TMP - Bab 12 - Gangguan Mental

Sesampainya Aaron di dalam unitnya, langkah pria itu langsung dihadang oleh Daisy.

"Dari mana saja kamu? Kenapa kamu tidak menjawab panggilan teleponku, dan kenapa setelah aku hubungi berkali-kali, nomormu malah tidak aktif?" Daisy menatap tajam Aaron sambil bersidekap.

"Biasa, aku habis keluar nongkrong sama teman-temanku. Ponselku tadi ketinggalan di dalam mobil, jadi aku tidak melihat panggilanmu," jawab Aaron.

Meski pun pria itu berbohong, tapi dia tetap bersikap tenang dan santai. Dia sama sekali tidak terlihat habis melakukan suatu kesalahan. Itu karena Aaron sudah terbiasa berbohong dan bisa dikatakan bahwa dia adalah pembohong profesional. Dulu, dia sering membohongi Bella demi menutupi perselingkuhannya dengan Daisy, dan sekarang, dia membohongi Daisy demi menutupi kedekatannya dengan Anna. Luar bisa bukan?

"Kamu pasti sengaja, 'kan?" Daisy memicingkan matanya menatap pria itu.

"Sengaja apa? Kalau kamu tidak percaya, lihat saja, ini ponselku masih belum menyala. Dayanya habis." Aaron menunjukkan layar ponselnya yang tidak menyala tepat di depan wajah Daisy. Pantas saja jika layarnya mati, itu karena dia memang sengaja menon-aktifkannya saat dia masih dalam perjalanan bersama Anna.

"Bukan itu maksudku. Kamu pasti sengaja 'kan mengerjaiku? Tega sekali kamu. Bercandaanmu sangat tidak lucu, hampir saja kamu membuat jantungku copot."

Aaron yang tidak mengerti arah pembicaraan Daisy tentu saja merasa kebingungan. "Kamu ini sebenarnya bicara apa? Mengerjai apa? Siapa yang mengerjaimu?"

"Siapa lagi? Tentu saja kamu yang mengerjaiku. Memangnya disini ada orang lain selain kita berdua?"

"Astaga, kamu ini bicara apa sih? Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu? Aku sama sekali tidak pernah mengerjaimu." Aaron berusaha membela diri dari tuduhan Daisy. Tuduhan yang berhasil membuatnya kebingungan.

"Aaron, jangan bercanda. Ini benar-benar tidak lucu. Kamu sungguh membuatku takut."

Makin kesini Aaron semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan Daisy. Karena malas meladeni wanitanya, pria itu pun segera berlalu dari hadapan kekasihnya itu.

"Sudahlah, jangan membuatku semakin bingung. Aku capek. Aku mau mandi dan beristirahat."

"Aaron! Aku belum selesai bicara!" teriak Daisy, lalu menyusul langkah pria itu. "Kamu sengaja 'kan menakutiku dengan menulis nama Bella di cermin?"

Mendengar nama mendiang istrinya disebut, Aaron langsung menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Daisy dengan raut wajah yang terlihat semakin kebingungan. Dia sungguh masih belum mengerti dengan arah pembicaraan wanita itu.

"Apa? Kamu ini bicara apa? Jangan mengada-ngada. Aku sama sekali tidak pernah melakukannya. Untuk apa juga aku melakukan hal konyol seperti itu untuk menakut-nakutimu? Apa untungnya coba?" Aaron mulai kesal karena Daisy terus-terusan saja menuduhnya yang bukan-bukan.

"Dan satu lagi, jangan pernah menyebut nama itu lagi di hadapanku. Aku benar-benar tidak suka mendengarnya," imbuh Aaron memperingati. Sejujurnya jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia juga merasa bersalah atas tewasnya Bella, tapi karena hatinya sudah dipenuhi dengan keserakahan akan harta duniawi, dia pun segera menepis perasaan bersalah itu jauh-jauh.

"Jadi kalau bukan kamu yang melakukannya, lalu siapa?" tanya Daisy. "Ayolah, Ron, kali ini aku akan memaafkamu jika kamu mau mengakui perbuatanmu," tambahnya. Dia masih belum percaya jika bukan Aaron pelakunya.

"Mengakui apa sih maksud kamu? Untuk apa juga aku mengakui perbuatan yang tidak aku lakukan sama sekali? Jangan bercanda, aku bukan orang bodoh."

"Lalu kalau bukan kamu pelakunya, siapa lagi?" Sekarang Daisy juga tidak kalah bingungnya karena Aaron tidak kunjung mau mengakuinya.

