Pukul delapan pagi, Rehan sudah berada di ruangan Direktur di salah satu cabang perusahaan ternama yang terletak di kota Makassar.
Setiap hari dia selalu sibuk dengan tumpukan dokumen yang tersedia di mejanya setiap pagi. Tapi pagi ini dia heran kemana kesemua dokumen itu.
Dia kemudian menikmati waktu lapangnya dengan berselancar di media sosial menyimak berita terkini di sebuah channel youtube favoritnya.
"Sampai detik ini, petinggi perusahaan Purbalingga Jayangkara yang merupakan perusahaan nomer satu di Indonesia, masih menyelidiki keberadaan pewaris tunggal dari semua aset kekayaannya. Dalam maupun luar negeri Sudah bergerak ratusan agen penyelidik dan ahli IT bagi menemukan keberadaan bayi yang diyakini telah di culik oleh salah satu pesaing hebat Purbalingga Jayangkara 23 tahun lalu". Ujar pembaca Pemberita di sebuah channel YouTube yang khusus untuk mengupdate berita terkini tentang keluarga bangsawan dari perusahaan Purbalingga Jayangkara.
"Sudah hilang selama dua puluh tiga tahun, masih aja di cari!". Gumam Rehan kesal dengan apa yang dia dengar dari pembaca berita di ponselnya.
Jika diberi peluang, dia ingin mencoba mengambil tes DNA, "Barang kali aku lah anak yang hilang itu". Hayalnya.
Reham membayangkan dirinya menjadi pewaris tunggal dari aset kekayaan yang begitu banyak hingga tidak bisa dia habiskan sampai tujuh keturunan sekalipun.
Lamunan Rehan buyar ketika mendengar ketukan dari luar. Dia pun memperbaiki posisi duduknya karena tau siapa yang akan datang menemuinya sekarang.
"Masuk".
Pintu terbuka, memperlihatkan wanita cantik dengan polesan di wajahnya yang terlihat alami, memakai setelan jas mini yang begitu menggoda iman, kaki jenjangnya di balut dengan kaos kaki hitam tipis dan menerawang hingga ke paha, highheels yang dia kenakan menambah keanggunannya.
Huff
Rehan menghela nafas, dia selalu menegur sekretarisnya itu untuk menggunakan baju yang lebih sopan dan tertutup, tapi perkataannya tidak pernah di lakukan oleh sekretarisnya itu.
"Permisi pak! Klien yang anda tunggu sudah menuju ke ruang meeting sekarang, harap anda sudah bersedia dan ikut dengan saya sekarang!". Imbuh Anita, sekertaris Rehan.
Rehan segera berdiri dan berjalan di hadapan Anita menuju ruangan meeting.
Saat Rehan berjalan ke arah kursinya, matanya menangkap sosok perempuan yang selama ini dia rindukan. Mata Rehan tidak lepas dari memandang perempuan itu, jantungnya berdetak sangat cepat memompa darah.
Tapi dengan cepat Rehan menepis semua, kenangan indah bersama perempuan itu sudah terkubur lama setelah dia tega tinggal nikah Rehan.
Perasaan Rehan kala di tinggal nikah waktu itu begitu terpuruk dan menyedihkan, tiada semangat untuk melanjutkan hidup lagi. Dia juga pernah mengalami krisis keuangan karena perusahaan ayahnya yang tiba- tina gulung tikar, seminggu kemudian ayahnya meninggal karena serangan jantung, semakin membuatnya mati semangat, hingga kehadiran Aisyah sebagai penyemangat hidupnya.
Selama dua tahun dia menjalin hubungan pertemanan bersama Aisyah, Rehan berhasil mendirikan perusahaannya sendiri yang dirintis dari nol bersamanya Aisyah sebagai sekretarisnya sekaligus Asisten pribadinya. Aisyah merupakan penyumbang ide terbesar dan cemerlang dalam membesarkan bisnisnya.
Walaupun Aisyah tidak pernah menduduki bangku sekolah, tapi tidak dapat Rehan pungkiri kecerdasan wanita itu. Aisyah memiliki potensi sebagai seorang pengusaha.
