Aisyah terdiam sejenak meyakinkan dirinya untuk tetap melanjutkan keinginannya untuk menuntut cerai suaminya. Dia tidak mau akan membuatnya di pandang hina oleh mereka. Meski pun dia tumbuh di panti asuhan dan tidak pernah menduduki bangku pendidikan, tapi harga dirinya tidak akan dia biarkan di remehkan oleh orang yang ingin menyakitinya.
"Sangat yakin! Tiada wanita yang rela di madu kecuali dia adalah wanita penghuni surga tertinggi Allah". Jawab Aisyah yakin, tiada meragukan dalam hatinya dan tetap pada pendiriannya.
"Apa penyebab mbak ingin menuntut cerai suami mbak?". Pertanyaan yang sangat lazim di tanyakan kepada wanita yang ingin bercerai.
"Dia selingkuh dengan mantan kekasihnya, dan paling menyesakkan lagi,mertua aku sangat mendukung hubungan mereka". Geram Aisyah. Tiada kesedihan dalam mengatakan hal itu kepada Jasmin.
"Kamu pernah memergoki mereka bermesraan?".
"Pernah, satu kali, waktu di kantor, pakaian mereka masih dalam keadaan berantakan. Semasa saya baru sampai, mereka masih dalam keadaan berpelukan sangat mesra dengan keringat yang bercucuran. Saya yakin mereka baru saja selesai melakukan hubungan terlarang di ruangan suami saya". Aisyah mengatakan apa yang dia lihat saat memergoki suaminya bersama Desi hari itu.
"Kamu ada rekam kejadian itu?".
Aisyah menggeleng perlahan.
"Jika tidak ada bukti, maka kita susah menang dalam persidangan nanti. Bukti seperti chat, foto atau video adalah bukti yang akurat". Jelas Jasmin.
"Terus bagaimana dong? Apa saya harus bersabar hingga mendapatkan bukti perselingkuhan mereka?".
"Itu sudah tentu Aisyah! Jika tidak, suami kamu akan mudah membantah tuntutan yang kamu ajukan di pengadilan. Bisa saja sih, permohonan kamu di kabulkan pengadilan, tapi kamu tidak akan mendapatkan harta gono- gini sama sekali". Jawab Jasmin.
Aisyah terdiam, dia harus mendapatkan harta gono- gini untuk memulai kehidupan baru setelah bercerai, dia juga susah menghidupi Albar jika tidak mendapatkan harta itu.
"Apa cuma video perselingkuhannya saja yang perlu saya dapatkan?". Tanya Aisyah setelah lama terdiam.
"Kamu juga harus memiliki pekerjaan tetap untuk mendapatkan hak asuk anak kalian. Jika tidak! Maka hak asuh Albar akan jatuh ke tangan suami kamu karena kamu di yakini tidak bisa menghidupi anak kalian". Jasmin berbicara sambil menatap dalam wajah Albar.
Aisyah juga memandang Albar yang sedang asik bermain dengan Zack di sampingnya. Perasaannya menjadi takut kehilangan anaknya itu, Albar adalah penyemangat hidupnya, dia tidak akan pernah sanggup berpisah dari anaknya itu. Dia rela bertahan dalam pernikahannya jika dia bercerai tapi tidak bisa membawa anaknya ikut serta bersamanya.
Tidak akan ada yang akan menerimanya bekerja, dia tidak memiliki pendidikan, tidak akan ada yang percaya jika dia itu cerdas hanya dengan omongan tanpa menyertakan bukti seperi ijazah. Jika dia hanya bekerja sebagai pembantu atau pelayan restoran, sudah pasti suaminya akan memenangkan hak asuk anak mereka.
"Kamu tenang aja, jangan terlalu di pikirkan! Aku bisa kok memberi kamu pekerjaan yang pantas sesuai kemampuan kamu walau pun kamu tidak memiliki ijazah". Kata Zack membuat Aisyah tersentak tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Aisyah refleks menggenggam tangan Zack. "Kamu serius ingin menawarkan aku pekerjaan?". Mata Aisyah berkaca- kaca.