"Mungkin hantu." Aaron menjawab dengan asal saking kesalnya pada Daisy. Gara-gara wanita itu menyebut nama Bella, mood Aaron seketika memburuk. Sekelebat ingatan tentang kejadian tragis beberapa bulan lalu kembali terngiang di ingatannya. Sepertinya malam ini dia harus menenggak alkohol untuk bisa melupakan kejadian yang menimpa Bella waktu itu.

"Aaron, berhenti bercanda. Kamu benar-benar membuatku takut."

"Salahmu sendiri, jadi berhenti memberondongiku dengan berbagai macam pertanyaan yang super menyebalkan itu! Karena kalau tidak, kamu pasti akan membuatku semakin marah!" Usai memperingati Daisy, Aaron pun segera masuk ke dalam kamar. Dia ingin segera mandi untuk mendinginkan hatinya yang terasa panas karena ulah Daisy. Kalau saja Daisy tidak menyebut nama Bella, dia pasti tidak akan semarah ini pada Daisy.

Melihat Aaron marah dan pergi meninggalkannya seketika Daisy merasa sedih. "Ron, sepertinya kamu sudah berubah. Ini pertama kalinya kamu bersikap kasar padaku."

Namun, kesedihannya itu tidak berlangsung lama. Rasa takutnya akan sesuatu yang tidak terlihat sepertinya lebih mendominasi.

"Kalau bukan Aaron pelakunya, lalu siapa yang melakukannya?" gumam Daisy berbicara sendiri. Seketika wanita itu memegangi tengkuknya karena merasa bulu kuduknya mulai merinding.

"Jangan bilang kalau sekarang hantu Bella sudah mulai bergentayangan, dan dia ingin balas dendam padaku. Ih, amit-amit." Karena ketakutan, Daisy lalu lari terbirit menyusul Aaron masuk ke dalam kamar.

Sementara itu di tempat lain, Bella tertawa terbahak menyaksikan ekspresi ketakutan mantan sahabatnya tersebut. Tontonan di laptopnya benar-benar sangat menghibur dan mampu membuat moodnya jadi semakin membaik.

"Sepertinya lain kali sebelum aku menonton, aku harus menyediakan minuman dan cemilan dulu," kata Bella. Menyaksikan kejutannya yang dia siapkan untuk Daisy berhasil ternyata mampu memberikan kepuasan tersendiri di hati Bella.

.

.

Tidak terasa sudah 3 bulan lamanya Anna menjadi tetangga Aaron dan Daisy. Maka selama itu pula lah hubungan tetangganya itu perlahan-lahan mulai merenggang dan tidak harmonis lagi. Hampir setiap hari Bella menonton percekcokan antara Aaron dan Daisy di layar laptopnya. Masalahnya hanya satu, itu karena Daisy sudah pernah memergoki Aaron dan Anna jalan berdua. Hal itu tentu saja membuat Daisy murka, cemburu, dan semakin membenci Anna karena gadis itu sudah berani mendekati prianya.

Ditambah lagi sekarang mental Daisy sudah mulai terganggu karena terlalu sering mendapatkan teror atas nama Bella. Melihat sikap Daisy yang sekarang sudah hampir mendekati gila, Bella tentu saja merasa sangat senang dan puas. Akhirnya dia bisa membalas sakit hatinya pada wanita itu. Perempuan licik seperti Daisy memang pantas mendapatkannya, dan sebentar lagi, Bella akan membuat Aaron membuang wanita j*****g itu demi Anna.

"ARGH!!! PERGI!!! JANGAN GANGGU AKU LAGI!!! PERGI!!! PERGI!!!" Daisy berteriak histeris sambil menutup kedua matanya. Saat ini wanita itu menjatuhkan dirinya hingga bersandar di depan pintu unitnya. Dia baru saja mendapatkan paket kejutan dari Bella. Sebuah boneka yang sudah dimut***si dan dilumuri dengan darah. Yang membuat Daisy semakin ketakutan, boneka itu dulunya adalah boneka yang sama persis dengan boneka yang sering dia dan Bella perebutkan saat mereka masih sama-sama kecil.

Anna tersenyum smirk. Sebelum Aaron keluar, dia cepat-cepat mengganti boks paket itu dengan boks paket yang baru. Tentunya tanpa perlu ketahuan oleh orang lain.

"Ada apa? Kenapa kamu berteriak lagi?" tanya Aaron. Dia berlari menghampiri Daisy dengan panik.

