"ARGH!!! TIDAK!!! TIDAK!!! PERGI!!! PERGI!!!" Daisy berteriak histeris begitu memasuki kamarnya dengan Aaron. Dia sangat terkejut sekaligus ketakutan saat melihat tulisan berwarna merah menyerupai darah di cermin meja riasnya. Apalagi tulisan itu bertuliskan nama Bella, mantan sahabatnya yang telah tewas sekitar 1 bulan lebih yang lalu.
Jangan-jangan Bella sudah menjadi hantu dan ingin balas dendam padaku? Kata-kata itulah yang langsung terbesit di pikiran Daisy saat kembali mengingat mantan sahabatnya yang pernah dia khianati selama bertahun-tahun. Apalagi bisa dikatakan bahwa penyebab utama Bella bisa tewas tertabrak itu semua gara-gara ulahnya dengan Aaron yang ingin menangkap Bella kemudian ingin melenyapkannya dengan tangan mereka sendiri. Meski pun pada akhirnya nyawa Bella tidak lenyap di tangan mereka, tapi tetap saja mereka berdua yang paling bersalah dalam kasus ini.
Setelah beberapa menit berjongkok di sudut kamar sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya karena ketakutan , Daisy akhirnya bisa menguasai diri dan mengalahkan rasa takut yang dia rasakan. Apalagi saat hantu Bella tidak kunjung muncul seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Wanita itu pun lalu mendongak menatap tulisan yang masih ada di cermin, awalnya dia pikir tulisan itu terbuat dari darah. Namun setelah Daisy melihatnya dengan seksama, dia merasa ada yang aneh.
"Tapi kok darahnya terlihat mengkilat? Itu beneran darah atau bukan sih?" gumam Daisy. Wanita itu segera bangkit dari duduknya lalu memberanikan diri untuk memeriksa tulisan itu dari jarak dekat. Masih dengan perasaan sedikit takut dan ragu, Daisy memberanikan diri untuk mencolek tulisan itu lalu mencium aromanya.
"Si al. Ini bukan darah, tapi lipgloss warna merah," gumam Daisy. Dia merasa sangat geram dan kesal karena merasa dirinya sedang dipermainkan. "Si alan! Bercandanya benar-benar tidak lucu! Hampir saja membuat jantungku copot!" teriaknya.
"Hampir saja dia membuat aku gila dan mati ketakutan. Aku pikir perempuan si alan itu benar-benar sudah menjadi hantu sekarang. Ternyata dia hanya mengerjaiku," gumamnya, lalu segera mengambil beberapa lembar tissu untuk menghapus noda lipgloss yang mengotori cermin meja riasnya hingga benar-benar bersih.
Sekarang ini Daisy mengira bahwa Aaron lah yang telah mengerjainya. Siapa lagi kalau bukan pria itu? Memangnya ada orang lain yang bebas keluar masuk ke dalam unit mereka selain hanya mereka berdua? Begitu pikir Daisy, makanya dia menuduh Aaron yang telah mengerjainya.
"Aaron! Keluar kamu! Bercandamu benar-benar kelewatan! Tidak lucu!" teriak Daisy. Dia berpikir kalau pria itu pasti sedang bersembunyi disuatu tempat karena ingin mengerjainya. Namun, setelah Daisy mencari kekasihnya itu dimana pun, dia tidak kunjung menemukannya.
"Pergi kemana dia?" gumam Daisy, lalu mencoba menghubungi pria itu.
Sementara itu, diwaktu yang sama namun tempat berbeda, ponsel Aaron tidak kunjung berhenti berdering, tentu saja panggilan dari Daisy. Daisy ingin menanyakan dimana keberadaan Aaron saat ini tapi pria itu malah mengabaikan panggilan dari kekasihnya.
"Kenapa panggilannya tidak kamu jawab?" Anna bertanya pada Aaron yang kini tengah menyetir menyusuri jalan pulang menuju apartemen. Selama berjam-jam, Aaron terus menunggui Anna hingga gadis itu selesai melakukan serangkaian perawatan kecantikan di salon langganannya.
"Kedua tanganku 'kan sedang sibuk. Satu memegang tangan kamu, dan yang satunya lagi fokus memegang stir kemudi, jadi biarkan saja ponselnya berdering." Aaron menjawab dengan enteng sambil tersenyum lalu mencium punggung tangan Anna. Ini sudah yang kesekian kalinya pria itu melakukan hal yang sama hari ini.
Kini hubungan Aaron dan Anna sudah semakin dekat, meski pun tanpa terikat status apa pun, tapi Aaron tidak sungkan-sungkan memperlakukan Anna dengan mesra layaknya seorang kekasih.
"Aku sama sekali tidak keberatan jika kamu melepaskan tanganku lalu kamu menjawab panggilan darinya. Dia itu 'kan kekasihnmu sedangkan aku bukan siapa-siapa kamu. Hubungan kita berdua tidak lebih dari dua orang tetangga saja," kata Anna. Dia sengaja berkata seperti itu untuk memancing reaksi Aaron. Anna ingin melihat seberapa penting Daisy di mata Aaron sekarang ini. Apakah masih penting atau sudah tidak begitu penting lagi bagi pria itu.
