"Ada apa ini, ibu? Kok sampai marah- marah gini". Tanya Rehan lembut. Dia heran melihat wajah ibunya sudah merah padam entah sebab apa.
"Istri kamu ini mau membunuh aku!". Ujar Wahida penuh emosi, jari telunjuknya mengarah ke wajah Aisyah yang tertunduk.
Rehan kemudian beralih melihat Aisyah bingung, dia belum tahu cerita sebenarnya jadi dia tidak ingin membela siapa- siapa dulu.
"Ada apa ini, sayang? Kenapa ibu bisa sangat marah sama kamu sampai seperti itu?". Rehan bertanya dengan sedikit berbisik pada Aisyah.
Aisyah mendongak kaget suaminya memanggilnya sayang, bukannya senang dia dia dipanggil seperti itu, kini Aisyah malah merasa geli dan jijik mendengar panggilan manja itu. Dia mulai jijik dengan sikap lembut suaminya itu, saat dia bersama selingkuhannya, Rehan hanya memanggil namanya, sekali di rumah berubah sok romantis pula dia.
"Tanya kan aja sama ibu, mas! Apa yang dia lakukan?". Aisyah menjawab dengan nada terpaksa di lembut kan.
"Kalian kenapa, sih? Setiap hari selalu saja bertengkar, aku ingin mendengar penjelasan dari ibu, ada apa ini sebenarnya, kenapa sampai berhamburan seperti ini?". Tegas Rehan kesal melihat makanan berhamburan di meja dan lantai.
"Istri kamu masak makanan seperti masakan dari neraka, pedasnya ketulungan, baru sesuap ibu makan sudah membuat muka ibu merah seperti ini, daripada nanti kamu makan, lebih baik ibu buang masakannya ke lantai, baru tahu rasa dia!". Jelas Wahida memanas- manasi Rehan.
"Apa betul itu, sayang?".
"Mas! Aku itu masak untuk diri aku sendiri, aku tidak mempersilahkan pun ibu makan makanan itu, tapi ibu yang memaksa meminta makanan aku, aku yang baik hati beri aja makanan itu, padahal perut aku udah lapar banget sekarang, aku cuma ingin menjaga hati ibu aja, tapi ibu malah marah- marah". Aisyah membela diri sendiri.
"Masak untuk ibu juga kan nggak lama, kenapa sih kamu tega buat ibu meminta makanan kamu? Kan kasihan ibu juga mungkin sedang lapar sama seperti kamu". Bela Rehan pada ibunya, dia pikir Aisyah memang sengaja menyakiti ibunya.
"Betul itu Rehan! Sekarang ibu sangat lapar, tapi istri kamu hanya masak untuk dirinya sendiri". Ucap Wahida membantu api. Dia tersenyum menang mendapat pembelaan dari anaknya.
"Enak sekali hidupnya, datang ke sini bukannya membantu aku menjaga Albar, malah hanya ingin menyusahkan aku saja, setiap hari selalu mencari mencari cara menjatuhkan aku di mata anaknya, sekarang aku akan melawan, tidak seperti dulu aku hanya diam menerima segala perlakuan ibu kamu, mas! Aku bukan Aisyah dulu!". Gumam Aisyah dalam hati.
"Aku masak untuk ibu, mas! Itu masih OTW". Lalu melangkah mengambil hidangan yang baru matang. "Nah ibu! Lain kali belajar lah bersabar, jangan tahunya cuma marah- marah nggak jelas, nanti cepat mati loh!". Bisik Aisyah di telinga Wahida.
"Dasar menantu kurang ajar! Kamu sumpah aku cepat mati!". Hardik Wahida, wajahnya berubah menjadi seram.
"Sudah la ibu, itu Aisyah sudah masak untuk ibu, betul apa yang di katakan Aisyah, nanti tensi ibu naik lalu. . ..". Rehan tidak ingin melanjutkan omongannya, takut itu menjadi doa untuk ibunya.
"Kamu juga ingin ibu cepat mati?". Lirih Wahida menatap Rehan sedih.
Aisyah tidak ingin melihat drama yang akan dl lakonkan ibunya mertua, pasti nanti dua akan meminta Rehan untuk menceraikan aku agar dia bisa senang. Dia kemudian pergi masuk ke dalam kamar bersama Albar. Dia sengaja membuat kamar khusus Albar yang luas dan pasilitas yang lengkap agar anaknya tidak bosan di kamar dan dua juga betah bersama anaknya di kamar itu.
"Aku tidak bermaksud ngomong gitu, ibu. Aku cuma ingin menasihati ibu, ibu kenapa sih selalu marah- marah kayak gini? Beberapa hari ini ibu terlihat happy, kok semarang kesal lagi?".
"Ibu rindu ketemu dengan Mulan, calon menantu ibu itu kenapa tidak pernah datang lagi, sih? Kamu buat dia sakit hati lagi, yah?". Wahida bertanya dengan berpura- pura sedih.
"Nggak kok, ibu! Kami sekarang bekerja di kantor yang sama, dia di tugaskan memantau proyek kerja sama yang aku jalankan bersama perusahaan tempat nya berkerja. Jadi kami sekarang sedang sibuk banget, maka nya Desi tidak bisa datang". Rehan memberi alasan agar ibunya tidak sedih lagi.
" Jadi sekarang kalian sering bertemu, Han? Apa kalian menjalin hubungan lagi seperti dulu?". Tanya Wahida antusias.