Ini bukan yang pertama kalinya Daisy seperti itu. Selama 1 bulan terakhir, sikap Daisy memang sangat aneh, sering berteriak histeris dan menangis ketakutan. Yang membuat Aaron kesal, wanita itu selalu saja menyebut nama Bella, Bella, dan Bella. Sampai-sampai Aaron merasa sangat muak padanya. Aaron sangat tidak ingin mendengar nama itu disebut, tetapi Daisy selalu saja menyebutnya hampir setiap hari, sehingga ujung-ujungnya memicu emosi Aaron dan membuat Aaron pergi meninggalkannya sendirian di apartemen. Jika Aaron sudah marah pada Daisy seperti itu, dia pasti akan mengajak Anna untuk keluar jalan-jalan bersamanya.

"Buang paket itu, Ron! Aku benar-benar takut!" Begitu Aaron datang menghampirinya, Daisy langsung berhambur memeluk pria itu. Dia sungguh merasa ketakutan sampai tidak berani membuka matanya.

Mata Aaron lalu beralih menatap boks paket yang tergeletak di depan pintu. Dia sama sekali tidak melihat ada yang aneh dengan paket tersebut. Lalu apa yang membuat Daisy ketakutan sampai berteriak histeris seperti tadi?

"Ada apa dengan paketnya? Paketnya baik-baik saja, jadi untuk apa kamu takut?" tanya Aaron. Sekarang dia berusaha menenangkan Daisy yang tengah berada dalam pelukannya.

"Tidak, Ron, paket itu sangat menakutkan. Isinya adalah boneka yang sudah dihancurkan dan dilumuri dengan darah," jelas Daisy. Dia masih memeluk Aaron dengan erat dan tidak berani membuka matanya biar sedikit pun.

Aaron menghela napas. "Sepertinya kamu sudah berhalusinasi berlebihan. Lihat, paket itu isinya adalah alat kosmetik incaranmu, jadi untuk apa kamu ketakutan seperti ini?"

"Benarkah? Kamu tidak sedang bercanda, 'kan?" Sebelum memutuskan untuk membuka matanya kembali, Daisy harus memastikan bahwa Aaron tidak sedang mengerjainya.

"Tidak, Sayang, aku serius. Ayo, bukalah matamu," bujuk Aaron.

Dengan bujukan Aaron, Daisy akhirnya mau membuka matanya kembali. Dia merasa sangat terkejut saat melihat paket yang tergeletak di atas lantai saat ini malah paket yang berbeda dengan paket yang dia lihat sebelumnya.1

"T-tapi, Ron-" Baru saja Daisy ingin menjelaskan pada Aaron bahwa paket yang dia lihat sebelumnya adalah paket yang berbeda, tapi pria itu sudah memotong ucapannya.

"Sudahlah, Sayang. Sepertinya kamu berhalusinasi lagi seperti sebelum-sebelumnya." Aaron mengambil paketnya lalu mengajak Daisy untuk masuk ke dalam. "Ayo masuk. Sepertinya kamu butuh istirahat."

B e r s a m b u n g ...

...___________________________________________...

...Minta saweran iklannya dong, jangan cuma dibaca doang terus ditinggal tanpa jejak😢🤧😅...