Tanpa berkata apa-apa, tangan kanan Aaron langsung melepas stir kemudi. Dia lebih memilih melepas stir ketimbang melepaskan genggaman tangannya dari tangan Anna. Tangan kanan pria itu kemudian terulur untuk meraih ponselnya. Namun, bukannya menjawab panggilan dari kekasihnya, Aaron justru memilih untuk menon-aktifkan ponselnya.
"Loh, kenapa ponselnya malah dinon-aktifkan?" tanya Anna, pura-pura terkejut melihat tindakan Aaron. Padahal di dalam hati, dia tersenyum penuh kemenangan.
"Tolong jangan berkata seperti itu lagi. Aku sangat tidak suka mendengarnya," ucap Aaron. Pria itu menatap Anna lekat-lekat. "Asal kamu tahu, kamu itu memiliki tempat spesial tersendiri di hatiku, jadi tolong jangan pernah menganggap bahwa hubungan kita seolah tidak berarti."
"Aku tahu kamu pasti berkata seperti itu karena sekarang aku masih bersama dengan Daisy. Tapi ketahuilah, Anna, cepat atau lambat aku pasti akan mengakhiri hubunganku dengannya demi kamu. Sebenarnya aku sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi padanya, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya aku mengakhiri hubungan kami yang sudah terasa sangat hambar."
Anna tersenyum, tapi bukan karena dia terbuai dengan gombalan buaya darat kurang modal seperti Aaron, tapi karena sekarang dia sudah berhasil membuat Aaron tergila-gila padanya. Bahkan pria itu sampai berniat ingin membuang wanita yang sudah menjadi kekasih simpanannya selama bertahun-tahun demi Anna yang baru dekat dengannya 1 bulan lebih yang lalu.
Yes, memang itu tujuanku menggodamu pria brengsyek. Dasar buaya darat kurang modal. Jangan harap aku akan menolak jika kamu ingin membiayai semua kebutuhanku, membelikanku barang-barang mahal, dan lain sebagainya. Kamu pikir aku tidak tahu bahwa semua fasilitas dan kemewahan yang kamu gunakan dan nikmati saat ini semuanya adalah hasil jerih payahku selama 6 tahun terakhir.
.
.
Sesampainya mereka di parkiran apartemen. Seperti biasa, Anna akan naik lebih dulu dari Aaron. Itu agar kedekatan mereka berdua tidak sampai tercium oleh Daisy untuk sementara waktu.
"Aku duluan, ya. Terima kasih karena sudah menemani dan mengantarku hari ini." Anna berkata dengan lembut dan tersenyum manis pada Aaron.
"Sama-sama," balas Aaron.
Ketika Anna hendak turun duluan dari mobil, tiba-tiba saja Aaron menarik pergelangan tangan gadis itu. "Tunggu dulu."
Anna menoleh. "Ada apa?"
"Begini, aku hanya ingin mengatakan bahwa, semakin hari hubungan kita jadi semakin dekat. Aku selalu mengantarmu jalan-jalan dan selalu menemanimu kemana pun kamu pergi, tapi sepertinya kamu tidak pernah memberikan sesuatu padaku sebagai balasan. Kenapa?" tanya Aaron. Sejujurnya impian buaya darat sepertinya tidak lain dan tidak bukan adalah ingin dihangatkan di atas tempar tidur oleh gadis cantik di sampingnya, tapi karena dia tidak ingin kehilangan Anna karena sikap gegabah yang memaksakan kehendaknya, pria itu pun berusaha untuk menahan diri dan bersabar sampai Anna benar-benar mau memberikan apa yang dia inginkan tanpa perlu dia paksa.
"Memangnya kamu ingin hadiah apa?" tanya Anna, dan Aaron pun menjawab dengan menunjuk pipinya.
Cup. Tanpa perlu berlama-lama, Anna segera memberikan ciuman di pipi kiri pria itu.
"Sudah," kata Anna, lalu dengan sedikit terburu-buru segera keluar dari mobil Aaron. Sebenarnya Anna sudah tidak sabar ingin segera menonton pertunjukan saat Daisy menemukan kejutan yang sudah dia siapkan spesial untuk wanita itu.
Sementara itu, Aaron yang baru saja mendapatkan kecupan lembut perdana dari Anna di pipinya pun jadi senyam-senyum sendiri.
"Sepertinya malam ini aku akan sulit tertidur," gumam Aaron, sambil memegangi bekas ciuman Anna. Pria itu terus menatap punggung gadis pujaannya hingga hilang dari balik pintu lift.
.
.
"ARGH!!! TIDAK!!! TIDAK!!! PERGI!!! PERGI!!!"
"Hahaha. Rasakan itu." Bella tertawa puas saat melihat Daisy berteriak histeris karena ketakutan. Dia merasa tontonan itu adalah mood booster baginya. Bagaimana tidak, video itu bahkan jauh lebih menarik untuk dia tonton ketimbang film yang tayang di bioskop-bioskop saat ini.
"Selamat menikmati kejutan dariku perempuan j*****g. Ini baru permulaan." Anna tersenyum menyeringai.
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Adelia Rahma
ini baru permulaan..
tunggu kelanjutannya dan akan segera datang Daisy
2022-11-27
1
fifid dwi ariani
sukses selalu
2022-10-04
1
Ajusani Dei Yanti
buaya darat masuk perangkap🤭🤭🤭
2022-09-25
1