hahaha!”
Dan ada orang tegap yang kulihat duduk disampingnya adalah Halim. Dia terlihat sangat cocok mengenakan pakaian abad pertengahan berwarna Hijau. Hah?! Ada Halim juga? Jangan bilang kepadaku jika Akbar juga ada disini..,
“Dah, duduk dulu zal… Mau makan apa nggak terserah lu Dah, Kita kira lu gak akan dateng ke sini,”
Benar saja.., pria yang memakai pakaian Merah itu adalah Akbar.
“Iyanih, aku kira juga Rizal yang akan dateng, aku dah terlanjur sedih. Tapi akhirnya lu dateng hehe,” Kata Vivi. Wajahnya terlihat gembira.
Namun tetap saja, aku masih belum mengerti apa yang terjadi. “B..B..Bentar.., K..Kokk kalian ada di..sini?”
“Hihihi, lucu kamu Zal ngomongnya gagap begitu,” Vivi berbicara sambil tertawa.
“E…E.., yang se..rius dong..kok kalian ada di sini? Bukanya kalian barusan lari keluar rumah karena gempa?” Tanyaku kebingungan.
Entah apa yang lucu, namun mereka bertiga langsung menahan tawa begitu aku bertanya.
“Kita udah di sini dua hari lalu..,” Jawab Akbar dengan singkat.
“HAAHHH!” Aku terkejut, “Jangan bercanda lu!”
“Udah Gue duga lu gak akan percaya,” Ucap Akbar, Sesaat kemudian Akbar pun terlihat mengambil sesuatu dari dalam pakaiannya. “Liat nih..,”
Akbar ternyata mengambil apel busuk dan meletakkannya diatas meja. Akbar mengatakan jika ini adalah apel yang dia ambil dari rumahku. Aku masih mengingat betul stiker yang tertempel pada apel ini yang bertuliskan ‘apel malang’ karena aku sendiri yang membelinya.
“I..Ini kan?!”
“Iya,” Jawab Akbar singkat, “Liat nih, gimana bisa apel yang masih seger tiba tiba jadi busuk? Kalo beneran Gue boong udah dua hari kita ada di sini pasti apel ini masih seger kan?” Ucap Akbar meyakinkanku. Aku melihat wajah Vivi dan Halim juga tidak terlihat bercanda.
“T..Tapi kan.., padahal kalian baru keluar lima menit," Aku masih belum bisa menerima penjelasan Akbar. Aku juga terkejut saat mendengar bahwa mereka sudah sampai dua hari lalu, “Gimana lu semua bisa ada disini juga? terus.. kok baju lu semua ganti? Sebenernya apa yang terjadi sih?” Tanyaku yang panik.
“Baju lu juga ganti tuh jal, haha,” Kata Halim sambil menunjukku.
Saat kulihat sendiri memang pakaianku sudah berganti menjadi pakaian bernuansa biru khas abad pertengahan. “Loh kok bisa gini?!” Heranku.
Melihatku yang kebingungan, teman temanku tertawa. Apakah hanya aku yang terlihat seperti orang aneh disini?
“Rizal..,”
Ada suara orang asing yang memanggilku.
“Apa?” Kataku sambil menengok mencari datangnya asal suara.
“Rizal, itu namamu bukan? Dari kemarin teman temanmu terus mengatakan kata itu, ternyata itu namamu ya?” Ternyata itu suara dari orang asing yang mengenakan mahkota. Wajahnya seperti orang Eropa atau semacamnya.
Aku masih diam dan tidak menjawab orang asing itu. Aku masih takut menjawabnya.
“Zal, dipanggil tuh,” Ujar Akbar.
“L..Lho..,k..kok anda bisa bahasa indonesia?” Tanyaku kepada orang asing itu. Aku keheranan karena orang asing ini bisa berbahasa indonesia dengan nada yang tepat.
“Indonesia? Apa itu Indonesia?” Orang ini berbalik tanya.
“Indonesia..itu..ya.., itu nama negara pak..eh Raja,” Ucapku. Aku tidak tahu harus berkata apa.
“Begini aku tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi bahasa yang sedang aku gunakan adalah bahasa yang ada di ramalan agung ratusan tahun lalu, aku mengetahui bahwa kalian adalah orang orang yang di maksud dalam ramalan setelah teman temanmu berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama dengan yang ada di ramalan agung,” Ucapnya. “Dan, tolong jangan panggil aku pak, namaku George Franklin. Kau bisa memanggilku Frank. Aku adalah Raja kerajaan ini.., kerajaan Herbor.., tapi mungkin kau sudah menyadarinya,” Lanjutnya.
Apakah aku benar boleh memanggilnya Frank?
“Ratusan tahun? Apa apaan nih?” Dalam hatiku, “Tapi pak..eh, Frank.., bagaimana kami bisa datang ke tempat ini? saya masih tidak paham?” Aku bertanya kepada Frank.
“Baiklah..,” Kata Frank, Setelah itu dia berdiri dan berkata, “..Kita mulai lagi dari awal. Ayo, ikuti aku.” Ucap Frank sambil pergi berlalu.