Karena berhutang budi kepada Aisyah, Rehan memutuskan mempersunting Aisyah sebagai istrinya, walau sebenarnya dia tidak pernah menaruh perasaan pada Aisyah dan mendapat tentang an dari ibunya.
Wajah Aisyah tiba- tina hadir di pikiran Rehan, kenangan demi kenangan kembali berputar dalam ingatannya. Membuat dia bingung dengan perasaanya sendiri.
Tepukan di bahu Rehan menyadarkannya dari lamunannya.
"Pak Rehan kenapa bengong aja sih? Tuh lihat! Anda sedang menjadi tontonan sekarang!". Bisik Anita tepat di telinga Rehan.
Di hadapan Rehan duduk pria berkarisma bernama Thomas Anggara yang tak lain adalah Manager Direktur dari perusahaan yang akan melakukan kontrak kerja sama dengan perusahaan milik Rehan.
Di samping Pak Thomas, duduk wanita bernama Desi Mulan Sari yang sedang memasang wajah tidak suka dengan kedekatan Rehan dan Anita. Dia adalah mantan Rehan yang tega menyayat hatinya sampai tidak berbentuk lagi.
Rehan memalingkan pandangannya dari pada melihat Desi, perasaan rindu dan sakit hati bercampur menjadi satu. Ingin rasanya dia membatalkan kontrak kerja sama, tapi dia harus bersiap profesional, dia tidak harus mencambur adukkan urusan hati dan bisnis.
Rehan menjadi tidak konsentrasi mendengarkan presentasi bawahan pak Thomas hingga selesai.
Setelah menandatangani kontrak kerja sama, Rehan memberi tahu Anita untuk pulang lebih awal karena merasa tidak enak badan, gejolak di hatinya yang telah menggangu akal sehatnya setelah bertemu dengan mantan kekasih terindahnya tadi.
"Jika ada dokumen yang perlu di tanda tangani hari ini juga, saya akan meminta Lucas untuk membawanya ke rumah Bapak!". Ujar Anita melepas kepulangan Rehan yang terlihat lesu.
**
Pukul sepuluh pagi, Rehan sudah sampai depan gerbang rumahnya, menekan remote kontrol untuk membuka pagar secara otomatis.
Rehan membuka pintu mobil dan terkejut mendengar suara anaknya yang sedang menangis keras di dalam. Dengan langkah cepat, Rehan membuka pintu rumah dan mencari keberadaan suara tangisan itu.
Hatinya begitu geram mendengar anaknya menangis tanpa ada seorang pun yang meredakan tangisnya.
"Kemana si Aisyah nih? Anak di biarkan menangis sendiri di kamar!". Rehan bergumam dengan sangat marah kepada Aisyah.
Sesampai di dalam kamar, Rehan di kejut kan dengan keadaan Albar yang tersedu- sedu seolah sudah menangis cukup lama di kamar ini. Dia mengambil anaknya dan memeluknya dengan hangat.
Rehan menepuk- nepuk punggung anaknya secara perlahan dan menyanyikan lagu untuk menghibur anaknya agar berhenti menangis.
Rehan mencari keberadaan Aisyah sambil menidurkan Albar. Dia turun ke lantai bawah mencari di setiap sudut ruangan, tapi nihil, dia tidak bisa menemukan Aisyah.
Saat memasuki salah satu kamar tamu di lantai bawah, Rehan menjadi bertambah naik darah melihat ibunya sedang tidur dengan nyenyak disana, padahal Albar sudah menangis sedari tadi. Dan ibunya tidak datang untuk menghibur cucunya.
Tapi dia tidak bisa menyalahkan ibu nya itu lantaran dia tau bahwa ibunya jika sudah tidur sudah seperti orang mati, jika bukan keinginannya sendiri untuk bangun atau wangi masakan yang dia suka yang membangunkannya, walau gempa bumi sekalipun ibunya itu tidak akan pernah bangun.
Rehan mendengar langkah kakii yang akan memasuki rumahnya, dia tau itu pasti istrinya, dia akan mengintrogasi Aisyah saat ini juga.
