Aisyah menatap ibu mertuanya tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut mertuanya itu, tega sekali mengompori anaknya supaya semakin tersudut emosi.
Aisyah beralih menatap suaminya, lalu menggeleng agar Rehan tidak percaya dengan omongan ibunya. Tapi sayang, Rehan yang sedari tadi memang sudah menahan sabar, sudah tidak bisa lagi untuk menampung emosinya dan dengan mudahnya percaya dengan omongan ibunya.
"Dengar! Kamu memang sengaja kan pergi tinggalin Albar, dan kamu pergi keluar dari rumah ini tanpa seizin aku!". Hardik Rehan semakin berteriak.
"Maaf bang! Aku khilaf, Aku tak akan ulangi kesalahan ini lagi, aku janji!". Imbuh Aisyah sedih dengan linangan air mata.
"Kamu pergi dari hadapan aku sekarang! Sebelum aku membuat tubuhmu sakit di sini!". Rehan berpaling dan mengarahkan jari telunjuknya ke kamar dengan tegas.
Aisyah pun dengan sedikit berlari menuruti perkataan suaminya untuk pergi dari sini.
Hati nya semakin sakit dengan perlakuan suaminya, kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan dan itu juga ada keterlibatan mertuanya, tapi dia di perlakukan seperti ini, suaminya menutup telinga dari mendengar penjelasan darinya.
Wahida yang seharusnya di salahkan malah balik menyalahkan tanpa mendapat teguran yang selayaknya, mertuanya itu dengan mudahnya lepas dari amukan Rehan.
Aisyah seolah tidak mengenali Rehan, sudah hampir empat tahun bersama, dari sekedar berteman hingga menikah, baru kali ini Aisyah di perlakukan kasar seperti ini, walau hanya sekedar mendengar teriakan, hati Aisyah seakan hancur berkeping- keping.
Hati nya yang selama ini di pertahannya agar tetap utuh meskipun mendapat perlakukan kejam dari mertuanya, tapi karena suaminya yang selalu menyemangatinya dan tetap membelanya di hadapan mertuanya, dia dengan ikhlas bertahan.
Wahida yang melihat menantunya menangis ulah anaknya tidak merasa prihati, malah tersenyum menang melihat menantunya menangis dan tentunya sangat sakit di hati menantunya itu.
Rehan melihat Aisyah menangis tersedu dan memohon seperti tadi sebenarnya juga tidak tega, dia merasa bersalah telah kasar kepada istrinya itu, kali ini di tidak bisa menahan emosi seperti biasa. Dia tidak tahu kenapa dengan dirinya ketika ini. Ingin mengejar untuk meminta maaf, tapi ego yang menahannya dan tetap berdiri mematung di situ.
Rehan tahu ini bukan kesalahan Aisyah sepenuhnya, tapi dia tidak tega melampiaskan kekesalannya kepada wanita yang sudah me lahirnya, ibunya itu yang sebenarnya sangat keterlaluan, tapi resiko seperti ini sudah dia prediksi sebelum menikah dengan Aisyah, karena tahu ibunya itu tidka akan perna menerima Aisyah.
**
Selepas pertengkaran semalam, Aisyah tetap berada di kamarnya hingga subuh, dia tidak keluar kamar jika bukan untuk mengambilkan Albar bubur untuk anaknya itu. Dia tidak makan seharian dan hanya berada di kamar bersama Albar.
Tapi keesokan harinya dia tetap bangun pagi dan menyediakan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat kerja. Dia tidak ingin larut dalam kesedihan, dia harus kuat dan bahagia demi anaknya.
Rehan yang mencium bau yang lezat, berpikir Aisyah sudah melupakan kejadian semalam. Dia melangkah ke dapur setelah memakai setelan kantor lengkap. Bau wangi sudah membuat perutnya melilit minta makan, semalam dia makan hanya dengan mi instan.
"Masak apa sayang? Wangi banget bau nya!". Ujar Rehan mendekat dan mengecup kening Aisyah seolah kejadian kemarin tidak perna terjadi.
Aisyah tidak menjawab dan tetap fokus menata makanan di meja. Setelah mengambilkan sepiring nasi lengkap dengan lauknya untuk Rehan, tiba- tiba Albar menangis.
Wuekk
Wuekk
wueek
Aisyah bergegas lari dan lupa memberikan nasi di tangannya kepada Rehan. Rehan yang sudah mengangkat tangan untuk mengambil piring itu, hanya menggeleng- geleng kepala melihat tingkah lucu istrinya.