Zack menatap Aisyah dengan tatapan tulus, dia begitu peduli dengan Aisyah, entah perasaan apa yang mendorongnya untuk menolong wanita itu.
"Iya, benar itu! Kamu kan CEO di sebuah perusahan besar, Zack. Apa salahnya sih beri pekerjaan pada Aisyah, bagi kamu pasti tidak masalah soal ijazah kan?". Ujar Jasmin mendukung perkataan Zack.
Jasmin kemudian menatap Aisyah dengan tatapan tak kalah antusias, kliennya mendapat jalan keluar dengan mudah. "Kamu tidak keberatan kan jika Zack memberi kan pekerjaan apa saja ke kamu nanti?".
"Apa saja asal itu bisa membantu aku mendapatkan hak asuh Albar". Ucap Aisyah yakin sambil membelai pipi Albar.
"Kalau masalah pekerjaan kamu, kamu bicarakan dengan Zack saja berdua yah, sekarang aku harus pergi, ada klien lain yang aku temui lagi". Jasmin kemudian berdiri dan mengambil barangnya berupa dokumen dan bag kecil.
"Baik lah, kamu hati- hati yah!". Ujar Aisyah dan Zack serentak.
Mereka saling menatap, merasa detak jantung yang tidak menentu, dengan cepat Aisyah mengalihkan pandangannya ke arah Jasmin.
Jasmin tersenyum melihat tingkah mereka berdua, dia pamit dan berlalu pergi dari ruangan VIP kafe itu.
"Pappaaa. .."
Aisyah menatap Albar kaget setelah mendengar anaknya menyebut nama 'Papa' yang sedang enteng dalam pangkuan Zack. Albar menghadap Zack sambil berceloteh tidak jelas bersama lelaki itu.
"Apa Albar memang sudah pintar menyebut 'Papa' sebelumnya?". Tanya Zack sambil menatap mata Aisyah.
Aisyah menggeleng , dia juga kaget mengapa Albar menyebut 'papa' pertama kali di hadapan Zack. Albar memang jarang di mainkan oleh ayahnya karena sibuk bekerja pergi pagi dan pulang malam, dan kini makin jarang bertemu karena ayahnya sibuk dengan selingkuhannya.
"Aku dong orang pertama di panggil papa oleh nya". Zack terdengar sangat bahagia oleh tingkah lucu Albar itu. Dia kemudian memberi ciuman bertubi- tubu di pipi Albar.
Aisyah hanya diam melihat tingkah mereka berdua, Albar yang terlihat lebih akrap dengan Zack berbanding dengan ayahnya sendiri. Tanpa sadar senyuman terbit di sudut bibir Aisyah melihat keakraban mereka sudah seperti sepasang ayah dan anak saja.
"Kamu kenapa melamun?". Tegur Zack.
Aisyah menggelengkan kepala nya salah tingkah karena ketahuan memerhatikan Zack sedari tadi. Dia kemudian bermain ponsel dan mengalihkan perhatiannya dari mereka berdua.
Ketika tidak sengaja melihat jam di ponselnya, Aisyah kaget mengetahui dia sudah keluar rumah selama dua jam, dia kemudian pamit pulang kepada Zack. Dia pulang dengan taksi online karema Zack sedang ada keperluan mendadak, jadi tidak bisa mengantar Aisyah pulang.
**
Sesampai di rumah, Aisyah di kejutkan dengan kehadiran mertuanya yang sudah berada di dalam rumah menonton drama kesukaannya. Menyadari kepulangan Aisyah, wahida menghampiri menentu nya itu dengan wajah bengisnya.
"Dari mana saja kamu ? Sudah sejam aku di sini baru sekarang kamu munculkan muka jelek kamu itu!". Bentak Wahida.
