Sebuah hukuman

Kondisi tempat kerja Miranda sangat ramai pengunjung, harusnya saat ini dia sudah pulang jam kerjanya sudah selesai, tapi karena melihat pengunjung ramai dia memutuskan untuk menambah dua jam.

Prankkk!!

Suara gelas jatuh, salah satu pelayan menjatuhkan nampan dan membuat baju salah satu pelanggan kotor dan terlihat marah, Miranda yang ada di sebelah langsung mendekat dan membantu temannya.

"Maafkan kelalaian kami, Pak," ucap Miranda sambil membersihkan meja dan kursi yang terkena tumpahan air kopi.

"Gimana sih kerja kok gak beres!" bentak pria itu sambil mengibas-ngibas bajunya yang basah.

Sementara pelayan yang melakukan kesalahan terlihat syock dan tak tahu harus berbuat apa, membuat pria itu semakin kesal, namun Miranda dengan cepat mendinginkan suasana.

"Rini minta maaf dan cepat bersihkan lantainya, maaf Pak, boleh saya bantu bersihkan bajunya?" Miranda memandang pria itu dengan lembut.

Sambil mendengus pria itu membiarkan Miranda mengelap bajunya menggunakan tisu basah, memang tidak bisa bersih seperti semula, namun sikap Miranda membuat kemarahan pria itu mereda.

"Sudah Mbak, nggak apa-apa." Pria itu menarik dirinya.

"Kami ganti yang baru ya Pak," ucap Miranda.

"Nggak usah, saya mau pulang, nggak nyaman pakai baju kotor begini," sahut pria itu sewot.

"Sekali lagi kami mohon maaf ya, Pak. Apa Bapak bawa baju ganti biar saya cucikan bajunya," tawar Miranda.

"Sudah tidak apa-apa, saya bisa cuci sendiri."

"Maafkan saya ya, Pak. Saya tidak sengaja menumpahkan kopinya," ucap pelayan dengan suara bergetar ketakutan, pria itu membalas dengan dengusan lalu berdiri dan melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

Miranda menepuk pundak temannya mengajak masuk ke ruang karyawan, supervisorpun langsung menegur atas kelalaian yang dilakukan anak buahnya.

"Untung saja bapak itu nggak nuntut, lain kali hati-hati kalau terulang lagi aku gak akan pertahanin kamu! Miranda terima kasih sudah membantu, kamu boleh pulang sekarang." Sang supervisor melunak saat berbicara dengan Miranda.

Miranda berpamitan dia meletakkan atribut yang ia kenakan, ia pun bergegas mengambil tas dan tak lupa absen sebelum meninggalkan tempat kerja.

Gadis itu berjalan keluar dari mall tempat dia bekerja, menunggu mobil angkot yang akan ia tumpangi pulang di sebuah halte.

Sebuah mobil warna hitam dengan kaca gelap berhenti tepat di depan halte, Miranda yang tengah asik dengan ponselnya menghiraukan mobil itu.

Suara klakson mobil berbunyi dibarengi kaca mobil yang terbuka, beberapa kali pengemudi membunyikan klakson mobilnya membuat Miranda yang tadinya tak peduli melongok ke arah mobil.

Pengemudi mobil memberi tanda pada Miranda agar mendekat, pria itu adalah pelanggan yang tadi terkena musibah kopi tumpah di tempatnya bekerja, gadis itu pun berdiri dan mendekat ke pintu mobil.

"Bapak memanggil saya?" tanya Miranda bingung.

"Masuklah!" ucap pria itu dengan suara melunak, tak semarah tadi waktu kejadian.

Miranda tak langsung memenuhi permintaan orang itu, dia menoleh ke kanan dan ke kiri sembari berpikir apa maunya pria ini.

"Bukannya tadi kamu mau mencucikan bajuku, masuklah, aku sudah ganti baju ini baju kotornya."

"Mmm ... kalau begitu biar saya bawa bajunya saja, nanti saya antar ke mana kalau bajunya sudah bersih Pak?"

"Maka dari itu masuklah ke mobil, kamu mau pulang kan, biar aku antar dan aku tahu tempat tinggalmu!"

