Sopir itu masuk ke mobil lalu menyerahkan kunci hotel pada juragan Agus, Miranda semakin takut dan ingin kabur dari tempat itu.
"Kamu istirahat, besok pagi jemput aku di sini," pesan juragan Agus pada sang sopir.
Juragan Agus mengeluarkan koper dari bagasi lalu mengajak Miranda masuk ke hotel, gadis itu semakin takut, wajahnya pucat, dia ingin menolak namun tangan juragan Agus mencengkeram lengannya membawa masuk ke dalam, ia menunduk lesu saat di dalam lift sambil menahan tangis.
Pintu lift terbuka, mereka berjalan ke sebuah kamar, berat rasanya ketika hendak masuk ke dalam kamar itu. Miranda termangu memandangi ruangan kamar hotel, sementara juragan Agus meletakkan koper di lemari.
"Duduklah, jangan bengong begitu," tegur juragan Agus melihat Miranda masih berdiri kaku.
Sambil menelan ludah, Miranda duduk di ranjang dengan pikiran yang kalut. Sang pria terlihat begitu santai melepaskan sepatu sambil duduk di sofa.
"Kamu mau pergi ke mana?" tanya juragan Agus pelan.
Miranda tersentak lalu menggeleng pelan, sejujurnya dia juga belum punya tujuan mau pergi ke mana.
"Sebutkan nama kota yang ingin kamu datangi, aku akan bantu kamu kabur dari sini, gunakan ponsel ini untuk menghubungiku jika kamu butuh sesuatu." Juragan Agus memberikan ponsel yang baru dia beli pada Miranda setelah memasukkan nomor pribadinya pada ponsel itu.
"I-ini untukku?" Miranda bingung menerima ponsel itu.
Pria itu mengeluarkan uang dari dompet lalu menyerahkan pada Miranda, lagi-lagi gadis itu kebingungan dengan sikap juragan Agus.
"Ambillah kamu butuh uang ini, apa kamu tidak punya rekening?"
"A-ada tapi buat apa?" Miranda masih bingung.
"Berikan nomor rekeningmu, aku akan kirim uang buat kamu."
"Ta-tapi untuk apa semua ini, kenapa Mas Agus melakukan ini untukku?" Miranda memberanikan diri menatap juragan Agus.
"Aku ingin membebaskanmu dari ibumu, bukankah kamu ingin pergi?" ucapnya datar.
"Iya, tapi bagaimana nanti Mas Agus bilang sama ibuku?" Gadis itu penasaran dengan apa yang akan pria itu lakukan setelah ini.
Pria itu bangkit dari duduknya lalu mendekati Miranda, dia menyentuh pipi gadis itu mengusap lembut sambil tersenyum.
"Aku memang sangat menginginkanmu, tapi aku juga ingin kamu bahagia," ucap pria itu lembut.
Miranda hanya menelan ludah, tubuhnya menjadi dingin kaku tak bergerak, napasnya terasa berat, berduaan dengan seorang pria di dalam kamar membuatnya sangat takut.
"Katakan padaku, kamu mau ke mana, biar kuurus sekarang, besok kamu tinggal berangkat."
Miranda mengerjapkan mata, memaksa otaknya berpikir tentang kota tujuan yang akan dia datangi. Matanya tertuju pada layar televisi yang sedang menayangkan berita dan ia membaca nama kota yang ada di layar.
"Ba-bandung ...," ucapnya pelan.
"Baiklah, aku akan pesankan tiket pesawat besok pagi kita kuantar ke bandara."
Juragan Agus meraih ponsel milik dan mulai mencari tiket penerbangan ke Bandung.
"Mana KTPmu?" pintanya.
Miranda mengambil dompet lalu menyerahkan benda tipis itu pada juragan Agus, dia menatap lekat wajah pria paruh baya yang tengah fokus pada layar ponselnya.