Albar menangis mendengar suara neneknya, seolah dia juga tidak menyukai kehadiran neneknya itu. Aisyah tidak menjawab pertanyaan mertua dan memilih pergi dari hadapan wanita baya itu dan masuk kedalam kamarnya dan menidurkan Albar.
"Memang kurang ajar kalian berdua yah! Menantu dan cucu tidak tahu di untung, sama- sama mengusahakan aku saja! Lihat saja nanti, kalau Rehan menikah dengan Mulan, aku akan pastikan kamu akan di tendang keluar dari rumah ini, kamu dengar itu!". Teriak Wahida frustasi karena di abaikan oleh Aisyah.
Wahida terus saja mengoceh tidak jelas membuat telinga Aisyah terbakar emosi, tapi dia tidak ingin melawan wanita itu, dia akan membalas perkataannya nanti ketika dia berhasil pisah dari anaknya.
"Tanpa kamu usir pun nanti, aku akan pergi sendiri dari rumah terkutuk ini, aku akan membawa anak aku dam hak aku selama menjadi istri anak kamu yang bodoh itu". Gumamnya kesal mendengar ocehan mertuanya di luar.
Sesampai di kamar Albar langsung tertidur setelah Aisyah membaringkannya di kasur. Albar sudah di beri bubur semasa di kafe oleh Zack dengan bubur yang dia bawa dari rumah tadi. Perlakuan Zack kepada Albar tidak pernah dilakukan oleh ayahnya sendiri.
Aisyaj menatap wajah polos anaknya yang sedang tertidur, dia kembali teringat akan Zack ketika bermain dengan Albar dengan sangat lincah. Dia tersenyum bila mengingat lelaki manis itu, bukan hanya wajahnya yang manis tapi perlakuannya juga sangat manis, lembut, sopan pengertian fan rendah hati. Dia tidak pernah malu bertemu dan beri berinteraksi bersama kalang miskin walaupun dia terlahir dari kalangan terpandang dan sudah pasti selalu di manjakan dengan segala pasilitas yang mewah, itu tidak membuatnya menutup mata dengan kalangan yang memerlukan.
Sifat yang sangat jarang di temukan pada seseorang, rendah hati.
Aisyah tersadar dari lamunannya karena deringan ponsel di dalam tas nya. Dia kemudian melihat siapa yang memanggil dan ternyata adalah suaminya, Rehan.
"Dari mana saja kamu Aisyah? Kenapa ibu bilang kamu tidak di rumah sedari pagi lagi?". Cerca Rehan setelah panggilan terhubung.
"Nenek lampir itu mengadu pula, awas aja kamu nenek lampir!". Batin Aisyah kesal dengan mertuanya.
"Aku tadi dari imunisasi bulanan untuk Albar di klinik terdekat aja kok. Kan Albar harus di pantau setiap bulan". Bohong Aisyah. Sebenarnya dia tidak pernah keluar imunisasi Albar, dia akan meminta bidan datang kerumahnya saja setiap bulan.
"Biasanya kamu cukup panggil bidan datang ke rumah, kok sekarang tidak lagi?". Suara Rehan terdengar lebih lembut.
"Bidannya banyak kerja jadi sudah tidak akan datang seperti biasa katanya, aku juga perlu jalan- jalan juga mas, supaya aku tidak stres". Balas Aisyah bohong lagi tapi di ujungnya jujur.
"Oh, nggak papa juga kalau kamu ingin keluar jalan- jalan, tapi jangan lupa beri tahu mas dulu yah!". Rehan sudah melunak sekarang.
"Iya, mas".
"Aduh mas, geli aah". Terdengar suara wanita di dekat Rehan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Marina Tarigan
ngeri kali kamu Rehan kenapa kamu begitu kasarnya terhadap istrimu awas karma anak yatim piatu kau sakiti
2025-04-05
0
Juragan Jengqol
waduh itu ada siapa....
2023-05-26
0