Miranda terdiam, suara klakson angkot meminta mobil yang ditumpangi pria itu memberinya jalan, karena mobil itu berhenti di tempat pemberhentian mobil angkutan, melihat hal itu sang pria kembali meminta Miranda masuk sambil membukakan pintu dari dalam, dengan ragu gadis itu pun masuk mobil meski hatinya berdebar tak karuan.

Perlahan mobil itu melaju membawa Miranda pergi dari tempat itu, beberapa saat gadis itu terdiam mencoba menguasai dirinya.

"Mmm ... sekali lagi saya minta maaf atas kelalaian teman kerja saya Pak." Miranda mencoba mencairkan suasana tegang dihatinya.

"Aku belum makan, kamu sudah makan?" Pria itu malah menanyakan hal lain.

"Belum, eh sudah ..." Miranda menelan ludah karena gugup

"Kalau begitu sebagai permintaan maafmu, sekarang kamu temani saya makan," ucap pria itu datar.

"Tapi Pak ...." Miranda semakin bingung.

Pria itu menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan sunda yang menggunakan gazebo untuk tempat pengunjung menikmati makan.

Setelah turun dari mobil, pria itu mengajak Miranda masuk di salah satu gazebo tepat di,atas kolam, kalau saja saat itu pergi dengan pasangan pasti suasananya sangat romantis, makan sambil melihat ikan koi warna warni berenang di bawahnya.

Pria itu membunyikan kentongan yang menggantung di tiang gazebo untuk memanggil pelayan, tak lama kemudian seorang pria berseragam restoran datang membawa buku menu.

Miranda duduk sambil mengamati sekitar, sesekali menjawab pertanyaan pria yang mengajaknya ke tempat ini.

"Mau pesan yang lain lagi?" tanya pria itu lagi.

"Sudah itu saja, Pak," jawab Miranda tersenyum kaku.

"Namamu Miranda, kan?" tanya pria itu setelah pelayan pergi, gadis itu mengangguk pelan.

"Aku Hendra, kamu gak nanya siapa namaku?"

"Bapak kan baru menyebutkan nama," jawab Miranda datar.

"Ya harusnya kamu nanya dong, biar tahu namaku." Pria itu menatap Miranda, gadis itu menunduk resah.

"Sekali lagi saya minta maaf atas kelalaian teman saya, Pak," ucap gadis itu pelan.

"Aku maafkan dengan satu syarat!"

Miranda mengangkat wajah menatap Hendra, pria itu diam karena saat itu pelayan datang menghidangkan makanan yang mereka pesan.

Setelah pelayan pergi Hendra mengeluarkan kartu nama dan menyodorkan pada Miranda.

"Besok kamu datang ke kantorku jam tujuh pagi."

Gadis itu menatap alamat di kartu nama, sebuah kantor yang tak jauh dari tempat dia bekerja, dia pun mengangguk setuju lalu menyimpan kartu nama itu di dalam tas.

"Makan lah habis ini aku antar kamu pulang," ucap Hedra datar.

Miranda menyuap mulutnya dengan perasaan campur aduk, menerka-nerka apa maksud pria ini, kenapa dia harus ke kantornya padahal yang membuat kesalahan bukan dirinya, tapi kenapa harus dia yang menerima hukuman.

Usai makan Hendra mengantar Miranda pulang, sebelum turun pria itu kembali meminta sesuatu kali ini dia meminta nomor ponsel gadis itu dan menyerahkan baju kotor miliknya.

Tanpa perlawanan Miranda memberikan nomor ponselnya dan mengambil kemeja milik Hendra untuk dicuci, dengan sopan gadis itu mengucapkan terima kasih sebelum keluar dari mobil.

Gadis itu berjalan ke kamar dengan wajah masam, sementara Hendra meninggalkan tempat itu sambil tersenyum sepanjang jalan, jiwa usilnya seolah terpuaskan telah memperdaya Miranda gadis manis yang baru ia temui.

Apa yang terjadi dengan Miranda setelah ini, siapakah Hendra sebenarnya, sampai ketemu di part selanjutnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!