Telepon Miranda berbunyi, gadis itu yang baru selesai mandi bergegas meraih dan memeriksa.
"Siapkan CV mu dan bawa ke kantor besok." Pesan singkat dari Hendra sang bos membuat gadis itu memanyunkan bibir.
Gadis itu masih tak habis pikir dengan sikap sang bos, terkadang terlihat kasar tapi kadang lembut seperti sikap seorang ayah pada putrinya.
Ponsel di tangan Miranda kembali bergetar membuyarkan lamunannya, nama Ricki muncul di layar, gadis itu langsung menjawab panggilan itu.
"Lagi ngapain, udah makan?" tanya Ricki yang selalu perhatian meski cintanya tak berbalas.
"Aku tadi beli nasi padang, bentar lagi mau makan. Mas Ricki udah makan?"
"Belum," jawab Ricki pelan.
"Makan dong masak ngingetin aku makan malah kamunya belum makan." Miranda menghempaskan tubuh di ranjang.
"Temenin," rengek Ricki manja.
"Haduh... males ah mau jalan ke sana!"
Sebuah ketukan membuat Miranda bangkit dan beranjak memeriksa siapa yang mengetuk kamarnya, saat pintu terbuka sedikit sebuah senyum manis dengan kerlingan nakal menyambutnya.
"Lah... kirain si Aa mau ambil baju!" seru gadis itu membuka pintu lebar.
Ricki menenteng kantung berisi makanan yang dia beli sebelum ke sini, tanpa dipersilahkan pria itu langsung masuk dan meletakkan makanan di meja lalu membuka dan mengajak Miranda makan.
"Ish... kamu selalu begitu gak mau nanya dulu, aku udah makan apa belum, tuh nasiku belum kubuka, gimana ngabisinnya coba!" Miranda sewot melihat makanan yang dibawa Ricki.
"Udeh... kita makan bareng pelan-pelan pasti habis, atau nasimu kasihkan ke Aa aja."
Sambil menghela napas Miranda mengirim pesan pada Aa penjaga kos untuk datang ke kamarnya mengambil makanan yang ia beli.
Tak berapa lama terdengar suara langkah kaki mendekat, dan si Aa pun melongokkan kepala di pintu.
"Ada apa Neng panggil Aa?" tanya pemuda itu sopan.
"Ini A ada nasi padang, Mas Ricki beliin buat Aa. " Miranda mengulurkan nasi bungkus pada pemuda itu.
"Wah... terima kasih Neng, A tau aja saya belum makan," pemuda itu tersipu malu.
"Yuk makan bareng!" ajak Ricki.
"Maaf A, saya masih ada kerjaan tos di lanjut, terima kasih ya nasi padangnya," Pemuda itu berbalik kembali ke tempatnya semula.
Ricki dan Miranda menyantap makan sambil membahas pekerjaan baru sang gadis yang begitu antusias menceritakan bagaimana sikap bos barunya yang aneh.
"Kamu betah apa nggak di situ?" tanya Ricki sambil mengemas bungkus makanan untuk dibuang.
"Aku sih soal pekerjaan seneng, hanya sikap bos ini agak lain," Miranda mengambilkan minum untuk Ricki.
"Dia gak kurang ajar kan?" Ricki terus mengorek keterangan dari gadis pujaannya, dia lega mendengar kalau semua baik-baik saja.
Ricki lanjut membantu Miranda menyiapkan CV sampai larut malam, berada di samping gadis itu membuatnya begitu nyaman.
"Mas seneng kamu mendapatkan pekerjaan yang bagus, selama kamu nyaman di sana jalanin aja tapi kalau bosmu macem-macem bilang sama aku biar ku hajar!" ucap Ricki mengayunkan tinjunya..
"Udah malem, Mas gak pulang?" Miranda mengingatkan.
"Oh... iya, ya sudah aku pulang dulu kamu istirahat ya," Ricki mengusap kepala Miranda sebelum pergi.