“Kemana?"
Aku bertanya namun tidak dijawab oleh Frank.
"B..Baiklah..aku akan mengikutimu,” Daripada tertinggal, lebih baik aku segera mengikutinya.
Namun aku berjalan sendirian tanpa ada yang mengikuti dibelakangku. Setelah aku menoleh kebelakang, teman temanku masih duduk bersantai dan memakan makanan yang ada. “Loh.., kalian gak ikut nih?” Ajakku kepada Vivi, Halim, dan Akbar.
“Nggak usah, kami udah tau alasan kita bisa disini sejak kemaren. Lu aja sana gih yang ikut, biar lu tau kenapa kita bisa disini,” Sahut Akbar yang masih makan bersama Halim dan Vivi.
Aku pun mengikuti Frank melewati tangga berputar yang menuju bawah tanah.
…
Di sana aku dan Frank berjalan menyusuri gelapnya ruang bawah tanah. Hanya sebuah obor yang menjadi penerang kami. Hingga tibalah kami disebuah ruangan yang cukup luas dan gelap.
“Disinilah Semuanya dimulai,” Ucap Frank. “Ayahku yang menceritakan kisah turun temurun dari kakekku ini.., dahulu.., Kerajaan ini, yaitu Herbor.. merupakan satu dari empat kerajaan yang berdiri di negeri Equaterald ini,” Kata Frank.
Obor yang dibawa Frank diletakkan pada semacam gantungan obor di salah satu sudut ruangan gelap ini yang membuat cahaya redupnya menyebar rata.
“Equaterald..lagi..Equaterald lagi, sebenarnya apa itu?” Tanyaku dalam hati.
Frank kemudian menceritakan bahwa Ratusan tahun lalu, empat kerajaan yang berada di negeri ini adalah sekutu sekaligus teman yang saling membantu sesama kerajaan. Keempat kerajaan itu adalah Herbor, Yarashima, Mirkav, dan Lynden walaupun ada salah satu kerajaan yang tidak begitu akbrab dengan tiga kerajaan lainnya, mereka tetaplah hidup damai.
"Equaterald adalah negeri yang damai dan sejahtera.., seluruh kerajaan bahu membahu untuk menjaga keutuhan negeri ini," Kata Frank.
Aku baru tahu, ternyata Equaterald adalah nama negeri ini! Namun sebenarnya aku sudah tahu nama-nama kerajaan yang disebutkan Frank karena sudah tertera pada peta yang sudah kubaca di rumahku sebelumnya, namun aku tetap mendengarkan lanjutan ucapan Frank.
Hingga kemudian, Frank melanjutkan perkataannya jika kedamaian negeri Equaterald terancam seketika setelah kedatangan bangsa baru dari Utara. Bangsa pendatang ini menyebut diri mereka dengan Wrath.
Frank menyebutkan jika pada awalnya Herbor dan kerajaan lain tidak begitu mempedulikan kedatangan bangsa baru ini karena jumlah mereka yang sedikit. Namun karena Herbor dan kerajaan lainnya lengah, Wrath ternyata sudah mendirikan kerajaan besar di balik pegunungan Aberod di Utara dengan dengan cepat sehingga membuat kerajaan lain terkejut.
Sejak dulu Herbor merupakan kerajaan besar yang kuat, dan George Lavelt adalah Rajanya. Oleh karena itu kerajaan lain meminta Herbor untuk berbicara dengan Raja Wrath. Lavelt pun mengutus beberapa orang untuk pergi ke wilyah pegunungan Aberod untuk mengajak berbicara baik-baik Raja mereka. Frank menyebutkan jika pembicaraan sebetulnya berjalan sempurna. Raja dari Wrath berkata jika semuanya akan baik-baik saja dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun hal mengejutkan terjadi beberapa hari setelah utusan Raja Lavelt kembali ke Herbor.
...
Sesaat sebelum melanjutkan ceritanya, raut muka Frank berubah menjadi seperti kesal, dia mengatakan jika Wrath telah membohongi Herbor. Ternyata Wrath menuduh Herbor telah mengancam akan mengusir kerajaan Wrath dari tanah Equaterald secara paksa, bahakan menuduh kerajaan Herbor telah melakukan kekerasan terhadap kerajaan Wrath. Itulah yang membuat Mirkav, Yarahima, dan Lynden marah kepada Herbor yang dirasa sudah melanggar sebuah perjanjian yang disebut 'Rannor', yaitu perjanjian untuk tidak lagi berperang di negeri ini selamanya.
Setiap harinya Herbor selalu menerima tuduhan-tuduhan dari Wrath, mulai dari menuduh Herbor sudah melakukan serangan kepada Wrath, hingga menuduh Herbor wanita dan juga anak-anak di Wrath.
…
Frank menjelaskan, bahwa tuduhan dari Wrath selalu diterima oleh tiga kerajaan lain tanpa diperiksa kebenarannya terlebih dahulu, hingga akhirnya membuat kerajaan lain kehilangan kesabaran mereka. Mereka pun mengadakan perundingan kecil dimana hasilnya adalah sepakat tidak akan lagi berhubungan dengan kerajaan Herbor, dan akan meninggalkan Herbor jika sedang kesusahan sekalipun.