Terpopuler

Comments

Adelia Rahma

Adelia Rahma

udah rada rada gila ini

2022-11-27

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

bahagia selalu

2022-10-04

1

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

udah mulai mau gila 🤭🤭🤭

2022-09-25

1

lihat semua
Episodes
1 TMP - Bab 1 - Pengkhianatan Suami Dan Sahabat
2 TMP - Bab 2 - Kejahatan Yang Direncanakan Sejak Lama
3 TMP - Bab 3 - Harapan Terakhir Sebelum Meninggal
4 TMP - Bab 4 - Syarat Untuk Hidup Kembali
5 TMP - Bab 5 - Transmigrasi Ke Tubuh Gadis Muda Yang Cantik
6 TMP - Bab 6 - Misi Kehidupan Yang Kedua
7 TMP - Bab 7 - Misi Pelakor Merebut Aaron Dari Daisy
8 TMP - Bab 8 - Godaan Tetangga Seksye Dan Cantik
9 TMP - Bab 9 - Godaan Saat Makan Malam
10 TMP - Bab 10 - Balas Dendam Yang Sesungguhnya Baru Dimulai
11 TMP - Bab 11 - Buaya Masuk Dalam Perangkap
12 TMP - Bab 12 - Gangguan Mental
13 TMP - Bab 13 - Ilfil
14 TMP - Bab 14
15 TMP - Bab 15 - Mask
16 TMP -Bab 16
17 TMP - Bab 17 - 40% Mission Completed
18 TMP - Bab 18 - Oh My Godness!
19 TMP - Bab 19 - Kamuflase
20 TMP - Bab 20 - Ancaman Untuk Aaron
21 TMP - Bab 21 - Misi Pertama Bagian Dua
22 TMP - Bab 22 - Kasih Sayang Tak Terhingga Orang Tua Terhadap Anaknya
23 TMP - Bab 23 - Cinta Yang Dimanfaatkan
24 TMP - Bab 24 - 100% Mission Completed
25 TMP - Bab 25 - Misi Kedua
26 TMP - Bab 26 - Masa Lalu Anna
27 TMP - Bab 27 - Ecamkan Itu!!!
28 TMP - Bab 28 - Kekesalan Terhadap Alex
29 TMP - Bab 29 - Perdebatan Dua Orang Sahabat
30 TMP - BAB 30 - Ada Apa Dengan Anna?
31 TMP - Bab 31 - Kerjasama Antara Anna Dan Kay
32 TMP - Bab 32 - Terngiang-Ngiang
33 TMP - Bab 33
34 TMP - Bab 33 - Mencari Kesalahan
35 TMP - Bab 34 - Rencana Gagal
36 TMP - Bab 35 - Keresahan Alex
37 TMP - Bab 36 - Kaysan Dan Carissa
38 TMP - Bab 37 - Anna Cemburu?
39 TMP - Bab 38 - Kegalauan Alex
40 TMP - Bab 39 - Jealous?
41 TMP- Bab 40 - Kenangan Apa Yang Ingin Dilupakan?
42 TMP - Bab 41 - Move On?
43 TMP - Bab 42 - Mr. Max Oh Mr. Max
44 TMP - Bab 43 - Merasa Dipermainkan
45 TMP - Bab 44 - Sekretaris Kesayangan
46 TMP - Bab 45 - Untuk Apa Aku Takut?
47 TMP - Bab 46 - Password
48 TMP - Bab 47 -
49 TMP - Bab 48
50 TMP - Bab 49
51 TMP - Bab 50
52 TMP - Bab 51 - Jangan Pergi Bella
53 TMP - Bab 52 - True Love?
54 TMP - Bab 53
55 TMP - Bab 54
56 TMP - Bab 55
57 TMP - Bab 56
58 TMP - Bab 57
59 TMP - Bab 58
60 TMP - Bab 59
61 TMP - Bab 60
62 TMP - Bab 61
63 TMP - Bab 62
64 TMP - Bab 63 - Playing Horse-Horse
65 TMP - Bab 64 - Pawang Mr. Max
66 TMP - Bab 65 - Bagaimana Dengan Kita?
67 PRIA NACKAL
68 TMP - Bab 66 - Surat-Surat Resmi
69 TMP - Bab 67 - Jangan Kurang Ajar!
70 TMP - Bab 68 - Misi Kedua Tuntas
71 TMP - Bab 69 - She's Mine
72 TMP - Bab 70 - Dewa Harapan?
73 TMP - Bab 71 - Permintaan Anna Harold
74 TMP - Bab 72 - Misi Ketiga Atau Misi Terakhir
75 TMP - Bab 73 - Sosok David
76 TMP - Bab 74 - Cara Menyelamatkan David
77 TMP - Bab 75 - Bukan Saat Yang Tepat
78 TMP - Bab 76 - Memikirkan Cara Untuk Pergi
79 TMP - Bab 77 - Amarah Dan Kekhawatiran Alex
80 TMP - Bab 78 - Kamu Marah Padaku?
81 TMP - Bab 79- ENDING
82 Promosi - One Night With Investor
83 Promosi Karya - Istri Wasiat Ayah (Menikahi Ibu Tiri)
Episodes