Wajah itu terlihat tenang, rambutnya bergelombang dengan uban yang mulai muncul megintip di balik rambut hitam yang tebal, sebenarnya wajah pria ini lumayan tampan.
Miranda tersadar lalu menggelengkan kepala, dia tetap harus pergi dari kota ini, sebaik apa pun juragan Agus padanya selama masih dalam pengawasan sang ibu hidupnya tidak akan pernah bahagia.
"Ok, sudah selesai besok penerbangan sore, jadi kita bisa santai berangkat ke bandara, aku juga sudah siapkan tempat tinggalmu di sana, kamu nggak usah takut mau tinggal di mana." Pria itu tersenyum sambil meletakkan ponsel di meja.
"Apa yang harus saya lakukan sebagai ganti semua kebaikanmu, Mas?"
Pria itu perlahan membuka kancing dan membuka bajunya lalu meletakkan di lemari, jantung Miranda kembali berdesir melihat pemandangan pria yang hanya mengenakan kaus dalam berdiri tepat di depannya.
Aroma parfum musk lembut menusuk hidung menguar dari tubuh juragan Agus, pria itu duduk di samping Miranda.
"Apa kamu punya pacar?" tanya Juragan Agus, Miranda menggeleng pelan.
Pria itu kembali menyentuh pipi Miranda mengusap dengan lembut, gadis itu kembali membeku dengan bulu di seluruh tubuh yang meremang.
"Kamu cantik sekali Mira," suara juragan Agus melebur bersama kecupan yang tiba-tiba mendarat di bibir mungil Miranda.
Gadis itu tersentak membelalak saat bibirnya telah beradu dengan milik juragan Agus, pria itu menikmati bibir sang gadis dengan lembut.
Miranda mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya, akan tetapi tangan kekar itu menahan kepalanya, untuk sesaat dia seperti tersengat ribuan lebah mendapatkan ciuman yang begitu tiba-tiba, napasnya tersengal saat pria itu berhasil menindih tubuh mungilnya.
Miranda menutup rapat matanya, dan hampir menangis, bayangan akan kehilangan mahkota tergambar begitu jelas, tiba-tiba pria itu menghentikan ciumannya, menarik dirinya dari tubuh sang gadis.
"Maafkan aku sudah membuatmu takut, meskipun aku sangat ingin memilikimu tapi aku tidak akan memaksamu Miranda," ucap juragan Agus lirih.
Miranda membuka mata, melihat pria itu tengah menatap wajahnya dengan senyum hangat. Lagi-lagi gadis itu hanya menelan ludahnya, rasa itu masih tertinggal di bibir mungilnya.
"Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu," bisik pria itu bangkit lalu mengenakan kembali pakaiannya dan keluar dari kamar meninggalkan Miranda sendirian.
Gadis itu tercengang sendirian, ia meraba bibirnya dan masih shock dengan ciuman yang baru pertama dirasakan dalam hidupnya.
Juragan Agus tak juga kembali ke kamar, Miranda pun belum tertidur, di sisi lain dia takut tidur di kamar hotel, di sisi lain dia takut pria itu kembali dan melakukan hal yang ia takutkan.
Gadis itu mengambil ponsel barunya, melihat jam dan memeriksa nomor yang tersimpan di sana, hanya ada satu nama Agus yang tersimpan di sana.
Ia memberanikan diri memanggil nomor juragan Agus, beberapa saat terdengar suara pria itu menjawab.
"Ada apa Mira?"
"M-a-s A-gus di mana?" tanya Miranda terbata.
"Aku di sebelah, sudah kamu tidur aja," sahut pria itu, suaranya terdengar serak seperti orang yang bangun tidur.
Miranda pun mengakhiri panggilannya, dia merasa lega setelah tahu juragan Agus tidak akan kembali ke kamar ini, gadis itu memaksa memejamkan mata dan akhirnya ia terlelap dalam dunia mimpi.
*****
Hai terima kasih sudah membaca, jangan lupa like dan komen ya .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments