POV Aisyah
Memang tidak mudah menjalani hari- hariku setelah mengetahui perselingkuhan mas Rehan, apalagi sekarang dia terang- terangan memperlihatkan kemesraannya bersama wanita lain di hadapanku.
Tapi aku harus tetap bersabar hingga mendapatkan bukti perselingkuhan mereka yang akurat, sebelum berhasil merekam perbuatan asusila mereka, aku tidak akan puas. Aku yakin mereka masih berkelah menentang semua tuduhanku di pengadilan jika tanpa bukti rekaman, mereka pasti akan membuat kesepakatan untuk menutupi perselingkuhan mereka.
Sekarang aku di rumah sibuk mengerjakan dokumen yang di kirim Zack melalui email. Beruntung aku masih menyimpan laptop yang aku gunakan dulu semasa berkerja bersama mas Rehan, jadi aku menggunakannya sekarang untuk mengerjakan tugas dari Zack.
Albar sedang asik bermain sendiri dengan mainan yang telah ku sediakan, dia sudah pintar duduk dan bergerak di sekitar tempat bermainnya sendiri, dan sudah tentu dia dilengkapi dengan keselamatan, aku hanya perlu memperhatikannya sesekali dari jarak tidak begitu jauh.
Aku gembira melihatnya tidak begitu rewel dan memudahkan ku menyelesaikan pekerjaan.
Aku mendengar samar- samar langkah kaki menuju kesini, dengan cepat aku menutup laptop dan menyembunyikannya di bawah meja.
"Kamu sedang apa di kamar? Betah banget berkurung di sini, apa kamu tidak bosan, hah? Cepat turun dan buatkan aku minuman!". Sudah ku duga pasti nenek sihir ini yang datang ke sini, hanya dia yang betah datang ke rumahku dengan sengaja membuat onar. Dasar mertua kurang kerjaan banget.
Aku tidak menggubrisnya dan tetap berpura- pura bermain ponsel.
"Kamu punya telinga tidak? Dasar pemalas kamu yah! Perempuan tidak guna, aku akan mengadukan sikap kurang ajar kamu ini pada anakku, aku akan pastikan kamu di ceraikan malam ini juga!". Ancam ibu mertua.
Aku menarik nafas dalam lalu menghembuskan kasar. Telingaku panas mendengar ocehan nenek sihir itu, setiap hari hanya bicara itu mulu, tidak bosan apa? selalu mengancam dengan perkataan yang sama setiap hari, tapi tetap tidak kesampaian.
Lebih baik aku turuti saja keinginannnya. Toh, tidak susah kok. Bukan karena takut dengan ancamannya, tapi aku cuma tidak tahan mendengar suaranya yang melengking memekakan telinga, nanti Albar malah menangis dengar suara neneknya.
"Tahu takut! Makanya jangan sok jadi orang!". Sindirnya saat aku melewatinya.
Aku menoleh ke arah Albar yang asik bermain, dia aman di tempatnya. Aku bisa tenang meninggalkannya sebentar.
Aku turun ke dapur dan membuatkan teh hangat kurang manis seperti biasa ku sajikan untuk mertua, lalu kuletakkan di meja di depan TV di ruang tamu.
Aku naik kembali ke lantai atas, tapi saat aku baru ingin menapaki anak tangga, suara tangis Albar bergema dari atas membuat ku kaget. Seketika aku panik dan berlari naik tangga dan langsung ke kamar di mana aku tinggalkan Albar tadi.
Saat sudah berada di kamar, Albar sudah terbaring dilantai keras sambil menangis histeris. Aku langsung mengambilnya dan menenangkan nya dalam pelukanku. Aku mengusap kepala bagian belakang, tapi tangisnya makin menjadi- jadi. Albar pasti terjatuh di lantai keras, kepalanya lalu menghantam keras lantai hingga membuat kepala nya sakit.
Aku panik melihatnya menangis seperti ini, tapi yang membuat ku bingung kenapa Albar bisa jatuh di lantai ini jauh dari kawasan lembut tempatnya bermain tadi. Aku mencari keberadaan ibu di mana, aku yakin ini pasti ulah ibu yang tidak pernah suka dengan kehadiran Albar selama ini.
"Ibu! . . ibu. . ibuuuuu". Teriakku memanggil ibu mertua dengan penuh emosi yang memuncak.
"Apa sih teriak- teriak? Apa tidak bisa panggil bagus- bagus, tidak sopan sekali kamu jadi menantu". Omelnya di ambang pintu.
Aku semakin curiga dengan ibu mertuaku ini mengapa cara bicaranya sedikit lembut tidak seperti biasa dan terlihat salah tingkah, aku tahu dia pasti panik telah membuat Albar seperti ini.
"Ibu dari mana? Kenapa ibu tidak di sini menjaga Albar barang sekejap saja selama aku membuat kan ibu minuman?". Tanyaku dengan penuh penekanan.
"Ibu dari toilet tadi, toilet di sini kecil banget soalnya, kenapa dengan Albar, kok sampai menangis seperti itu?". Ibu terdengar sengaja mengalihkan pembicaraan dan beralih sok perhatian terhadap Albar.
"Makanya aku ingin bertanya sama ibu, kenapa Albar sampai jatuh di sini? Ibu pasti sengaja meletakkannya di sini, kan?". Aku bukan menuduh, tapi aku sangat yakin ini perbuatan ibu mertuaku.
"Kamu tuduh ibu? Ibu mana sampai hati berbuat seperti itu dengan cucu ibu sendiri, dia kan cucu pertama ibu, ibu pasti sangat sayang dengan Albar, kamu jangan menuduh ibu sembarangan!". Dia berusaha membela dirinya menggunakan kata- kata yang tidak akan pernah ku percaya.
"Hah, ibu pikir aku percaya dengan ucapan ibu! Tidak akan buk, selama ini ibu tidak pernah ambil peduli dengan kondisi Albar sedikit pun, kenapa sekarang berubah seolah ibu sangat menyayanginya, ibu mengaku saja ibu!". Aku semakin emosi melihat ibu mertua yang tetap berpura- pura panik melihat Albar menangis.
"Sekarang kamu cepat bawa Albar ke rumah sakit! ibu takut terjadi apa- apa pada cucu ibu". Ibu mendorongku keluar kamar.
Sesampai di depan pagar, aku heran mengapa sudah ada taksi online menunggu di depan. Tapi tidak bertanya karena aku juga ingin cepat sampai ke rumah sakit lantaran khawatir dengan keadaan Albar, dia terus menangis sampai tersedu- sedu di pelukan ku. Aku takut terjadi apa- apa dengan kepalanya karena benturan tadi.
Ibu duduk di sampingku, dia terlihat panik, sesekali melirik Albar sekilas seolah sangat mengkhawatirkan keadaan Albar. Jika orang lain yang melihatnya pasti akan percaya dengan aktingnya, tapi tidak dengan ku, aku tidak akan tertipu dengan itu semua.
Sepanjang perjalanan aku hanya berusaha menenangkan Albar sampai dia terlelap setelah lelah menangis, aku sama sekali tidak menegur ibu di sampingku, begitu pula ibu mas Rehan, dia hanya sesekali menoleh ke arah Albar, tapi tidak sedikit pun berniat menyentuh Albar. Terlihat jelas dia hanya berpura- pura khawatir saja dengan keadaannya.
**
Se sampai di rumah sakit, Albar terus di larikan masuk ke ruangan intensif oleh dokter. Aku menunggu nya di kursi tunggu berhampiran ruangan dimana Albar di rawat. Perasaanku teramat cemas sekarang, khawatir Albar kenapa- kenapa di dalam sana.
Aku sengaja tidak menghubungi mas Rehan karena yakin ibunya pasti telah menghubunginya, menyampaikan keadaan Albar yang dilarikan ke rumah sakit.
Saat menoleh ke sisi kananku, aku tidak sengaja melihat seseorang yang amat aku kenal jauh di sana. "Itu kan Zack! Sedang apa dia ke rumah sakit? Siapa yang sakit?". Gumam ku bingung.
Tapi aku tidak ingin menghampirinya dan menanyakan itu semua, sekarang aku juga sedang cemas menunggu Albar yang sedang di tangani di dalam sana.
Tiada masa untuk mengunjungi orang lain untuk sekedar bertegur sapa. Biarlah dia, toh, dia tidak sendirian, begitu ramai orang yang menemaninya di sana. Ada dua orang lelaki berpenampilan seperti seorang Bodyguard dan seorang wanita yang menangis tersedu- sedu. Aku hanya mengirim pesan lewat aplikasi hijau untuk menyapa nya.
"Kenapa kejadian ini bisa terjadi? Kemana Aisyah? Kenapa dia meninggalkan Albar sampai terjatuh seprti itu?". Aku menoleh ke arah sumber suara.
Ternyata itu mas Rehan yang terlihat sangat panik, dia menggoncang bahu ibunya dengan kuat menanyakan sebab Albar terjatuh. Ibu terlihat sangat panik dan salah tingkah, dia menyentuh tangan mas Rehan untuk melepaskan bahunya.
"Aduh, sakit bahu ibu!". Lirihnya sambil menyentuh bahunya. "Ini semua sebab istri kamu yang sengaja meninggalkan Albar sendirian di kamarnya". jari telunjuknya mengarah padaku.
Aku membulatkan mata menatap tajam ke arah ibu mertuaku itu, dia dengan semangatnya memutar balikkan fakta. Tapi kelihatan Mas Rehan seperti mempercayai ucapan ibunya tadi. Dia menghampiriku dengan tatapan yang mencekam ke arahku.
Aku mundur melihat sorot matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Wiwin Anwar
gedek nya aku liat keluarga ini
2022-10-20
0
Tri Soen
Dasar Rehan suami gak tau diri senang banget percaya sama omongan emak nya...
2022-10-16
1
Aisyah
lanjut Thor. .aku penasaran apa yang akan di lakukan oleh Rehan pada Aisyah, jika bukan menampar yah teriak, antara satunya aja. .ahahaha
2022-08-29
0