Updated 83 Episodes

1
TMP - Bab 1 - Pengkhianatan Suami Dan Sahabat
2
TMP - Bab 2 - Kejahatan Yang Direncanakan Sejak Lama
3
TMP - Bab 3 - Harapan Terakhir Sebelum Meninggal
4
TMP - Bab 4 - Syarat Untuk Hidup Kembali
5
TMP - Bab 5 - Transmigrasi Ke Tubuh Gadis Muda Yang Cantik
6
TMP - Bab 6 - Misi Kehidupan Yang Kedua
7
TMP - Bab 7 - Misi Pelakor Merebut Aaron Dari Daisy
8
TMP - Bab 8 - Godaan Tetangga Seksye Dan Cantik
9
TMP - Bab 9 - Godaan Saat Makan Malam
10
TMP - Bab 10 - Balas Dendam Yang Sesungguhnya Baru Dimulai
11
TMP - Bab 11 - Buaya Masuk Dalam Perangkap
12
TMP - Bab 12 - Gangguan Mental
13
TMP - Bab 13 - Ilfil
14
TMP - Bab 14
15
TMP - Bab 15 - Mask
16
TMP -Bab 16
17
TMP - Bab 17 - 40% Mission Completed
18
TMP - Bab 18 - Oh My Godness!
19
TMP - Bab 19 - Kamuflase
20
TMP - Bab 20 - Ancaman Untuk Aaron
21
TMP - Bab 21 - Misi Pertama Bagian Dua
22
TMP - Bab 22 - Kasih Sayang Tak Terhingga Orang Tua Terhadap Anaknya
23
TMP - Bab 23 - Cinta Yang Dimanfaatkan
24
TMP - Bab 24 - 100% Mission Completed
25
TMP - Bab 25 - Misi Kedua
26
TMP - Bab 26 - Masa Lalu Anna
27
TMP - Bab 27 - Ecamkan Itu!!!
28
TMP - Bab 28 - Kekesalan Terhadap Alex
29
TMP - Bab 29 - Perdebatan Dua Orang Sahabat
30
TMP - BAB 30 - Ada Apa Dengan Anna?
31
TMP - Bab 31 - Kerjasama Antara Anna Dan Kay
32
TMP - Bab 32 - Terngiang-Ngiang
33
TMP - Bab 33
34
TMP - Bab 33 - Mencari Kesalahan
35
TMP - Bab 34 - Rencana Gagal
36
TMP - Bab 35 - Keresahan Alex
37
TMP - Bab 36 - Kaysan Dan Carissa
38
TMP - Bab 37 - Anna Cemburu?
39
TMP - Bab 38 - Kegalauan Alex
40
TMP - Bab 39 - Jealous?
41
TMP- Bab 40 - Kenangan Apa Yang Ingin Dilupakan?
42
TMP - Bab 41 - Move On?
43
TMP - Bab 42 - Mr. Max Oh Mr. Max
44
TMP - Bab 43 - Merasa Dipermainkan
45
TMP - Bab 44 - Sekretaris Kesayangan
46
TMP - Bab 45 - Untuk Apa Aku Takut?
47
TMP - Bab 46 - Password
48
TMP - Bab 47 -
49
TMP - Bab 48
50
TMP - Bab 49
51
TMP - Bab 50
52
TMP - Bab 51 - Jangan Pergi Bella
53
TMP - Bab 52 - True Love?
54
TMP - Bab 53
55
TMP - Bab 54
56
TMP - Bab 55
57
TMP - Bab 56
58
TMP - Bab 57
59
TMP - Bab 58
60
TMP - Bab 59
61
TMP - Bab 60
62
TMP - Bab 61
63
TMP - Bab 62
64
TMP - Bab 63 - Playing Horse-Horse
65
TMP - Bab 64 - Pawang Mr. Max
66
TMP - Bab 65 - Bagaimana Dengan Kita?
67
PRIA NACKAL
68
TMP - Bab 66 - Surat-Surat Resmi
69
TMP - Bab 67 - Jangan Kurang Ajar!
70
TMP - Bab 68 - Misi Kedua Tuntas
71
TMP - Bab 69 - She's Mine
72
TMP - Bab 70 - Dewa Harapan?
73
TMP - Bab 71 - Permintaan Anna Harold
74
TMP - Bab 72 - Misi Ketiga Atau Misi Terakhir
75
TMP - Bab 73 - Sosok David
76
TMP - Bab 74 - Cara Menyelamatkan David
77
TMP - Bab 75 - Bukan Saat Yang Tepat
78
TMP - Bab 76 - Memikirkan Cara Untuk Pergi
79
TMP - Bab 77 - Amarah Dan Kekhawatiran Alex
80
TMP - Bab 78 - Kamu Marah Padaku?
81
TMP - Bab 79- ENDING
82
Promosi - One Night With Investor
83
Promosi Karya - Istri Wasiat Ayah (Menikahi Ibu Tiri)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!