"Biarlah dia supaya dia bisa makan juga di kamar sambil menyusui Albar". Gumamnya senyum- senyum sendiri.
Setelah menghabiskan makanan yang di ambil sendiri, Rehan menuju ke kamar menemui Aisyah untuk pamit pergi kerja seperti biasa. Dia mencium kening Aisyah dan tak lupa juga mencium pipi mungil si baby Albar.
Di luar rumah Wahida sudah masuk ke dalam rumah anaknya itu dengan mudah karena mendapat kunci duplikat dari anaknya agar senang mampir kerumahnya menjenguk Albar tanpa menunggu Aisyah membuka kan pagar dan pintu.
"Kamu udah mau berangkat kerja Rehan?". Tanya Wahida ketika melihat Rehan turun dari tangga.
"Iya nih ibu, ibu mau lihat Albar yah? Dia masih di kamar menyusu sama ibunya!". Balas Rehan tanpa menaruh curiga pada ibunya.
Dia yakin meskipun ibunya tidak menyukai Aisyah, tapi dia pasti menyayangi Albar sebagai cucu dari dirinya. Buktinya ibunya itu sangat rutin menjenguk Albar di rumahnya.
Rehan pun .menyalami ibunya dan pamit pergi kerja. "Titip Aisyah dan Albar yah buk!".
"Emm".
**
Seorang wanita cantik nan seksi sedang melangkah menuju ruangan Direktur melewati meja pegawai di kantor itu, rambut yang di urai dengan gaya yang bergelombang, atasan yang ketat memamerkan lekuk tubuh dan dua buah gunung di dalamnya. Bawahan yang pendek dan juga tak kalah ketat membuat lekukan bokongnya semakin sempurna, dan kakinya yang jeng jang melangkah dengan anggun.
"Selamat pagi bu Desi!". Sapa Anita sopan.
"Ya, pagi". Balas Desi ketus tatapan sinis di layangkan kepada Anita.
"Apa perlu saya teman kan ke ruang. .. ". Ucapan Anita terpotong.
"Tidak perlu! Saya bisa masuk sendiri! dan satu lagi, jangan biarkan ada yang mengganggu saya dan pak Direktur! termasuk kamu! Saya tidak suka diganggu!". Desi berbicara mengancam.
"Baik bu Desi! Silakan!".
Desi melangkah masuk ke ruangan Rehan. Yanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Desi langsung masuk ke kedalam.
"Hai Rehan, kamu sedang sibuk yah?". Sapa Desi basah basi.
Rehan terkejut dengan kedatangan Desi, dia menoleh sekilas ke arah Desi dan kembali fokus memeriksa dokumen. Dia berusaha mengalihkan keterkejutannya dengan berpura- pura sibuk.
"Mau apa kamu ke sini? Aku sedang sibuk dan tak ingin di ganggu! Jika ada perlu apa- apa, sila membuat temu janji terlebih dahulu dengan sekretaris saya!". Rehan berucap tanpa melihat Desi.
Desi duduk di hadapan Rehan dengan poster yang menggoda, dia menyilangkan kaki dengan genit. Dia mencoba mendapat perhatian Rehan, dia merubah posisi duduknya beberapa kali, dan Rehan tetap fokus ke dokumen di hadapannya. Desi tidak menyerah, dia yakin Rehan pasti sengaja mengabaikannya.
Desi berdiri dan mengambil dokumen itu dengan lembut, dan caranya itu berhasil.
Rehan menatap tidak percaya dengan kelancangan Desi. Tapi tatapannya segera berubah setelah memperhatikan dengan seksama penampilan wanita di hadapannya itu. Tadi dia hanya menatap sekilas, kini tatapannya terkunci pada belahan dua gunung di hadapannya, berhimpitan meminta untuk dikeluarkan.
Dengan cepat Rehan mengalihkan pandangannya, penampakan itu sungguh menyiksa batinnya. Dia menelan air liur perlahan.
Rehan tidak bisa mengendalikan perasan gugupnya sekarang, detak jantungnya berdetak sama sepeti dulu ketika .masih bersama Desi, masih menyiratkan rasa sayang yang begitu dalam pada perempuan itu. Hatinya tetap setia hingga detik ini meskipun dia sudah di khianati dengan begitu menyakitkan.
Desi menghampiri Rehan, dia dengan santainya duduk di pangkuan Rehan dan membelai wajahnya dengan sangat lembut, jari jemarinya menari indah di setiap sudut wajah Rehan.