Ketika dia sudah berada di depan pintu, kebetulan Aisya juga membuka pintu dan memeperlihatkan Aisyah sedang mene teng beberapa plastik belanjaan.
"Assalamualaikum". Aisyah memberi salam.
"Eh, bang Rehan udah pulang". Aisyah terlihat terkejut melihat Rehan sudah pulang dan sedang menggendong anak mereka.
Aisyah menghampiri Rehan dan menyalami suaminya itu dengan sopan. Dia tidak tahu bahwa suaminya ketika ini seperti bom yang siap meledak bila- bila masa saja. Tapi Rehan terpaksa sabar dan tahan lantaran anaknya sedang tertidur di gendongannya.
Setelah meletakan barang belanjanya di dapur, Aisyah kembali menghampiri Rehan untuk mengecek keadaan anaknya.
"Albar tidur ya sayang! Sini bang! Aku tidurin dia di kamar agar lebih nyaman". Imbuh Aisyah mengambil Albar dari Rehan. Aisyah membawa Albar ke kamar dan kembali ke dapur memasak untuk mertua dan suaminya.
Rehan yang melihat Aisyah sudah berada di dapur, dia pun menghampiri Aisyah dan mulai mengintrogasi istrinya itu.
"Kamu dari mana aja,hah?". Tanya Rehan ketus.
"Aku dari pasar bang, membelikan ibu ayam dan dan beberapa barang lain untuk aku memasak". Jawab Aisyah jujur tidak memandang Rehan dan tetap fokus memotong sayuran.
Rehan terpancing emosi melihat sikap Aisyah yang tidak serius menjawab pertanyaannya.
"Boleh tidak kalau bicara itu lihat lawan bicara kamu". Rehan berkata dengan nada tinggi.
Aisyah terkejut karena ini kali pertama Rehan berkata dengan suara tinggi. Aisyah menoleh ke arah Rehan, dia melihat wajah suaminya sudah terlihat menahan emosi terhadapnya. Seketika Aisyah tersadar telah melakukan kesalahan dan langsung meminta maaf sebelum amarah suaminya semakin bertambah.
"Maaf bang! Aku cuma terburu- buru ingin menyiapkan makanan untuk kamu dan ibu". Jelas Aisyah.
"Kenapa kamu tidak memasak stok yang ada di kulkas saja? Kamu tega ninggalin Albar sendirian!".
"Ada ibu kok tadi! Ibu meminta aku pergi belikan ayam karena ibu sudah sangat lapar dan hanya ingin makan ayam saja, jadi aku terpaksa menitipkan Albar dengan ibu sebentar". Jawab Aisyah jujur.
"Kamu tau tadi waktu aku pulang, Albar menangis sudah cukup lama hingga tersedu- sedu tau nggak? Kenapa tidak menyuruh tetangga aja pergi belikan atau pesan di aplikasi gijek aja? Kenapa kamu tidak dapat pikir itu? Jangan jadikan ibu sebagai alasan dari kebodohan kamu!". Cerca Rehan dengan emosi yang menguasai dirinya.
Aisyah tidak dapat membalas perkataan suaminya, dia memang tidak memikirkan itu seperti apa yang Rehan ucapkan, dia tertunduk dan hanya mampu meneteskan air mata melihat suaminya begitu marah padanya.
"Ibu udah memberi ide seperti itu tadi! Tapi dasar istri kamu aja yang tidak perna mendengarkan pendapat ibu". Wahida menghampiri mereka secara tiba- tiba dan membatu api kan anaknya supaya makin marah kepada menantu nya yang pikirnya bodoh itu.
Rehan menatap nyalang ke arah istrinya, dia menelan bulat- bulat omongan ibunya tanpa berpikir terlebih dahulu seperti sebelumnya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Viaa
*tiba tiba
2023-05-30
0
Nyoman Kusumayani
lanjut
2023-05-26
0
Shuhairi Nafsir
Aisyah ternyata anak orang kaya yang diculik. Rehan sama ibunya bakalin kapok dan menyesal nanti.
2023-03-15
0