Rehan mengangguk pasti. Senyuman terbit di sudut bibirnya menandakan dia juga bahagia bila bersama Desi.
Wahida yang mendengarnya menjadi sangat bahagia, sedikit lagi impiannya bermenantukan Mulan akan terwujud.
"Hanya dia calon menantu yang ibu inginkan, dia selalu membuat ibu ketawa dan merasakan bahagia, memandang wajahnya saja sudah menyejukkan hati ibu, tidak seperti istri kamu sekarang, dia hanya selalu membuat ibu naik tensi saja". Wahida mulai membandingkan Aisyah dan Desi.
"Bila kamu akan membawanya datang ke rumah lagi, Han? Katakan pada nya ibu sangat rindu dengan dia, pasti Mulan akan langsung datang jumpa ibu!".
"Nanti aku sampaikan yah ibu!". Bujuk Rehan.
Wahida memeluk Rehan erat, gembira anaknya tidak sakit hati lagi bila dia menyebut nama Mulan, malah sekarang Rehan kelihatan sangat ceria setelah ketemu kembali dengan Desi.
"Istri kamu memang tidak berguna, Rehan! Lihat Dapur berantakan, dia malah pergi begitu saja sebelum membersih kannya". Wahida kembali memanas- manasi Rehan agar memarahi Aisyah.
"Iya, nanti Rehan tegur dia yah ibu menginap di sini saja yah! Udah malam banget ini, aku pun ingin naik istirahat, ibu habis kan makanan ibu, lepas tu istirahat aja di kamar tamu". Pesan Rehan lalu pergi dai hadapan ibunya.
Aisyah yang berada di balik pintu dapur sedang menahan amarahnya sambil mengepalkan tangannya keras, setiap ucapan mereka terekam indah di ingatannya, dia semakin dendam kepada pasangan ibu dan anak itu. Dia dengan cepat berlari menaiki tangga sebelum Rehan melihatnya.
**
"Selamat pagi mbak". Suara genit dan terdengar menjengkelkan di telinga Aisyah.
Baru saja Aisyah menuruni anak tangga dan di kejutkan dengan kehadiran wanita yang berhasil memporak- perandakan rumah tangganya. Siapa lagi kalau bukan Desi Mulan Sari, mantan yang kini menjadi selingkuhan suaminya.
Aisyah menghampirinya dengan wajah datar. "Untuk apa kamu datang bertamu di sini pagi- pagi buta begini".
"Calon maduku yang tersayang, sekarang itu udah jam enam tiga puluh menit, udah pagi banget ini, aku aja udah siap berangkat ke kantor". Ujarnya sombong seolah merendahkan Aisyah yang pikirnya telat bangun.
Aisyah memang baru ingin menyediakan sarapan untuk suaminya, tapi dia sedari subuh sudah bangun melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah, menyediakan pakaian kerja Rehan, lalu masuk mengecek Albar di kamarnya, setelah merasa Albar aman, baru lah Aisyah turun untuk menyediakan sarapan, begitu lah rutinitas setiap pagi yang Aisyah lakukan.
"Terus kenapa kamu tidak ke kantor, malah datang ke rumah orang segala?".
"Bakal suami aku di mana? apa dia belum bangun lagi? Aku pergi kejutkan dia, yah?". Desi dengan cepat berlari naik ke tangga melewati Aisyah yang tidak sempat menghalanginya.
Sebelum sampai di anak tangga terakhir, Desi kembali menoleh ke arah Aisyah. "Mbak tidak usah repot- repot buat sarapan, calon madu mu yang baik ini sudah membawakan sarapan yang lezat dari rumah, mbak tolong sediakan saja di pinggan!". Dengan tidak tahu malu nya bersikap seolah perbuatannya tidak melanggar etika bertamu.
"Itu contoh istri yang baik, bangun pagi menyediakan sarapan untuk suami, pagi- pagi udah cantik, menyediakan semua keperluan suami dengan baik, dia juga mandiri tidak hanya mengharapkan uang suami". Puji Wahida yang tiba- tiba berdiri di belakang Aisyah sambil menatap punggung Desi menghilang.
"Tidak seperti menantu kebanyakan, bangun lambat, masak tidak enak, penampilan seperti pembantu, malas nya tidak ketulungan lagi!". Sambung Wahida menyindir menantunya.
Aisyah hanya menatapnya sekilas lalu mengambil makanan di meja ruang tamu untuk di sajikan sebagai sarapan.
Desi yang ingin mengetuk pintu kamar Rehan, urung karena melihat Rehan sudah berdiri di hadapannya dengan pakaian yang sudah rapi dan terlihat tampan.
"Mas udah bangun rupanya, aku jadi terpesona melihat ketampanan mas pagi ini". Berucap sambil tersenyum genit kepada Rehan. Desi membelai dada Rehan yang di balut kemeja dengan sentuhan yang menggoda iman.
"Kamu jangan memancing aku sekarang, sayang! ini masih di rumah, tunggu sampai di kantor ya". Bujuk Rehan menggenggam tangan Desi lembut lalu mengecupnya dengan penuh cinta.
Mereka kemudian bergandengan tangan menuruni anak tangga lalu menuju meja makan di mana Aisyah sedang sibuk menyajikan makanan yang Desi bawa tadi.
Aisyah menoleh kebelakang dan melihat Kemesraan yang di umbar kan suaminya bersama selingkuhannya tepat di depan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
pasang cctv tuh buat rekaman bukti
2023-05-27
0