Setelah Ricki berlalu gadis itu menutup pintu kamar dan bersiap membersihkan diri sebelum tidur, baru saja membalikkan badan suara pintu di ketuk dari luar, dia pun kembali membuka pintu mengira Ricki kembali untuk mengambil sesuatu yang mungkin tertinggal.
Namun di depan pintunya berdiri sosok tinggi tegap berwajah datar menatapnya tanpa ekspresi.
"Pak Hend... " mulut gadis itu ternganga seperti melihat hantu.
"Pakai jaket atau apalah, ayo ikut aku!" ucap pria itu tanpa beban.
"Ba-bapak menyuruh saya kerja malam begini?" Miranda menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya anggap saja begitu, kutunggu di mobil cepat gak pakai lama!" pria paruh baya itu melangkah pergi menuju mobil.
Miranda masih tertegun bingung tak percaya dengan apa yang terjadi, ia pukul kepalanya sendiri mencoba memastikan ini nyata apa mimpi, ternyata dia merasakan sakit berarti semua ini nyata.
Tak berpikir panjang lagi gadis itu nengambil dress bunga-bunga selutut dan memakainya, mengikat rambutnya tanpa disisir, kemudian memasukkan ponsel ke dalam tas lalu memakai sepatu dan bergegas menemui Hendra setelah mengunci pintu kamar.
Ragu-ragu gadis itu berdiri di samping pintu mobil dan kacapun terbuka, Hendra menyuruhnya segera masuk, dengan gugup gadis itu mengikuti perintah atasannya.
Mobil melaju membelah malam, entah ke mana pria itu akan membawanya malam-malam begini, gadis itu tak berani bertanya dan Hendra juga membisu sepanjang jalan.
"Emang kos kamu boleh masukin pria?" tiba-tiba Hendra bertanya.
"Ehm... anu boleh asal tidak nginap," jawab gadis itu gugup.
"Jadi pacarmu sering ke situ sampai malam?" la njut Hendra seperti polisi menginterogasi penjahat.
"Ti-tidak juga, pacar saya?" Miranda kaget dan menoleh ke arah Hendra yang fokus menatap jalan di depannya.
"Iya, aku nungguin pacarmu pulang lama sekali, kupikir dia mau nginap di sana,"
Seketika Miranda melotot menyadari Hendra sudah menunggu sejak Ricki di tempatnya, gadis itu semakin bingung dengan kelakuan bosnya itu.
"Jadi dari jam berapa bapak datang?" Miranda penasaran.
"Ya dari si penjaga ambil nasi bungkus dari kamarmu."
Mendengar itu gadis itu menggaruk kepalanya, dia masih tak mengerti tujuan bosnya mendatanginya lalu mengajaknya pergi entah ke mana.
Mobil melaju ke sebuah hotel mewah dan parkir tepat di depan klub malam yang menjadi bagian dari hotel itu. Setelah mematikan mesin mobil, Hendra mengajak Miranda keluar.
Gadis itu tertegun membaca tulisan besar nama club yang akan mereka datangi, meskipun dia belum pernah masuk ia tahu itu tempat apa, ada penolakan di dada gadis itu rasanya enggan menuruti ajakan bos anehnya kali ini.
"Ayo... kita duduk sejam lalu pulang!" ucap Hendra sambil nenunggu Miranda keluar dari mobil.
"Kita mau ngapain?" tanya gadis itu curiga.
"Ingat si Lucky yang tadi ke kantorku, dia ada di dalam makanya aku ajak kamu biar ada alasan cepat pulang!"
"Tapi saya... "
"Udah jangan bawel, aku kasih kamu uang asal ikut masuk, nggak usah takut aku nggak bakalan perkosa kamu!" mata Hendra mulai gusar.
Seperti kerbau dicucuk hidungnya gadis, itu pasrah mengikuti langkah Hendra, rasa malu, aneh campur aduk mengiringi setiap langkah kakinya memasuki pintu club.
Hai... sorry lama gak update, ada pekerjaan yang membuat otak otor beku gak bisa nulis. Apa yang terjadi dengan Miranda di dalam club ya? tunggu bab berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments