Ting tong! Ting tong!
"Eh, ada orang." Mendengar bel unitnya berbunyi, Anna segera duduk dari posisi berbaringnya. Untung saja Aaron belum sempat membuka tali pengikat handuk kimononya.
Semoga saja itu Dewa Harapan yang datang menolongku. Batin Bella.
"Tidak usah dibuka, Sayang. Paling kurir pengantar makanan. Abaikan saja," kata Aaron. Pria itu lalu mendorong kedua bahu Anna dengan pelan agar gadis itu kembali berbaring.
"Tapi-"
"Sayang ... aku bilang tidak usah dibuka. Oke." Aaron berkata sambil tersenyum, lalu segera mengubah posisinya dan berada di atas tubuh Anna sekarang. Dia sudah tidak sabar ingin segera bermantap-mantapan ria dengan gadis cantik itu.
Anna tidak tahu harus berkata atau pun berbuat apa lagi. Entah itu kurir pengantar makanan atau mungkin Dewa Harapan yang datang menolongnya, pokoknya dia hanya berharap bisa segera lolos dari perbuatan mesyum Aaron.
Semakin lama bel semakin sering berbunyi. Sepertinya orang di luar sana mendesak untuk dibukakan pintu secepat mungkin.
"Aaron, tunggu. Sebentar aku buka pintunya dulu," kata Anna beralasan. Apalagi saat melihat tangan nakal Aaron yang kini sudah menyentuh ujung pengikat handuk kimono yang dia kenakan.
"Aku bilang tidak usah dibuka, Sayang. Kalau kamu tidak membuka pintunya, dia pasti akan pergi sendiri nanti," kata Aaron.
"Tapi-"
Tiba-tiba ponsel Anna berdering. Dengan cepat gadis itu segera meraihnya untuk memeriksa siapa yang menelepon. ID pemanggil yang tertera di layar membuat Anna langsung mengerutkan keningnya.
"Papa?"
"Papa kamu yang menelepon?" tanya Aaron.
"Eh, mm ... i-iya," jawab Anna sedikit ragu.
Seingatnya selama ini dia tidak pernah menyimpan nomor kontak dengan nama tersebut, mengingat selama ini tuan Harold sama sekali tidak pernah datang untuk mencari putrinya. Kenapa tiba-tiba ada yang menelepon menggunakan ID tersebut? Pikirnya. Tapi tidak apalah. Toh itu bisa membuat Aaron menunda niat bejatnya untuk sementara waktu.
"Bisa bergeser dulu sebentar? Aku ingin menjawab panggilan telepon dari papaku," kata Anna beralasan. Jujur saja, dia merasa sangat risih saat Aaron berada di atas tubuhnya.
"Ah, iya. Silahkan." Dengan berat hati Aaron segera menyingkir dari posisi impiannya tersebut.
Si al. Kenapa tiba-tiba papa Anna menelepon. Mengganggu saja. Batin Aaron sedikit kesal.
Ketika Anna terbangun, gadis itu langsung mengikat kembali tali handuk kimono yang dia kenakan. Dia merasa sangat lega sekaligus bersyukur karena Aaron tidak jadi menodai tubuh Anna. Setelah selesai mengikat tali handuk kimononya, barulah gadis itu menjawab panggilan telepon tersebut.
"Halo."
"Halo, Anna. Ini Papa. Papa sekarang ada di depan pintu unit apartemen kamu. Cepat buka pintunya," titah seoarang pria yang ada di ujung telepon sana.
"Ap-apa? Jadi Papa yang memencet belnya?" kata Anna sedikit terkejut, lalu berbalik menatap Aaron dengan mata yang sudah membulat lebar.
Tidak bisa dicegah, Aaron juga nampak sangat terkejut, sama seperti Anna ketika tahu bahwa ternyata orang yang ada di luar sana bukanlah kurir pengantar makanan, melainkan papa Anna. Tapi jelas rasa terkejut mereka jauh berbeda, Bella terkejut karena tuan Harold tiba-tiba saja datang mencari putrinya, sedangkan Aaron terkejut karena dia hampir saja kepergok melecehkan anak gadis orang. Orang tua mana yang tidak akan murka jika tahu anak gadisnya dilecehkan oleh seorang pria? Pikir Aaron.
"Cepat buka pintunya, Anna. Papa mau masuk," kata tuan Harold lagi.
"Ba-baik, Papa."
Sebelum Anna berlari membukakan pintu, terlebih dahulu dia menyuruh Aaron untuk memakai kembali bajunya, dan Aaron pun hanya menurut.
"Sayang, aku sembunyi saja, ya? Tidak enak kalau ketahuan papa kamu," kata Aaron. Dia tidak ingin citranya rusak di depan papa Anna disaat pertemuan pertama mereka.
"Terserah kamu," balas Anna, lalu berjalan cepat membukakan pintu.
Kamu ketahuan malah lebih bagus lagi. Dasar laki-laki brengsyek. Gumam Anna dalam hati.
Apa mungkin Dewa Harapan yang menyamar jadi papaku? Aku penasaran, seperti apa penampakannya nanti. Batin Bella.
Ketika Bella membuka pintunya, dia langsung terbengong saat melihat sesosok pria paruh baya mengenakan setelan jas hitam lengkap berdiri tepat di hadapannya.
"Apa lihat-lihat? Ini aku," bisik pria paruh baya tersebut.
"Astaga. Kenapa bisa terlihat sama persis? Kamu benar-benar terlihat seperti tuan Harold sungguhan," kata Bella, sambil memindai tubuh tuan Harold palsu dari ujung kepala hingga ujung sepatu.
"Bukannya itu bagus?" jawab Dewa Harapan yang kini sedang menyamar sebagai tuan Harold, ayah kandung Anna.
"Ayo masuk," kata tuan Harold palsu seraya bergegas masuk ke dalam unit.
"Hei, apa kamu tahu kenapa aku tiba-tiba meminta bantuanmu?" bisik Anna.
"Apa kamu lupa siapa aku?" Dewa Harapan berbalik lalu tersenyum menatap Bella. "Tentu saja aku tahu. Dan aku juga tahu jika sekarang pria itu sedang bersembunyi di dalam kamar mandi."
Bella ikut menghentikan langkah sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Luar biasa sekali. Pikirnya.
"Ah, iya. Benar juga. Dia adalah sosok Dewa Harapan yang serba tahu segalanya, yang kini sedang menyamar sebagai tuan Harold," gumam Bella lalu berjalan mengekor di belakang sosok pria paruh baya kini sudah kembali melanjutkan langkahnya.
"Mana pria itu Anna! Papa tahu, kamu pasti sedang menyembunyikan seorang pria di dalam apartemen kamu!" Tuan Harold palsu berkata dengan nada setengah berteriak ketika baru saja memasuki kamar pribadi si pemilik unit.
Melihat Bella alias Anna diam saja, Dewa Harapan pun segera mengedipkan sebelah matanya, memberi kode agar gadis itu ikut berakting bersamanya.
Bella yang bisa langsung mengerti dengan maksud Dewa Harapan pun segera ikut berakting. "Tidak, Pa. Tidak ada siapa-siapa di sini."
"Anna, jangan coba-coba membohongi Papa! Papa bukan orang bodoh!" kata tuan Harold palsu seraya memeriksa belakang pintu, isi lemari, serta kolong tempat tidur. Dari nada bicaranya dia terdengar sangat marah karena Anna membawa seorang pria masuk ke dalam unitnya.
Sementara itu, Aaron yang sedang bersembunyi di dalam kamar mandi pun mulai merasa ketar-ketir sendiri. Apalagi saat mendengar papa Anna marah-marah di luar sana.
"Gawat. Jangan sampai Papa Anna tahu kalau aku sedang bersembunyi di dalam sini," gumam Aaron, seraya mencari tempat persembunyian yang bagus.
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Adelia Rahma
jiahaha papa palsu bisa ber akting juga to
2022-11-27
1
Ajusani Dei Yanti
bhahahahaha ngakak,,sukurin dasar buaya di kerjain🤣🤣🤣
2022-09-25
3
ARA
Dewa kocak😂😂😂😂😂
2022-09-18
2