Rehan tidak bisa menolak Desi, tubuhnya dengan mudah di kendalikan oleh wanita itu. Seolah terhipnotis oleh pesona yang di pancarkan mantannya, karena pada hakikatnya ini yang dia rindukan dari dulu.
Mata mereka saling bertatapan dan menafsirkan segala perasaan mereka yang masih sempurna seperti dulu.
"Kenapa? Apa kamu masih mau cuek dengan aku?". Bisik Desi tepat di telinga Rehan.
Rehan tersenyum mendengar suara Desi. Dengan cepat menarik dagu Desi dan ******* bibir kenyal wanita yang begitu dia rindukan itu. Dia tidak mau menahannya lagi, dan ingin membuang segala yang mengganjal di hatinya selama ini detik ini juga.
Mereka tidak berkata banyak, cukup perbuatan yang mereka lakukan untuk mengutarakan rasa rindu mereka masing- masing.
**
Setelah puas mereka puas sayang- sayangan, mereka duduk di sofa yang tersedia di ruangan Rehan.
"Kamu sih pura- pura cuek sama aku! Aku pikir kamu udah melupakan cinta kita, dan mencintai istri kamu". Desi sedang bersandar di dada bidang Rehan yang di baluti kemeja putih.
Rehan hanya tersenyum, setia mendengar ocehan Desi seperti dulu.
"Aku minta maaf yah Sayang! Aku sudah tega ninggalin kamu dulu dan memilih nikah dengan lelaki lain! Kamu tau kan, aku tidak bisa membantah ucapan orang tua aku, Maafin aku yah!". Desi mendongak dan menatap tepat ke dalam mata Rehan.
Tiada kata- kata yang keluar dari mulut Rehan, tapi kecupan hangat mendarat di kening Desi, menandakan dia sudah melupakan kejadian itu dan me maaf kan Kekasihnya itu.
"Makasih ya sayang! Kamu masih mau menerima aku, aku sebenarnya masih sangat sayang sama kamu, kamu pasti tidak percaya! kalau aku tidak pernah di sentul oleh suami aku". Sambung Desi membuat Rehan terkejut tidak percaya.
Rehan menatap Desi mencari kejujuran di sana. Tiada yang dapat dia rasakan kecuali kebahagiaan bisa bertemu lagi dengan kekasihnya, hingga mematikan segala fungsi indra tubuhnya. Dia dengan mudah percaya dengan ucapan wanita yang dia cintai.
"Kamu ngomong dong sayang! Aku juga rindu tau dengar suara kamu yang serak- serak basah itu, kalau kamu tidak mau bicara, biar aku pergi aja dari sini!". Ancam Desi mencoba menjauhkan diri dari Rehan.
Rehan yang masing ingin memeluk Desi, sontak menarik kembali pinggang Desi agar memeluknya lagi.
"Iya- iya, jangan ngambek gitu dong! Nanti cantiknya hilang". Bujuk Rehan.
"Gitu dong!".
"Kamu datang kesini memang untuk ketemu aku saja?". Tanya Rehan lembut.
"Aku memang datang khusus ketemu kamu tapi dasar Bos aku juga meminta aku bawakan dokumen. Kamu baca gih! Kamu pasti akan terkejut, entah kamu senang atau tidak nantinya!".
"Emang apa lagi syarat yang dia inginkan dari perusahaan ini?". Tanya Rehan tidak ingin lepas dari Desi.
"Kamu baca aja sendiri! Kejam yah, aku ambil kan".
Desi beranjak, dengan terpaksa Rehan melepasnya. Desi kembali dan memberikan dokumen itu kepada Rehan, kemudian dia memposisikan duduknya lagi seperti tadi sambil bersandar di dada Rehan.
Saat Rehan fokus membaca, tiba- tiba pintu terbuka.
Rehan terkejut melihat siapa yang membuka pintu ruangannya.
Aisyah memergoki suaminya sedang berduaan dengan perempuan lain. Bukan sekedar duduk berdua, tapi posisi mereka yang terlihat mesra membuat Aisyah kebakaran jenggot
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Marina Tarigan
laki2 kalau sdh teromg baladonya dikasih makan mk otaknya lebih buruk dar i anjing kurapan cuma Aisah pergi kembali ke panti asuhan tak usah hidup dgn pria nrenhsek dan mertua kurang ajar itu lebih baik tdk nikah dp tersiksa jgn bodoh
2025-04-04
1
Tri Soen
Dasar Rehan suami labil sadar donk ingat anak istri kamu ...
2022-10-16
1