“Mendengar keputusan konyol kala itu, Lavelt langsung pergi dari rapat itu dengan kepala tegak, dia percaya kalau kebenaran akan segera terungkap dan akan terlihat siapa yang akan menyesal,” Tutur Frank.
“Lantas apa yang terjadi?”
Frank pun melanjutkan sesaat setelah Herbor ‘di tendang’ dari Equaterald, Wrath pun langsung memanfaatkan kondisi melemahnya kekuatan negeri ini disaat kerajaan Herbor sudah berhasil mereka singkirkan dari Equaterald.
Saat itu, Wrath dengan kekuatan penuhnya menyerang Mirkav dan Yarashima. Walaupun dua kerajaan ini berhasil bertahan, namun kondisi kerajaan mereka sangat parah dan menjadi sangat lemah.
“Saat itu, Lavelt sengaja mengirim pengintai untuk melihat kejadian penyerbuan yang dilakukan Wrath terhadap Mirkav dan Yarsahima, anehnya menurut laporan para pengintai, Wrath seperti sengaja meninggalkan Mirkav dan Yarashima dalam keadaan lemah,” Ujar Frank yang raut mukanya mendadak sedih, “Pengintai dari Lavelt terus mengikuti pasukan Wrath yang bukannya kembali ke Utara, namun malah menuju Barat kearah wilayah Lynden, Hanya sampai situ yang diketahui pengintai Herbor kala itu,” Pungkas Frank.
Frank melanjutkan ceritanya jika beberapa minggu setelah perang besar di Mirkav dan Yarashima, pengintai Herbor melihat jika Lynden malah semakin melemahkan hubungan mereka dengan Equaterald. Walaupun tidak pasti, saat itu Lavelt berasumsi jika Lynden telah dipengaruhi Raja dari Wrath saat itu.
“Kemungkinan besar, Wrath ingin menunjukan betapa kuatnya mereka hinga sanggup membuat Mirkav dan Yarashima kewalahan menghadapi mereka, hingga membuat Lynden takut, dan keluar dari persekutuan dengan Mirkav dan Yarashima,” Jelas Frank.
Frank menambahkan jika bertahun-tahun setelah keluarnya Lynden dan Herbor dari persekutuan negeri Equaterald, keadaan di negeri ini semakin mengkhawatirkan.
Mirkav dan Yarashima masih bertahan di sisi timur dan mulai membangun pertahanan mereka dengan sangat kuat. Sementara Lynden selalu hidup ketakutan dalam bayang-bayang Wrath yang menghantui mereka setiap harinya. Disisi lain Herbor tetaplah kerajaan yang kuat, hanya saja tidak cukup kuat untuk melawan dominasi Wrath di Equaterald hingga saat ini.
...
Aku terdiam sesaat, menunggu apakah Frank masih akan bercerita.., namun dia hanya berhenti sampai di sini. Jika keadaan saat ini masih seperti apa yang Frank katakan maka aku tidak bisa membayangkan betapa tidak berdayanya Herbor, Lynden, Mirkav, dan Yarashima dimata Wrath.
Frank berjalan menuju Rak besar yang berada di tengah ruangan. Aku pun mengikutinya dibelakang. Didalam rak buku itu hanya ada sebuah buku yang kulihat.
“Dan di saat semua sudah hampir putus asa menghadapi kekuatan Wrath, benda ini selalu bisa memunculkan kembali semangat kami…, cobalah kau baca tulisan yang ada di halaman terakhir buku ini,” Kata Frank.
Aku menerima sebuah buku yang diberikan Frank kepadaku.
Di kalimat terakhir buku itu dituliskan dalam bahasa Indonesia yang berbunyi, “Akan ada masa di mana sekelompok pengelana dari negeri semua ini berawal. Mereka akan berjuang untuk satu bendera, memperjuangkan kebenaran, dan mengembalikan keutuhan di negeri ini,” Itulah tulisan yang ada di batu itu.
“Kau mau percaya atau tidak, tapi setiap tulisan didalam buku ini terisi dengan sendirinya sesuai dengan kemajuan bangsa Equaterald dalam menentang kekuasaan Wrath,” Kata Frank, “Namun sudah lama sejak dia pergi.., buku ini masih belum mengisi kembali lembaran kosongnya selama ratusan tahun. Walau dia sudah pergi ratusan tahun lalu.., belum ada lagi seseorang sepertinya di negeri ini,” Lanjutnya.
Dia? Siapa kira kira ‘dia’ yang dimaksud Frank ini?
“Tapi Frank, aku penasaran kenapa tulisan ini menggunakan bahasaku?” Tanyaku kepada Frank.
Sebelum menjawabku, Frank terlebih dahulu berjalan pelan memutari rak buku di samping dengan mata yang menatap kebawah.
“Kalian bukanlah pengelana dari dunia lain yang pertama datang kemari."
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments