Perlahan-lahan rohku mulai terbangun meninggalkan ragaku. Aku langsung menutup mulutku saat melihat diriku sendiri tergeletak bersimbah darah di jalanan. Kemeja putih yang tadinya aku kenakan kini sudah berubah warna sebagian menjadi warna merah darah.
Aku yang ketakutan melihat kondisiku yang tewas secara tragis seperti itu mulai menangis histeris. Aku tidak percaya dan tidak pernah menyangka bahwa aku akan mati sia-sia secepat ini.
Aku melihat beberapa orang mulai berlari mengerumuniku.
"Pak! Tolong saya, Pak! Tolong bawa saya ke rumah sakit!" pintaku pada beberapa orang yang datang mengerumuniku.
Aku meminta bantuan mereka secara bergantian, tapi sepertinya percuma saja karena mereka seperti tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengarku.
"Bella! Bella! Bangun Sayang, bangun!" Pria brengsyek itu tiba-tiba datang lalu memangku tubuhku yang sudah bersimbah darah.
"Bel, Bangun, Bel. Bella ... jangan pergi! Bella! Huhuhu …." Wanita licik itu berteriak lalu menangis di samping jasadku.
Melihat drama yang mereka berdua lakoni, seketika aku menjadi sangat emosi.
"Cih, kalian berdua pasti hanya berakting! Kalian berdua pasti hanya berpura-pura sedih kehilanganku! Kalian berdua hanya ingin menarik simpati orang lain! Dasar licik! Penipu! Kejadian ini menimpaku gara-gara kalian berdua! Aku juga akan mengirim kalian berdua ke alam baka! Hiyak!!!" Aku yang merasa sangat marah dan benci pada kedua orang itu segera menyerang dan mencoba menghajar mereka, tapi sayangnya seranganku hanya sia-sia saja. Jangankan menghajar mereka, menyentuhnya pun aku tidak bisa.
"Aargh!!! Kenapa jadi seperti ini?!" Aku berteriak frustasi sambil masih menangis. Aku benar-benar tidak rela mati konyol seperti ini tanpa membalas semua perbuatan kedua pengkhianat itu.
"Tuhan! Ini benar-benar tidak adil! Apa salah dan dosaku?! Kenapa engkau menghukumku separah ini?! Ini tidak adil! Benar-benar tidak adil! Huhuhu …." Aku menangis dengan keras sembari menjatuhkan diriku hingga terduduk di atas tanah.
Saat ini tidak ada yang bisa aku lakukan selain hanya menangis pilu meratapi nasibku yang menyedihkan ini.
JDAR!!! Tiba-tiba saja suara petir terdengar begitu menggelegar. Aku yang sejak kecil memang sangat takut pada suara petir hanya bisa menutup kedua telingaku menggunakan tangan, sambil memejamkan mataku kuat-kuat. Tidak akan ada lagi yang bisa aku mintai perlindungan disaat aku sedang berada di situasi menakutkan seperti itu.
Beberapa saat kemudian setelah aku merasa kondisinya sudah aman. Aku pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka mata. Namun, aku begitu terkejut saat membuka mata posisiku sudah tidak lagi berada di tempatku berada sebelumnya, tepatnya di lokasi kejadian tempat aku tewas.
"Dimana ini? Aku ada dimana?" Aku langsung bangkit dan berdiri dari dudukku, lalu memutar badan mengedarkan pandangaku melihat ke arah sekeliling dengan panik. Pemandangan di sekelilingku hanya berwarna putih polos, seperti sebuah tempat tak berujung.
"Apa jangan-jangan, sekarang aku sudah berada di surga?" Aku mencoba menebak-nebak karena aku sadar bahwa aku sudah meninggal.
"Belum. Kamu belum sampai di surga." Seketika suara seorang pria begitu mengejutkanku. Sontak saja aku berbalik ke arah sumber suara. Terlihat seorang pria mengenakan pakaian serba putih tengah berdiri di belakangku. Dia terlihat masih nampak muda, kira-kira seumuran dengan presdir Huang.
"Kamu siapa? Kenapa bisa ada di sini juga? Apa jangan-jangan, kamu juga baru saja meninggal sama seperti aku, ya?" Aku memberondongi pria itu dengan beberapa pertanyaan. Jika tebakanku benar, berarti meninggal tidak semenyedihkan yang aku bayangkan sebelumnya. Buktinya di tempat ini sekarang aku punya teman, jadi tidak akan merasa kesepian.
