Aisyah terpaksa menuruti keinginan suaminya, meski hatinya sangat sakit setelah kejadian tadi, tapi ini demi Albar, mereka harus bersama pergi menjenguk anak mereka.
Saat dalam mobil, mulut mereka membisu seribu bahasa, Aisyah larut dalam kekecewaannya kepada Rehan, sedangkan Rehan memikirkan bagaimana membuat Aisyah memaafkannya. Jika perlu dia ingin memiliki keduanya, Aisyah maupun Desi begitu penting dalam hidupnya.
Setengah jam perjalanan mereka lewati dengan bunyi deru mobil saja yang menghibur dalam kesunyian yang mereka cipta. Sesampai di rumah sakit, Aisyah keluar dari mobil tanpa menunggu Rehan membukakan pintu seperti biasa dia terima. Hatinya menolak perlakuan romantis dari Rehan detik ini.
Rehan hanya mengikuti langkah Aisyah menuju tempat anaknya, dia sebenarnya ingin sekali bertanya kenapa dengan anak mereka, tapi dia yakin Aisyah masih kesal dengan nya. Jadi dia hanya diam dan lihat ke mana arah yang dituju Aisyah saja.
"Apa anak saya sudah bisa di jenguk, Sus?". Tanya Aisyah pada pegawai resepsionis.
"Anak ibu namanya siapa tadi, bu?".
"Ahmad Albar bin Rehan". Pegawai pun dengan sigap memeriksa di mana kamar rawat Albar.
Pegawai resepsionis menunjukkan arah di mana Albar di rawat, lantai khusus rawatan bayi.
Aisyah dan Rehan hanya bisa melihat Albar di rawat melalui kaca transparan.
"Kenapa anak saya di rawat di dalam seperti itu, sus? Apa sakit anak kami sangat parah? Apa kami hanya bisa melihatnya dari luar saja?". tanya Aisyah bertubi- tubi kepada suster.
"Anak ibu dan bapak tidak sakit parah kok, buk! Cuma dia di rawat di ruangan khusus bayi, jadi orang dewasa di larang masuk. Takut menyebar kuman kepada bayi yang berada di dalam". Suster menjawab sopan.
"Terus gimana kami bis menjenguknya, sus?".
"Jika ingin menjenguknya ada masa khusunya ya. Kami akan membawanya ke kamar khusus untuk di beri makan dan susu. Tapi ibu juga bisa pesan ruangan VVIP khusus anak anda di rawat untuk menyenangkan anda, tapi biayanya mahal". Cara bicaranya terdengar meremehkan Aisyah.
Rehan yang mendengar itu langsung memesan kamar VVIP untuk anaknya, dia ingin anaknya mendapat perawatan istimewa dan tentu lebih maksimal.
Aisyah tau dia di remehkan karena hanya berpakaian seperti pemulung, itu karena dia tidak sempat berdandan sebelum ke rumah sakit, dia begitu panik dan tidak memikirkan penampilannya hanya kepanikan yang menguasai dirinya detik itu.
Aisyah bisa lega melihat anaknya tepat di depan matanya, Albar sudah di pindahkan ke kamar VVIP sesuai keinginan suaminya. Dia juga bisa ikut merawat anaknya secara langsung tanpa halangan. Ada dua perawat di khususkan untuk merawat Albar di kamar ini.
"Kamu tenang saja! Anak kita pasti baik- baik saja! Kamu juga lebih baik istirahat, di sana ada sofa bisa kamu pakai tidur disini". Rehan berkata lembut kepada Aisyah supaya hati wanita itu luluh.
Aisyah hanya diam tidak menganggapi Rehan dan fokus menatap Albar yang nyenyak tidur dalam alkubator.
Rehan sudah tau keadaan Albar melalui Dokter yang merawat Albar tadi, dia berinisiatif bertemu dokter lantaran Aisyah tidak mau menjawab pertanyaannya. Albar hanya terserang demam tinggi, keadaannya sudah membaik setelah melakukan perawatan, besok sore sudah bisa di bawa pulang.
Rehan kembali ke ruangan anaknya dengan membawa makanan untuk dirinya dan Aisyah. Dia berusaha sebisa mungkin membujuk istrinya. Dia yakin Aisyah hanya ngambek dan tidak samapi hati membencinya hanya karena dia ketahuan berduaan dengan wanita lain.
"Makan dulu sayang! Sini! Kita makan sama- sama". Bujuk Rehan.
Aisyah tetap diam, sedari tadi posisi duduknya tidak berubah. Seolah membeku di tempat itu, hanya kelopak matanya yang bergerak menandakan dia masih sadar.
Rehan mulai terpancing emosi dengan sikap Aisyah yang hanya diam seperti itu. Dia menarik tangan Aisyah kasar menjauh dari ruangan anaknya.
"Kamu sebenarnya kenapa sih, Aisyah? Kamu diam seperti patung, kemana mulut kamu itu? Udah hilang, sehingga kamu tidak bisa menjawab aku!". Herdik Rehan.
"Kamu tanya aku kenapa diam? Apa kamu sudah lupa ingatan, mas? Apa kamu lupa apa yang sudah kamu lakukan di hadapan di hadapan aku tadi? Jangan sok lupa kamu, mas!". Aisyah membalas dengan suara di kecilkan. Dia tidak ingin menimbulkan keributan di rumah sakit ini.
