Pelakor Pilihan Mertua
Seperti biasa aktivitas di awal pagi semua ibu rumah tangga di komplek perumahan Melati, selalu di sibukkan dengan urusan rumah. Ada yang memasak untuk ahli keluarga mereka, ada yang menjemur pakaian, ada yang sibuk bersiap pergi bekerja bagi wanita karir. Mereka melewati pagi ini dengan tenang dan damai seperti hari sebelumnya.
Tidak bagi Aisyah, selepas kepergian suaminya ke kantor, dia kembali di omeli dan di caci maki oleh mertuanya yang kejam.
"Kamu tuh becus nggak sih jaga rumah anak aku! Ini lihat debu di sana- sini! Dasar istri pemalas kamu ini!". Herdik Wahida yang berada di ruang tamu rumah Aisyah sambil menyeka debu di segala perabotan.
"Aku sibuk urusin Albar bu! Nanti aku usahakan membersihkan semuanya yah!". Aisyah membalas dengan suara lembut. Bukan karena takut pada mertuanya itu, tapi sebagai menantu, dia mesti menghormati ibu suaminya seperti ibunya sendiri.
Albar yang berada di gendongan Aisyah yang baru berusia delapan bulan sedang menangis karena mendengar suara neneknya tadi.
"Cup, cup sayang, ummi ada di sini sayang!". Gumam Aisyah menenangkan anaknya.
"Anak kamu juga kenapa nangis aja dari tadi? Kamu dengan anak kamu sama- sama tidak berguna!". Sambung Wahida memaki menantu dan cucu pertamanya.
"Istighfar buk! Ini juga anak bang Rehan, cucu ibu! Apa ibu tidak kasihan melihatnya seperti ini?". Imbuh Aisyah merasa sedih mendengar perkataan mertuanya.
Bukan hanya dia yang tidak di terima oleh mertuanya, bahkan anaknya juga ikut di benci, padahal anak kecil itu tidak mengetahui apa-apa. Sebagai ibu Albar, Aisyah begitu terluka jika anaknya di katakan yang tidak baik.
"Aku tidak mau tahu! kamu tidak membersihkan semua ruangan ini sebelum Rehan pulang! Dan tetap terlihat berantakan seperti sekarang, Aku akan ajak Mulan datang kesini bersihkan rumah anak aku".
"Dulu dia yang sering datang kemari membersihkan rumah ini sambil membawa masakan yang lezat hasil tangannya sendiri, kamu pula cuma pandai goreng telur melulu, bagaimana anakku mau sehat jika makan itu tiap hari". Sambung Wahida membandingkan Aisyah dengan calon menantu idamannya.
Aisyah memang selalu di banding- bandingkan seperti itu oleh mertuanya, tapi perempuan yang di maksud tidak pernah benar- benar datang ke rumahnya, semua itu hanya hayalan mertuanya saja.
Aisyah hanya mampu mengelus dadanya sambil meneteskan air mata. Dia dengan cepat menyeka air matanya, takut itu menjadi bahan lain mertuanya untuk menyudutkannya.
Hati menantu mana yang tidak sakit jika mertuanya terus saja membanding- bandingkan nya dengan perempuan lain? Bukan dia tidak pandai memasak, cuma keadaannya sekarang yang tidak memungkinkan dia untuk melakukan banyak pergerakan lantaran anaknya yang masih kecil dan perlu pengawasan dan kasih sayang lebih pada masa pertumbuhannya.
Wahida terus saja mengoceh yang membuat telinga Aisyah terbakar cemburu, tapi dia percaya suaminya pasti akan selalu setia padanya. Dia menutup telinga saja jika mertuanya datang hanya untuk memancing emosinya saja.
Albar terus rewel karena mendengar suara neneknya yang melengking, Aisyah membawa Albar masuk ke kamar untuk menidurkan anak itu.
"Kamu mau kemana itu? Orang tua bicara bukannya didengerin bagus- bagus, malah pergi begitu saja! Dasar tidak punya sopan santun kamu yah!". Wahida tidak mempedulikan Albar yang terus saja menangis dan tetap mengomel tidak jelas kepada Aisyah.
Aisyah menoleh ke arah mertuanya dan meminta maaf. "Maaf ibu! Aku akan tidurkan Albar dulu di kamar baru aku kembali menemani ibu lagi yah!". Bujuk Aisyah dengan suara lembut.
Wahida membuang muka mendengar ucapan Aisyah, jengkel dengan menantunya itu yang selalu bersikap lembut walaupun dia selalu memperlihatkan ketidaksukaannya pada menantunya itu.
Setelah menidurkan Albar, tanpa sengaja Aisyah turut menutup mata dan ikut terlelap di samping anaknya. Dia begitu lelah mengurus suami dan anaknya seorang diri tanpa ada keluarga yang datang membantunya.
Aisyah adalah anak yatim piatu yang di besarkan di sebuah panti asuhan sejak dia lahir. Dia tidak pernah tau siapa orang tuanya yang sebenar, dan tidak akan mencari tahu akan hal itu, 'orang tua yang tega membuang anaknya tidak ada gunanya di cari'. pikir Aisyah.