"Bukan. Aku bukan manusia, jadi aku tidak akan pernah mengalami fase yang pasti akan dialami oleh semua makhluk hidup yang bernyawa, yaitu mati atau pun meninggal," jawabnya dengan raut muka datar.
"Bukan manusia?" tanyaku sedikit kebingungan. Namun sejurus kemudian aku langsung menutup mulutku dengan tangan.
Astaga. Jangan-jangan pria di hadapanku ini adalah sosok dewa kematian yang sedang merubah wujud dalam bentuk manusia.
"Kamu salah. Aku juga bukan dewa kematian," ucapnya.
"Hah? Kenapa kamu bisa tahu? Aku 'kan hanya berbicara dalam hati."
"Jangankan kamu yang berbicara dalam hati, semut yang sedang mengobrol pun aku bisa tahu apa yang sedang mereka bicarakan," ungkapnya.
"W-wah, lu-luar biasa sekali," pujiku, tapi sebenarnya dalam hati aku sudah mulai takut dengan sosok dingin yang berdiri di hadapanku saat ini.
"Jangan takut, karena aku adalah sosok Dewa Harapan yang akan mengabulkan keinginan terbesarmu sebelum kamu meninggal."
"De-Dewa Harapan? Mengabulkan keinginanku?" tanyaku. Aku masih belum bisa mencerna maksud ucapannya.
"Ya, bukankah kamu sangat ingin hidup kembali setelah meninggal? Aku adalah sosok dewa yang ditugaskan untuk mewujudkan keinginan terbesarmu itu."
"Benarkah? Apa bisa seperti itu?" tanyaku tidak percaya. Seumur-umur aku baru tahu bahwa ternyata orang yang sudah meninggal bisa memiliki kesempatan untuk hidup kembali.
"Tentu saja bisa, tapi dengan syarat kamu hanya boleh hidup kembali menggunakan identitas orang lain. Kamu tidak bisa lagi hidup menggunakan identitasmu di kehidupan sebelumnya," jelasnya.
"Kenapa harus seperti itu? Tidak bisakah aku hidup kembali sebagai diriku yang dulu, sebagai Bella?" tanyaku.
Kalau aku hidup sebagai orang lain, lalu bagaimana caraku memperbaiki hubunganku dengan kedua orang tuaku? Bagaimana cara aku meminta maaf pada mereka nantinya? Mereka pasti tidak akan bisa mengenaliku dengan identitasku yang baru. Kalau pun aku mengatakan bahwa aku adalah putri mereka dan aku masih hidup, mereka pasti tidak akan percaya. Bisa-bisa mereka menganggap bahwa aku orang gila atau mungkin yang lebih parahnya lagi, mereka akan mengira bahwa aku adalah seorang penipu.
"Ya karena aturannya memang seperti itu. Jika kamu tidak setuju, maka aku akan memanggil dewa kematian untuk menjemputmu sekarang juga." Dari nada bicaranya terdengar seperti sedang mengancamku.
"Eh, jangan, jangan. Tolong jangan panggil dewa kematian. Aku menyetujui apa pun persyaratannya, asalkan aku bisa mendapatkan kesempatan untuk hidup sekali lagi," ucapku.
Jika coba aku pikir-pikir, daripada tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali, lebih baik aku hidup menggunakan identitas orang lain. Tidak masalah, yang penting suatu saat nanti aku bisa membalaskan dendamku pada kedua pengkhianat itu. Dan juga setelah aku hidup nanti, aku akan mencari cara untuk meminta maaf pada kedua orang tuaku bagaimana pun caranya.
"Baiklah. Karena kamu sudah setuju, maka bersiaplah, karena sekarang aku akan membawamu ke suatu tempat."
B e r s a m b u n g ...
...__________________________________________...
...Makin banyak sawerannya a a a ... makin asyik goyangan jempolnya wkwkwk🤣...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
gaby
Aq baru gabung ka, awal crita yg bagus & babnya ga tll panjang. Seneng kalo nemu novel yg ga tll panjang & isinya menarik
2023-11-07
1
fifid dwi ariani
ceria selalu
2022-10-04
1
Nci
Semangat Bella gaspoll balas dendammu pada dua orang pengkhianat Aaron dan Daisy 🤗
2022-09-09
2