Rehan tau pasti letak kesalahannya, namun dia sebagai lelaki tetap tidak suka di diamkan meskipun itu ulahnya sendiri.
"Tapi tidak kayak gini juga cara kamu, Syah! Kamu diam aja kayak gitu, aku khawatir dengan keadaan kamu sayang!". Rehan menurutkan intonasi suaranya.
"Khawatir setelah kamu khianati, gitu! Nggak perlu". Aisyah meninggalkan Mematung di tempatnya.
Aisyah kembali di deket anaknya, dia melihat Albar terbangun dan tersenyum hangat ke arahnya, senyuman itu yang membaut Aisyah kembali kuat. Dia meluapkan sejenak sakit hatinya terhadap Rehan. Dia bermain dengan anaknya yang sedang di dalam alkubator.
Rehan menghampirinya kembali untuk menanyakan sesuatu. "Apa memerlukan sesuatu, sayang? Aku akan meminta ibu membawakannya untuk mu".
"Tidak perlu! Aku hanya minta kartu kredit kamu satu". Aisyah masih kesal dengan mertuanya, tega membiarkan cucunya tanpa memberi pertolongan, peduli pun tidak pada cucunya sendiri.
"Untuk apa, sayang? Kamu mau beli sesuatu? Biar mas yang belikan, kamu sebut aja apa?". Tawar Rehan.
"Tak perlu susah- susah! Aku bisa pergi sendiri kok!". Ujar Aisyah lembut tapi terdengar mencekam.
"Ya udah aku teman, yah!" tawar Rehan lagi.
Aisyah sudah malas berdebat hingga tidak menghalangi suaminya itu ikut. Dia tidak ingin bertengkar ditempat ini.
"Tolong jaga anak saya sebentar ya,Sus! Dia sedang bangun, tolong temani dia yah!". Pinta Aisyah pada perawat.
"Baik, bu!".
Aisyah berjalan kelur dari rumah sakit, Rehan berjalan di setia di sampingnya. Dia menuju toko pakaian yang terletak tidak jauh dari rumah sakit.
Dia memilih beberapa atasan, bawahan, set pakaian dan beberapa perlengkapan lainnya seperti BH dan CD. Dia menyerahkan kepada Rehan untuk di bayar.
"Kenapa kamu berbelanja sebanyak ini, sayang?". Rehan heran disebabkan berubah menjadi boros.
"Kenapa? Aku boros gitu! Apa kamu tidak malu aku di lihatin seperti gembel sedangkan jabatan suami adalah sebagai Direktur, apa kamu tidak malu punya istri seperti aku? Atau itu sebabnya kamu selingkuh di belakang aku?". Pertanyaan Aisyah berhasil membaut Rehan mati kutu.
Selama ini dia tidak memperdulikan penampilan istrinya, mau Aisyah jelek, jorok atau cantik sekalipun dia tidak pernah mau mencoba mencintai Aisyah. Jadi bagaimana pun penampilannya, asal Aisyah baik dia juga tidak ambil pusing.
Setelah puas berbelanja, Aisyah kembali ke rumah sakit setelah meletakkan belanjaannya di mobil Rehan. Dia hanya membawa pakaian yang ingin dia pakai hari ini dan beberapa untuk besok sebelum pulang ke rumah.
**
Keesokan harinya
Pagi hari Rehan ke kantor, dia mandi dan memakai setelan yang berada tersedia di kantor. Semalam dia menginap di rumah sakit bersama Aisyah, dan minta ibunya bermalam dirumah nya saja karena tidak akan sempat pulang.
Rehan pulang lebih awal untuk menjemput Aisyah dan anak mereka di rumah sakit.
"Semua sudah siap, sayang? Kalau udah, mari kita pulang!" Ajak Rehan.
Aisyah tidak menjawab tapu tetap melangkah mengikuti Rehan. Kembali ke rumah itu membuat dia kembali teringat semua caci maki mertuanya, ketidakpedulian bahkan fitnah yang dia terima. Dulu dia mencoba bertahan lantaran dia sangat mencintai suaminya, Rehan juga tidak pernah memukulnya.
Tapi sekarang perasaannya sudah berubah, tiada lagi kekuatan yang dia rasa setelah melihat suaminya bersama seorang wanita dengan posisi mesra kemarin.
Tapi hatinya dilema, dia tidak tau harus berbuat apa. Dia tidak tahu bagaimana bisa lepas dari bayang- bayang mertua yang kejam dan suaminya selingkuh.
Dia terpaksa mengikuti suaminya sementara waktu sebelum memutuskan masa depan pernikahan nya.
"Kita sudah sampai, sayang. Ayo turun! Tapi kayaknya ada tamu di dalam". Ujar Rehan menyadarkan Aisyah dari lamunannya.
Mereka keluar dari mobil, Rehan mengambil barang di bagasi, sedangkan Aisyah melangkah ke arah pintu. Terdengar samar- samar canda tawa mertuanya bersama seorang wanita di ruang tamu.
"Siapa yang datang bertamu di rumahku sore- sore gini? Dan seperti nya itu suara wanita?". Aisyah membuka pintu dan mencari keberadaan mertuanya dan suara asing itu.
Betapa terkejutnya dia melihat siapa yang sedang berbicara dengan sangat akrap sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Siapa sayang tamunya?". Tamunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
waduh, orang tua kok malah 'nyuruh' anaknya berbuat salah
2023-05-26
0