Wahida yang mulai lapar dan Aisyah belum muncul juga dari menidurkan anaknya, mulai naik tensi lagi dan pergi mencari Aisyah di kamarnya.
Tiba- tiba saja muncul tanduk di atas kepala Wahida ketika melihat menantu yang tidak di inginkan itu asik tidur di samping anaknya dan membiarkannya menunggu hingga tumbuh uban di kepala saking lamanya menunggu.
Wahida masuk ke dalam kamar menghampiri Aisyah dan menarik kasar menantunya itu turun dari kasurnya.
Aisyah sontak terbangun dari tidurnya dan kaget melihat wajah mertuanya berwarna merah karena marah padanya.
"Ada apa ini ibu?". Aisyah bertanya sambil mengucek matanya dengan satu tangan.
Wahida tidak menjawab dan tetap menarik tangan Aisyah keluar dari kamar. Sampai di dapur, baru lah Wahida melepaskan tangan Aisyah dengan mendorongnya dengan kasar, sangat kuat hingga membuat Aisyah terjatuh dan membentruk sudut meja yang tajam.
Aisyah memegang dahinya, dia terkejut karena melihat ada darah di tanganya. "Sakit ibu!". Keluh Aisyah kesakitan.
Wahida tidak merasa prihatin melihat Aisyah, dia tetap menyalahkan Aisyah. "Kamu itu terlalu lemah jadi perempuan! Baru begitu aja sakit, kamu cepat bersihkan luka kamu dan buat kan aku ayam goreng".
"Tapi dalam kulkas tiada ayam ibu, aku masakkan yang lain aja yah!". Tawar Aisyah lalu melangkah mencari kotak obat di ruang tamu. Setelah mengobati lukanya, Aisyah kembali ke dapur menemui mertuanya yang asik bermain ponsel entah dengan siapa.
"Udah?". Wahida bertanya tapi tetap menatap ponsel.
"Udah buk!"
"Sekarang kamu pergi beli ayam di pasar cepat! Jangan pake lama! Cepat!". Titah Wahida ketus.
Aisyah berfikir sejenak, ingin pergi tapi jarak dari sini ke pasar memakan waktu lima belas menit naik motor, jadi pulang pergi memakan waktu setengah jam, mana waktu memilih daging juga, sedang Aisyah Khawatir anaknya menangis selama dia di luar. Tapi menolak keinginan mertuanya sama saja menggali kuburan sendiri dengan mendengar cacian mertuanya itu jika dia menolak untuk pergi.
Akhirnya Aisyah setuju pergi ke pasar beli ayam.
"Ya udah aku pergi pasar belikan ibu ayam, tapi tolong jaga kan Albar sebentar ya buk!".
"Emmm".
Akhirnya Aisyah bisa lega menitipkan Albar bersama mertuanya, walau hatinya tidak begitu yakin.
Setelah bersiap dan memesan ojol di Aplikasi Gujek, Aisyah berdiri di depan gerbang menunggu di jemput oleh bang ojol.
Ada beberapa ibu- ibu kompleks yang berjalan di hadapan Aisyah sambil menatapnya dengan tatapan aneh. Mereka seolah mencibir penampilan Aisyah. Aisyah yang merasa di perhatikan, sontak memperhatikan penampilan dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Dia hanya memakai daster panjang selutut, rambut yang di ikat tanduk satu di belakang, menggunakan sandal jepit dan tidak memoles sedikit pun, baginya penampilan seperti itu tiada yang aneh menurutnya.
"Suaminya ganteng dan gagah banget, tapi kok dia penampilannya seperti itu sih? Nggak sepadan banget kan?". Ujar salah satu ibu yang melewati Aisyah tadi.
Aisyah tidak memasukkan ke hati omongan mereka yang terdengar meremehkan dirinya seperti mertuanya.
"Dia kan baru aja melahirkan jeng! Ya normal kok jika penampilannya seperti itu, lama- kelamaan juga kembali cantik lagi". Bela ibu satu nya lagi.
"Itu pun jika dia pandai merawat dirinya, jika tidak? Jangan salahkan suami jika nanti main dengan perempuan lain". Balas ibu yang tadi seolah memang tidak suka dengan Aisyah.
Suara ibu- ibu yang mencibir semakin jauh dan tidak jelas terdengar, perkataan ibu- ibu itu berhasil membuat Aisyah berpikir. Dia terus berfikir tentang masa kedepannya tentang hubungannya kelak bersama suami, apakah tetap seharmonis sekarang, meski mertua selalu mencela hubungan mereka?
Aisyah tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara motor yang berhenti di hadapannya.
**
Sepanjang kepergiannya, perasaan Aisyah terus saja gelisah memikirkan anaknya yang berada di rumah.
Setelah sampai ke rumah barulah dia merasa lega dan tidak lagi Khawatir dengan anaknya. Selama di luar, dia tidak mendengar suara tangis Albar, pikirnya mungkin mertuanya sedang menemani anaknya bermain.
Ketika membuka pintu rumahnya, Aisyah di kejutkan dengan kehadiran seseorang sambil menggendong Baby Albar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
lina
kasih sianida saja mertuamu
2023-06-20
0
Bella Safira
jfhdhgd
2023-05-22
0
Bella Safira
0854836584
2023-05-22
0